Kamis, 30 Juli 2015

Yohanes 6 : 24 – 35 Yesus adalah Roti Hidup



Bahan Sermon Khotbah  Minggu 9 Sesudah Trinitatis, 2 Agustus 2015
Ep. Keluaran  16 : 2 – 4; 9 – 15             Ev.  Yohanes  6 : 24 – 35          P. HT. Roma  14 : 17 – 19
Thema Minggu:  “Yesus  Adalah  Roti  Hidup”

I.              Pendahuluan
Sebelum perikop khotbah ini, Injil Yohanes telah menceritakan ada berbagai mujizat yang telah diperbuat oleh Yesus di hadapan orang banyak. Mujizat demi mujizat yang diperbuat oleh Yesus semakin membuat berita tentang Dia cepat tersebar dan orang banyak senantiasa mengikuti Dia kemanapun Dia pergi dan mereka selalu mencari Dia. Misalnya, Mujizat pemberian makan 5000 orang yang mendahului perikop ini menjadi peristiwa yang sangat mempengaruhi hati para orang banyak untuk terus mengikut dan mencari Yesus. Bahkan menurut Yesus, oleh peristiwa mujizat itu orang banyak hendak memaksa Dia untuk menjadikan Dia sebagai Raja  sehingga Yesus dengan sengaja menyingkir dan meninggalkan mereka (lih. Ay. 15). Di dalam perikop khotbah ini diceritakan bahwa orang banyak itu terus mencari Yesus hingga sampai ke Kapernaum  dan setelah mereka bertemu, mereka berkata: “Rabbi,  Bilamana Engkau tiba di sini?” Pertanyaan itu hendak menyampaikan bahwa kenapa bisa lolos dan lepas dari perhatian mereka, padahal mereka terus mengikuti dan mencari Dia. Sekilas begitu indah dan baik kedengarannya kalau orang banyak tidak mau lepas dari Yesus, mereka mengikuti dan terus mencari Yesus tetapi Yesus tahu apa tujuan hati mereka sehingga Yesus mau supaya motivasi mengikuti dan mencari Yesus itu adalah motivasi yang lebih benar lebih dari apa yang mereka inginkan. Pengajaran tentang itulah yang akan kita lihat dalam perikop khotbah ini.

II.           Penjelasan
1.      Yesus menginginkan supaya kita mengikutiNya dengan tujuan & motivasi yang benar (ay. 24-26)
Orang banyak telah menyaksikan, melihat dan merasakan  perbuatan Kristus yang melakukan  mujizat. Ada penyembuhan orang sakit, ada pemberian makan 5000 orang dengan 5 roti dengan 2 ikan dan masih tersisah 12 bakul. Melalui perbuatan Kristus yang sangat menakjubkan itu, mereka senantiasa ingin tetap mengikuti Yesus dan senantiasa mencari Yesus. Yang menjadi tujuan mereka dalam mencari dan mengikut Yesus adalah untuk senantiasa melihat perbuatan-perbuatan ajaib itu bahkan supaya mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka. Yesus mengerti dan tahu motivasi mereka sehingga Yesus berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”. (bnd. Bhs. Batak, “Dilului hamupe Ahu, ndada ala naung dapot rohamuna tanda i, tung ala ni nabosur i do hamu, na mangan roti i”). Artinya mereka mencari Yesus bukan karena sudah ada pengenalan yang benar akan Yesus yang ditimbulkan oleh tanda-tanda yang diperbuat itu. Yesus melihat motivasi dan pengenalan mereka  masih sekedar ingin melihat tanda namun tanda itu belum memberikan pengenalan yang sungguh siapa Yesus. Bahkan Yesus mengatakan mereka mencari Yesus karena Yesus telah mengenyangkan mereka. Yesus menegur dan mau mengoreksi motivasi dan tujuan mereka dalam mencari dan mengikut Yesus.
R e n u n g a n… Ada ungkapan bahasa Batak” Ida-ida do na butong, jora-jora na male”  artinya  orang yang telah mendapat dan memperoleh sesuatu dia akan ketagihan dan akan mengulangi terus, sedangkan orang yang kecewa dan tak memperoleh sesuatu maka dia akan tidak mau mengulangi lagi. Demikian orang banyak dalam perikop ini, mereka sudah melihat perbuatan-perbuatan ajaib dan telah memperoleh kekenyangan,  maka mereka terus mengikuti dan terus mencari Yesus karena selalu ingin menikmati perbuatan-perbuatan ajaib dan bahkan menurut Yesus bahwa orang banyak tersebut datang hendak membawa paksa Yesus untuk menjadikan-Nya raja. Hal itu diketahui oleh Yesus, sehingga Ia pergi menyingkir dari mereka. Melalui ayat ini, mari kita lihat lebih dalam lagi dan merenungkan motivasi apa yang mendorong dan mengarahkan kita untuk bertahan mengikut Yesus, tetap menjadi orang Kristen, atau mau menjadi seorang “parhalado” dan lain-lain. Kita melakukan semuanya itu janganlah hanya untuk pemenuhan hal-hal yang fana saja. Memang di dalam Yesus ada keberhasilan, ada kesuksesan, ada kesembuhan ada mujizat. Tetapi lebih dari situ marilah kita beriman dan percaya kepada Yesus karena keselamatan dan kehidupan yang kekal ada pada-Nya. Dialah Tuhan yang harus dipuji dan disembah yang telah mati dan bangkit untuk keselamatan kita.

