Selasa, 25 Agustus 2015

Wahyu 3:14-22



Bahan Sermon Daerah HKI Daerah VII P. Jawa  Untuk Minggu, 13 Ses Trinitatis, 30 Agustus 2015
Ep. Ulangan  4 : 1 – 2                   Ev. WAHYU 3 : 14 – 22                                HT. I – IV
                        Thema  Minggu : Barangsiapa Kukasihi, Ia kutegor dan Kuajar
                                                      Nasa Nahuhaholongi akka i do Hupinsang jala Huajar
                       
I.                   Pendahuluan
Kitab Wahyu adalah Kitab yang bersifat Apokalyptik (yang berarti dibuka, disingkapkan, atau dinyatakan). Artinya dalam kitab ini disingkapkan dan dibuka atau dinyatakan tentang masa depan dan masa kini. Kitab ini memberikan pengharapan masa depan kepada semua orang percaya, khususnya orang-orang yang telah menderita karena iman mereka dengan memberitakan kemenangan akhir Kristus atas kejahatan serta realitas hidup kekal bersamaNya. Kitab ini juga memberikan pedoman untuk masa kini karena mengajar kita tentang Yesus Kristus dan bagaimana seharusnya kita hidup bagi Dia sekarang. Yesus memberikan pesanNya kepada Yohanes melalui Wahyu atau penglihatan, yang memungkinkan Yohanes untuk melihat dan mencatat peristiwa-peristiwa tertentu yang akan datang supaya hal itu bisa membangkitkan semangat semua umat percaya. Melalui Kitab Wahyu disampaikan bahwa Yesus Kristus akan datang kembali, Kejahatan akan dihukum dan orang mati akan dibangkitkan dan dihakimi, yang hasilnya adalah kehidupan kekal atau kebinasaan kekal. Dengan membaca di pasal awal kitab ini, yaitu Wahyu 1:4 diberitahukan bahwa penulis surat ini adalah Yohanes dan dialamatkan kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil yaitu: Jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Salah satu dari ketujuh jemaat tersebut, yaitu Jemaat Laodikia inilah yang akan kita bahas dan menjadi khotbah bagi kita.