2.      Yesus menginginkan supaya kita melakukan pekerjaan yang dikehendaki Allah  (ay. 27-29)
Yesus memperingatkan dan menegor orang banyak tersebut supaya mereka bekerja bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal yang diberikan oleh Yesus, sebab Dialah yang disahkan oleh Allah Bapa dengan materai-Nya. Yesus mengatakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak adalah Percaya kepada Dia yang telah diutus oleh Allah. Dalam hal ini, Yesus kembali meluruskan motivasi mereka di dalam mengikuti dan mencari Dia. Orang Yahudi memang begitu sulit untuk menerima Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Sehingga kata-kata itu memiliki arti dan makna supaya mereka jangan hanya percaya kepada Yesus sebagai pemberi berkat, pembuat mujizat dan penyembuh, tetapi yang lebih utama mereka harus menerima dan percaya kepada Dia sebagai Juruselamat/ Penebus dosa umat. Dalam dan melalui Dialah kita mendapat kehidupan yang kekal.
R e n u n g an… Melalui ayat ini, terlihat ketidaktahuan orang yang mencari Yesus akan apa yang dikehendaki Tuhan Allah untuk mereka kerjakan untuk mendapatkan dan memperoleh makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Sering orang yang mencari Allah merasa bingung bahkan salah tentang apa yang dikehendaki Tuhan Allah yang harus mereka lakukan. Yesus begitu tegas mengatakan yang harus kita kerjakan adalah harus percaya kepadaNya yang telah diutus oleh Allah, Allah senang bukan hanya karena pekerjaan yang kita lakukan melainkan karena kita menerima, mempercayai dan mengikut Yesus sebagaimana yang diakatakan dalam Yohanes 6:40, “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman”. Sehingga kehidupan rohani dan iman kita dibagun di atas pengakuan tersebut sebagaimana yang disingkapkan Yesus tentang diri-Nya. Kita mengaku, menerima dan percaya “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:16) dan keselamatan kita hanya ada di dalam Dia seperti yang dikatakan dalam  Kisah 4:12, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