II.                Penjelasan
  1. Tuhan tahu segala keberadaan kita dan mengetahui segala pekerjaan kita ( ay. 14-16).
Mengawali sapaan kepada jemaat Laodikia, Tuhan memberitahukan bahwa firman yang akan disampaikan oleh Yohanes kepada jemaat Laodikia adalah firman yang bersumber dari Yesus Kristus yang menyebut dan menamakan diriNya dengan sebutan: Amin, saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah. Dialah yang mengetahui segala keberadaan dan pekerjaan jemaat Laodikia yang suam-suam kuku yaitu yang tidak dingin dan tidak panas. Sehingga dengan keadaan seperti itu Ia akan memuntahkan jemaat Laodikia dari mulutNya. Sebutan Amin bagi Kristus hanya kita temukan dalam ayat ini, yang tentunya berarti menunjukkan Kristus sebagai yang benar, yang sungguh dapat dipercaya, dan yang di dalam diri-Nya semua janji Allah Ya dan amin (lih. 2 Kor. 1:20 “ Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah). Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah. Dialah saksi yang setia dan benar dan permulaan dari ciptaan Allah (lih. Ibrani 1:2b “… Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta”). Yesus sumber  firman yang menyebut diriNya  Amin  dengan sungguh-sungguh mengetahui sikap dan perbuatan jemaat Laodikia yang tidak dingin dan tidak panas yang disebut suam-suam kuku. Sebutan itu hendak menunjukkan bahwa jemaat Laodikia tidak memperlihatkan kesungguhan hati dalam mengikuti Tuhan. Suam-suam kuku berasal dari kata “Khiaros hudor” yang dipakai untuk menggambarkan air yang rasanya tidak enak dan menyebabkan muntah.  Sikap yang demikian dari orang Laodikia dalam beriman dan mengikut Kristus adalah disebabkan kesombongan mereka atas segala kekayaan yang dimiliki kota itu. Sebab Laodikia pada jamannya adalah kota yang makmur bahkan dialah kota yang paling makmur dan kaya dari ketujuh jemaat yang disapa dalam kitab Wahyu sebab kota itu menjadi pusat ‘perbankan pada masa itu, dan di situ ada pabrik kain wol hitam dan juga obat salep’. Semua itu membuat mereka sering kompromi dengan kepercayaan lain dan melakukan ibadah hanya sebagai rutinitas semata. Hal itu menjijikkan/ memuakkan bagi Yesus dan akan memuntahkan mereka.
Namun Tuhan mahatahu atas apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas”. Tidak dingin atau tidak panas atau suam-suam kuku, demikianlah iman percaya mereka. Istilah ini menggambarkan situasi kehidupan mereka yang memang mengalami masalah air. Di atas kota Laodikia terdapat 2 kota lain. Kota pertama adalah Kolose. Kolose memiliki sumber mata air dingin yang sangat baik/berkhasiat bagi tubuh untuk diminum. Sungguh sangat menyegarkan. Kota kedua adalah Hierapolis. Hierapolis memiliki sumber mata air panas. Yang sangat baik /berkhasiat bagi tubuh untuk mandi/ berendam. Kota Laodikia tidak memiliki sumber mata air sendiri. Kota ini mendapatkan air dari sumber mata air kota-kota di atasnya. Air dari kota Kolose dan Hierapolis mengalir ke bawah. Aliran air ini bertemu dan bersatu mengalir ke Laodikia. Karena air dingin bertemu dengan air panas maka jadilah air yang suam-suam kuku. Tidak lagi berkhasiat, baik dingin (menyegarkan bagian dalam tubuh) maupun panas (menyehatkan bagian luar tubuh). Air ini tidak lagi baik untuk berendam dan bahkan diminum. Bila diminum maka akan menimbulkan rasa mual (muntah). Jadi disini, sama seperti air tersebut yang suam-suam kuku memiliki arti bahwa secara rohani, jemaat Laodikia telah mengalami penurunan nilai guna atau manfaat. Semua itu karena jemaat Laodikia tidak lagi melihat pada Sang Pemberi Berkat sebagai yang utama, namun melihat dan mengutamakan berkatnya saja.
R e n u n g a n:… Kondisi rohani dan keimanan Jemaat Laodikia digambarkan oleh Yesus tak ubahnya seperti air yang suam-suam kuku yang siap dimuntahkan. Karena air yang suam-suam kuku itu tidak dingin dan tidak panas. Tegoran dan Celaan Tuhan begitu keras tentang keberadaan mereka karena semuanya prilaku dan pekerjaan mereka terlihat dan diketahui dengan jelas oleh Tuhan. Mereka merasa bahwa semuanya mereka miliki dan tidak ada yang kurang tetapi Sungguh Tuhan melihat dan mengetahui hidup mereka yang menjijikkan dan kualitas kerohanian mereka sangat tidak benar. Kesombongan dan kecongkakan karena kekayaan harta dan kemakmuran negerinya membuat membuat tidak tegas, jelas dan tidak sebagai identis Kristen sehingga membuat mereka akan dimuntahkan. Marilah kita menyerahkan hidup kerohanian kita secara total kepada Kristus dan tidak setengah-setengah sehingga kita memiliki identitas yang jelas dengan karaktek seperti Kristus.

  1. Tuhan Menegor & Menghajar yang Diakasihi dan mengajak  untuk bertobat ( ay. 17-19)
Jemaat di Laodikia ditegor dan diingatkan oleh Tuhan supaya bertobat meninggalkan kesombongan mereka karena mereka merasa tidak berkekurangan apa-apa. Mereka merasa memiliki kemakmuran dan kesejahteraan, Namun Yesus berkata sesungguhnya mereka melarat dan miskin, Kota yang menghasilkan kain wol Yesus katakan mereka telanjang, kota yang memproduksi salep mata tapi Yesus katakan mereka buta. Begitu pedasnya tegoran yang disampaikan Yesus kepada mereka atas sikap dan kesombongan yang ada dan Yesus menasihatkan  mereka untuk bertobat dan meninggalkan sikap yang tidak benar itu sehingga mereka tidak dimuntahkan. Ajakan itu terlihat dari apa yang dikatakan dalam ayat 18 dan 19 supaya mereka membeli daripada Tuhan emas yang telah dimurnikan supaya mereka kaya, juga kain putih supaya mereka tidak telanjang dan memalukan, minyak untuk melumas mata mereka supaya mata mereka dapat melihat. Demikian Yesus mengajak dan menasehati mereka supaya merelakan hatinya dan bertobat. Karena mereka sesungguhnya dikasihi oleh Tuhan. Artinya adalah Tuhan selalu siap dan menantikan perkabungan dosa dan pengenalan hingga penyesalan akan dosa-dosa kita, dan Dia memanggil kita untuk bertobat. Dengan pertobatan itu akan ada hubungan yang dipulihkan. Karena terjadi pengampunan, maka dengan demikian lahirlah kemesraan dan terlaksanalah rekonsiliasi perdamaian yang begitu indah.
R e n u n g a n… Laodikia adalah kota yang makmur dan kaya dan jemaat di sana juga makmur. Apa yang bisa dilihat dan dibeli oleh orang-orang Laodikia telah menjadi lebih berharga bagi mereka daripada apa yang tidak kelihatan dan kekal. Kekayaan, kemewahan, dan kesenangan bisa membuat orang percaya diri, berkecukupan dan puas diri. Tapi ingat, berapapun banyaknya materi yang kita miliki dan berapapun uang yang dapat kita hasilkan, kita tidak memiliki apa-apa jika kita tidak memiliki hubungan yang sungguh dengan Kristus. Bisa jadi tingkat kekayaan mempengaruhi hasrat rohani kita. Sebaliknya daripada kita memusatkan hidup pada kenyamanan dan kemewahan, marilah temukan dan miliki kekayaan sejati di dalam Kristus. Sebagaimana Laodikia yang terkenal karena kekayaannya yang luar biasa, Kristus Yesus menasihatkan mereka untuk membeli emas dariNya (harta rohani yang sejati). Kota itu bangga dengan industri kainnya, namun Yesus menyuruh supaya mereka membeli kain putih (kebenaran) dariNya, Laodikia menyombongkan diri karena salep matanya, namun Yesus minta mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka supaya mereka boleh melihat kebenaran dari Dia. Dengan semua ajakan ini, Yesus hendak menunjukkan kepada kita bahwa nilai sejati bukan terletak pada kekayaan materi, melainkan pada hubungan dan pengenalan yang benar dengan Tuhan. Kekayaan dan prestasi yang kita miliki tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan masa depan dan hidup kekal di dalam Yesus Kristus. Dan marilah mengerti bagaimana Yesus menegor orang yang dikasihi bahkan menghajarnya supaya mau mengenal kebenaran yang sesungguhnya sehingga bertobat meninggalkan segala dosa dan kesombongan dan datang menerima hidup dan keselamatan dari Tuhan.

  1. Tuhan menginginkan supaya kita membuka hati  kepadaNya sehingga kita dapat menikmati kebersamaan dengan Dia (ay. 20-22)
Melalui ayat 20-22 ini diperlihatkan bagaimana Tuhan sendiri yang berinisiatif mencari orang Laodikia supaya mereka mau membuka hatinya kepada Kristus sehingga Yesus bersama-sama dengan mereka boleh duduk menikmati makan bersama. Kasih Allah yang sungguh luar biasa dinyatakan kepada jemaat Laodikia di mana Allah sendiri yang mendatangi, menyadarkan dan mengetuk hati mereka. Terlihat begitu dalamnya kesombongan Laodikia, sehingga Yesus sudah berada  di luar hidup mereka dan sekarang Ia menunggu apakah mereka mau membuka dan mempersilahkan Dia masuk sehingga boleh duduk bersama. Duduk dan makan bersama memperlihatkan bahwa ada hubungan yang mesra menikmati kemenangan bersama dengan Tuhan. Kemenangan yang sejati yang digambarkan dengan duduk di takhta Tuhan sebagaimana Dia duduk bersama di takhtaNYa dengan Bapa. Memang Duduk bersama di takhta menunjukkan kuasa memerintah yang tentunya lebih bersifat eskatologis. Tetapi demikianlah Tuhan menjanjikan kuasa itu bagi orang-orang yang telah menang yakni mereka yang mau bertobat dan membuka hatinya menerima Kristus masuk dan boleh menikmati persekutuan yang intim dengan Tuhan. Jadi, persekutuan yang indah pada masa kekekalan yaitu bersama dengan Kristus di sorga akan menjadi milik dan bagian orang yang mau menerima Kristus. Dalam akhir ayat ini, Yesus mendesak umat percaya untuk mendengar, memperhatikan dan mengerti apa yang difirman itu. Sehingga setiap yang difirmankan itu memberi dampak kepada setiap dan gereja di segala jaman dan tempat.
R e n u n g a n… Betapa besar kasih setia Tuhan, Dia yang datang mendekat menghampiri dan  mengetuk pintu hati kita. Dia mengharap kita mau membuka pintu hati itu supaya kita diselamatkan dan menikmati persekutuan denganNya. Dia sabar menunggu dan tidak mendobrak tetapi mengetuk sehingga kesadaran kita dari dalam untuk mau membuka sangat Dia harapkan. Terlihat bagaimana Dia membiarkan dan mengijinkan kita memutuskan apakah membuka hidup kita bagi Dia atau tidak. Apakah hati dan hidup kita tertutup dan terkunci rapat bagi Kristus. Ketahuilah hanya dengan membukakan pintu bagiNya dan membiarkan Dia masuk maka kita akan dapat sukacita dan menikmati persekutuan yang intim dan mesra dengan Yesus. Sehubungan dengan itu, Jika kita membiarkan Kristus memasuki hidup kita ataupun rumah kita dalam arti Dia yang berkuasa dan mengendalikan hidup kita mau dipimpin dan diarahkan maka Ia akan memperkenankan kita memasuki rumah BapaNya dan selanjutnya mengijinkan kita duduk bersamaNya ditahtahNya.