3.      Yesus adalah Roti Hidup (ay.30-35)
Pernyataan Yesus bahwa Dia adalah Roti Hidup berawal dari permintan para orang banyak akan tanda yang dapat mereka lihat sehingga mereka percaya kepada--Nya. Orang banyak hanya ingin melihat tanda-tanda mujizat dan mendapatkan makanan gratis. Mereka berkata kepada Yesus bahwa nenek moyang mereka selalu diberi makan gratis oleh Musa selama di padang gurun. Yang menjadi magnet bagi mereka mengikut Yesus adalah tanda mujizat dan makanan gratis tersebut bukan Yesus itu sendiri, dengan pernyataan itu Yesus kembali mengoreksi cara pandang dan motivasi mereka dalam mencari Yesus, bahwa seharusnya yang mereka butuhkan lebih dari makanan yang sifatnya sementara, lebih dari makanan secara fisik yaitu makanan rohani. Yesus mengajar orang banyak tersebut dengan berkata bahwa bukan Musa yang memberikan manna makanan gratis itu makanan dari sorga tersebut, melainkan Bapa-Kulah yang memberikannya. Orang  banyak langsung meminta kepada Yesus supaya mereka diberi roti tersebut. Ketika itulah Yesus berkata: “Akulah Roti Hidup barang siapa datang kepadaKu, ia tidak lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.Yesus memperbandingkan diri-Nya yang adalah roti hidup, yaitu roti yang memberi hidup dengan manna yang pernah dimakan oleh nenek moyang Israel di padang gurun, manna yang bersifat sementara yang dan tidak dapat memberi hidup yang kekal. Yesus menyebut diri-Nya adalah roti Hidup. Pada masa Yesus, roti adalah sebagai bahan makanan pokok yang penting. Orang tidak dapat hidup tanpa ketersediaan roti untuk di makan. Demikianlah Yesus hendak mengatakan bahwa Yesus adalah hal terpenting dan yang paling utama mereka butuhkan dan miliki supaya memperoleh kehidupan kekal. Bahkan roti yang dimakan hanyalah memberi rasa kenyang sementara  dan untuk fisik tetapi Yesus sebagai Roti Hidup adalah untuk kehidupan rohani dan memberi hidup yang kekal.
Re n u n g a n… Manusia makan roti untuk memuaskan rasa lapar fisik dan menyokong kehidupan fisik. Kita dapat memuaskan rasa lapar rohani dan menyokong kehidupan rohani hanya melalui hubungan yang benar dengan Yesus Kristus. Tidak heran Yesus  menyebut diri-Nya Roti Hidup. Tetapi roti harus dimakan untuk menyokong kehidupan, demikianlah Kristus harus tinggal di dalam hidup kita. Kita harus datang dan percaya kepada-Nya untuk kita mendapat dan memperoleh-Nya. Menerima Yesus sebagai Roti Hidup berarti kita hidup dalam keselamatan. Hidup dalam keselamatan berarti hidup berkelimpahan atau tidak kelaparan. Hal itu bukan berarti bahwa manusia bukan membutuhkan makanan lagi, kita tetap butuh, hanya saja, dengan datang dan percaya kepada Yesus, manusia tidak lagi dikuasai dan dikendalikan oleh makanan jasmani. Hidup orang yang sudah menerima Yesus hidupnya bukan lagi semata-mata untuk mencari makanan dan menjadi kenyang, ia tidak lagi dikuasai dan diperhamba makanan, atau hidupnya tidak lagi hanya hidup yang mencari makanan dan kekenyangan.

III.        Kesimpulan dan Penutup
1.      Ikut dan carilah Yesus lebih dari berkat yang Dia berikan. Berkat dan mujizat hanyalah sarana karena itu, cari dan milikilah Yesus yang adalah sumber berkat dan mujizat itu.
2.      Mengikut dan mencari Yesus karena  memahami dan percaya bahwa Yesus berkuasa untuk melakukan tanda-tanda dahsyat dan mujizat adalah baik dan benar tapi jauh lebih baik dan jauh lebih benar kalau kita beriman dan percaya bahwa Dialah Tuhan, Juru selamat yang memberi keselamatan dan kehidupan yang kekal.
3.      Yesuslah Tuhan sumber kehidupan jasmani dan kehidupan rohani kita. Dan Dialah jawaban setiap pergumulan dan persoalan hidup kita. Karena itu jadikanlah Dia menjadi yang pertama dan paling utama dalam hidupmu.
4.      Yesus berkata bahwa Dialah Roti Hidup, dan Dia mengundang setiap orang untuk datang dan percaya kepada-Nya supaya mendapat dan memperoleh kehidupan yang kekal. Ia menghendaki supaya setiap orang yang datang dan percaya itu mendapat kehidupan yang kekal. Yesus bukan mengabaikan kehidupan dunia ini tetapi Ia tidak menghendaki manusia hanya mengutamakan kepentingan dunia dan kenikmatan sesaat.
5.      Apakah yang menjadi tujuan dan motivasi kita dalam mengikut dan mencari Yesus..????