III.             Penutup – Kesimpulan
  1. Tuhan mengecam bahkan muak melihat iman jemaat Laodikia yang suam-suam kuku. Tuhan juga muak dengan ibadah mereka yang hanya sebatas rutinitas. Bagaimana dengan ibadah kita,? Bagaimana dengan pelayanan kita.?
  2. Milikilah kesungguhan hati dalam mengikut dan beriman kepada Yesus sebab Tuhan tahu segala pekerjaan yang kita lakukan, bagiNya tidak ada yang tersembunyi, apakah gerangan penilaian Tuhan atas prilaku dan pekerjaan dan perbuatan kita.
  3. Tuhan mengasihi setiap umatNya dan senantiasa mencari kita supaya mau membuka hati dan mau bertobat.
  4. Orang yang mau menerima Kristus dan menyerahkan hidupnya dikuasai oleh Kristus maka kehidupan dan persekutuan yang intim  akan dinikmati di dalam hidupnya dan  di sorga kelak

Pdt. Janto Sihombing
HKI Resort Jakarta II

Kamis, 13 Agustus 2015

Renungan Khotbah Ibrani 13:1-15



Khotbah Minggu 11 Sesudah Trinitatis,  16 Agustus  2015
Ep. Keluaran 2 : 23 – 3 : 10                                    Ev. Ibrani  13 : 1 – 15                      P.HT. Kolose 3 : 12 – 13
Thema Minggu : “Aku Sekali-kali Tidak Meninggalkan Engkau”/
Sandok Tung Na So TinggalhononKu do Ho

I.                   Pendahuluan
Surat  Ibrani adalah Surat yang dialamatkan pertama sekali kepada orang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus. Mereka telah menerima dan menjadi pengikut Kristus, namun karena terjadi penganiayaan yang begitu berat, baik secara kehidupan sosial maupun secara fisik, baik dari pihak bangsa Yahudi maupun Romawi, mereka mulai bimbang dan goyah untuk mempertimbangkan kembali menjadi agama Yahudi. Dengan demikian, Surat Ibrani memberikan penguatan dan peneguhan serta mengingatkan mereka supaya tetap beriman kepada Yesus dan tinggal tetap dalam Kekristenan. Untuk Itulah dalam kitab Ibrani diperlihatkan kesempurnaan Kristus sebagai keselamatan dan kehidupan yang jauh lebih unggul dan sempurna dari siapapun dalam dunia ini. Sang Penulis menyatakan identitas sejati Yesus sebagai Allah. Dialah Penguasa Tertinggi. Ia lebih mulia daripada agama atau malaikat manapun. Ia lebih tinggi dari pemimpin Yahudi manapun (seperti Abraham, Musa, atau Yosua) dan lebih tinggi daripada Imam manapun. Setelah itu, dalam surat ini dimuat juga implikasi-implikasi praktis dari mengikut Kristus. Yakni berbagai nasehat untuk cara hidup sehari-hari dan nasehat moral dan itulah yang menjadi khotbah kita hari ini, yaitu  Ibrani 13 : 1 – 15.

II.                Penjelasan dan Renungan
1.        Perlihatkanlah kasih yang sungguh-sungguh kepada orang lain dengan tindakan nyata (ay.1-7;9)
Berbagai pesan moral dan nasehat praktis disampaikan oleh penulis surat Ibrani ini dalam bagian akhir surat ini, yakni sebagai implikasi praktis dari mengikut Kristus dengan menyatakan kasih yang sungguh-sungguh kepada orang lain dengan tindakan nyata, yakni : memberi tumpangan kepada orang asing, empati terhadap orang-orang yang dalam hukuman dan yang diperlakukan dengan sewenang-wenang, menghormati janji perkawinan, dan mensyukuri apa sudah dimiliki, memperhatikan para pemimpin untuk dapat meneladani iman mereka, dan jangan mau disesatkan pengajar sesat yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat.
  1. Dengan memberi tumpangan kepada orang asing ada tiga orang dalam PL dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat, Abraham (Kej 18:1…), Gideon  (Hakim 6:11…), Manoah (Hakim 13:2…).
  2. Berempati kepada orang-orang hukuman, yang diperlakukan dengan sewenang-wenang bahkan terpenjara oleh karena perjuangan kebenaran, keadilan dan karena iman kepada Yesus Kristus. Begitu pentingnya hal ini diberlakukan dalam hidup sehingga Yesus berkata bahwa pengikutNya yang sejati harus menghidupi dan melaksanakannya (lih. Matius 25:36 ).
  3. Menghormati perkawinan, Menghormati perkawinan akan menuntut kepekaan dan keyakinan Kristiani yang sangat besar. Itu berarti kekudusan perkawinan begitu berharga di hadapan Tuhan. Suami istri sama-sama harus menjaga kekudusan perkawinan itu sebab dengan demikian mereka diberkati oleh Tuhan dan menjadi alat bagi kemuliaanNya.
  4. Mensyukuri apa yang sudah dimiliki, Belajar untuk mencukupkan diri dan menikmatinya bukan marah dan mengeluh karena tidak dapat memiliki yang lain. Orang yang materialis sering tidak dapat puas dan menikmati bahkan sering meragukan kesanggupan Allah untuk mencukupkan kebutuhannya. Ketahuilah bahwa segalanya akan berlalu dan lenyap, demikian juga uang dan harta akan ditinggalkan (lih. Pilipi 4 : 11, belajar puas dengan apa yang dimiliki  1 Yohanes 2:17).
  5. Meneladani iman para pemimpin yang mengajarkan dan meneladankan akan kebenaran Injil firman Tuhan dalam kehidupannya. Mengingat para pemimpin iman yang telah mencurahkan hidupnya untuk pelayanan pekabaran injil.
  6. Jangan mau disesatkan pengajar sesat yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat, Sebagai Kristen Yahudi mereka sering dikunjungi dan diganggu untuk kembali kepada ritual keYahudian dan hukum-hukum yang harus dipatuhi untuk mendapatkan keselamatan.
R e n u n g a n
Penulis surat Ibrani mengingatkan orang Kristen benar-benar hidup secara Kristiani. Orang-orang Kristen yang Kristiani berarti mempraktekkan dan menghidupi kekristenan sebagaimana yang diajarkan Kristus. Nasehat-nasehat praktis itu hendak mengatakan bahwa keristenan itu harus dihidupi jangan hanya sebatas kata-kata tetapi haruslah dalam perbuatan dan tindakan nyata. Tentunya nasehat surat Ibrani ini begitu relevan dalam kehidupan kita sekarang. Begitu banyak sekarang hidup orang Kristen yang kurang kristiani. Kristen tetapi tidak Kristiani. Melalui nats ini yang Kristiani itu diuraikan melalui beberapa tindakan yang harus diimplementasikan oleh seorang Kristen dalam hidup sehari-hari dan kita diingatkan kembali akan kasih yang sungguh-sungguh itu diperlihatkan dalam tindakan dan perbuatan nyata. Bagaimanakah keramahtamaan, empati, kesetian dan kepuasan akan pemberian Tuhan diberlakukan sebagai implikasi kasih Kristus dalam kehidupan kita.

2.        Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (ay. 8)
Orang Kristen Yahudi perlu diingatkan dalam penganiayaan yang sedang mereka hadapi supaya tidak pernah ragu dan bimbang akan Kristus. Walau begitu banyak tantangan yang datang baik dari orang Yahudi sendiri ataupun penguasa Romawi orang Kristen Yahudi harus tetap beriman kepada Yesus jangan meninggalkan Kristus. Kekuatan kuasa dan kasih setiaNya tetap dan tidak berubah  dan situasi yang mereka hadapi boleh berubah-ubah tetap Kristus tidak pernah berubah.
R e n u n g a n
Mengerti bahwa Tuhan Yesus itu tidak pernah berubah, kuasa, kasih dan janji setiaNya tetap dan tak berubah, pada saat ini begitu relevan bagi kita. Allah tidak berubah dan tidak mungkin berdusta, oleh karena itu, saat kita menghadapi badai persoalan hidup kita dapat tetap percaya kepadaNya. Tetapi jangan lupa bahwa Dia adalah Allah yang suci dan adil, karena itu kita harus tetap taat walaupun sedang berada dalam kesulitan. Pemazmur pernah berkata “Sebab Tuhan itu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamya, dan kesetiaanNya tetap turun temurun” (lih Mazmur 100 : 5). Jika saat ini kita sedang mengalami kesulitan atau pergumulan berat, jangan pernah putus asa, apalagi pergi meninggalkan Dia dan minta pertolongan kepada allah lain. Datanglah kepada Kristus karena Dialah yang berkuasa yang dapat diandalkan untuk menolong dan memberi kekuatan. Kita patut berbahagia. Sebab walaupun segala sesuatu di dunia ini berubah, Tuhan tetap setia mengasihi, berlimpah anugerah dan mau menerima kita. Kalau Tuhan Allah tetap setia mengasihi, menolong dan menyelamtakan kita , marilah kita tetap setia dan berlaku benar.

3.        Yesus Kristus sudah mati untuk menanggung dosa umat Manusia (ay. 10-14)
Penulis surat Ibrani kembali mengingatkan orang Kristen Yahudi akan keunggulan Yesus Kristus sehingga dengan penjelasan itu mereka diharapkan untuk tetap setia beriman kepadaNya dan tidak meninggalkanNya. Orang-orang Kristen Yahudi diolok-olok dan dianiaya oleh orang Yahudi dan Romawi yang tidak percaya kepada Kristus sang Mesias. Oleh karena itu ayat ini memberitahukan bahwa pengurbanan Kristus lebih besar dari sistem kurban Perjanjian Lama yang dilakukan Imam besar di dalam suatu mezbah di dalam kemah. Karena Dialah yang dengan belas kasih setiaNya yang telah menjadi korban penebusan dan penghapusan dosa yang sempurna dan dipersembahkan di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya. sehingga oleh DarahNya ada pengampunan.
R e n u n g a n
Pemahaman dari ayat ini hendak menyemangati orang Kristen Yahudi sebagaimana Kristus telah mati dan menjadi kurban pengampunan dosa yang dikurbankan di luar kemah (luar kemah= najis, kehinaan). Itu artinya penderitaan yang dialami oleh orang Kristen Yahudi adalah sebagai tanda ikut serta dalam penderitaan Kristus untuk kesaksian iman mereka. Sebagaimana Yesus kristus dibawa keluar gerbang  Yerusalem untuk mengalami penderitan dan penghinaan demi kepentingan umat maka sudah saatnya bagi mereka turut merasakan penderitaan itu sebagai tanda kesetiaan mereka akan Kristus. Tentunya juga dengan kita saat ini.

4.        Tuhan berkenan akan perbuatan-perbuatan baik karena itu jangan pernah lupa melakukannya (ay. 15)
Ayat 15 ini berisikan: “Sebab itu marilah kita oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”. Itu berarti bahwa persembahan yang dilakukan bukanlah lagi untuk kurban pengampuan dosa tetapi kurban ucapan syukur karena korban pengampuan dosa telah sempurna dilakukan oleh Yesus.
R e n u n g a n
Marilah senantiasa memuji Tuhan, Mulut kita dan totalitas hidup ini  seharusnya mengakui nama Allah dan meninggikanNya melalui kata dan perbuatan. Segala perbuatan baik itu sangat berkenan kepada Tuhan sebagai implementasi  iman kita kepada Kristus. Berbuat baik dan memberi bantuan atau menolong orang lain sangat menyenangkan hati Tuhan dan berkenan kepadaNya walaupun tindakan-tindakan itu  tidak diketahui orang lain.
                                      
Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Ress. Jakarta  II