Pdt. Janto Sihombing, M.Th

Senin, 27 Juli 2015

Matius 18:21-35 P e n g a m p u n a n



Bahan  PA untuk kebaktian karyawan Kristen
RS. Fatmawati  Jakarta

Thema   : P e n g a m p u n a n  ( Matius 18:21-35)
                                      O l e h  :  Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Pendahuluan:
            Mengampuni dalam bahasa Yunani disebut “aphiemi” artinya: membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas, menutupi, menghapus, mengampuni, memulihkan hubungan yang baik antara dua pribadi yang retak karena suatu kesalahan.
            Dosa merupakan hal penghalang dan perusak bagi manusia dalam persekutuannya dengan Allah.. Oleh karena itu untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan tersebut Allah selalu memberi belas kasihan dan menyuarakan pertobatan untuk menerima pengampunanNya. Dalam Penelahan Alkitab hari  ini,  kita mendengar bagaimana Yesus memperlihatkan pengampunan Allah kepada manusia dan manusia juga harus saling mengampuni. Inilah yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan dalam Matius 18:21-35 Dimana seorang hamba mendapat pengampunan dari seorang raja dan semestinya hamba tersebut juga harus mengampuni sesamanya.
Penjelasan

Ada 2 hal yang hendak disampaikan melalui pengajaran Yesus  dalam perikope ini:
1. Pengampunan yang tanpa batas
2. Seseorang yang sudah menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga

ad. 1. Pengampunan Tanpa batas
Petrus bertanya, sampai berapa kali harus mengampuni saudara yang berbuat dosa kepadanya. Menurut Petrus ‘tujuh kali sudah lebih dari cukup’, karena menurut pendapat umum tiga kali pun sudah hebat (bnd. Sebuah syair lagu yang sangat sering kita dengar “satu kali kau sakiti hati ini masih kumaafkan, dua kali kau sakiti hati ini juga aku maafkan, tapi jangan kau coba tiga kali …). Ternyata bukan demikian. Mengampuni sebanyak tiga kali atau tujuh kali belum cukup. Yesus mengatakan, “Tujuh puluh kali tujuh kali”.Jawaban Yesus itu bukan berarti sama dengan empat ratus sembilan puluh kali. Empat ratus sembilan puluh kali pun sebenarnya sudah luar biasa. Menghitung-hitung sekaligus mencatat empat ratus  sembilan puluh kali mengampuni sudah membosankan.

Tujuh puluh kali tujuh kali tidak sama dengan empat ratus sembilan puluh, melainkan “tidak terhingga atau tidak terbatas”. Mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali sama dengan mengampuni tanpa ada batas. Jadi orang-orang percaya senantiasa hidup dalam pengampunan. Dalam hidup orang percaya tidak boleh ada kata “tiada maaf bagimu” atau seperti yang yang sering kita dengar “Bertemu di liang lahat   .Tetapi  mengampuni tanpa mencatat bahwa orang-orang percaya tidak menghitung-hitung berapa kali ia sudah melakukan pengampunan itu. Kalau Paulus berkata dalam I Tesalonika 5:16-17,”Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, maka jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus adalah, “Bersukacitalah senantiasa, dan tetaplah mengampuni.”

ad.2. seseorang yang menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga
Yesus menjelaskan ini melalui perumpamaan yang terdapat dalam perikope yang kita bahas ini. Dimana Allah sudah mengampuni kita maka dengan demikian Ia menghendaki kita supaya kita dengan leluasa dan bebas mengampuni orang lain juga. Sebagaimana yang dikatakan Yesus dalam Lukas 6:36, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Dalam Matius 18:23-35 Yesus dengan perumpamaan-Nya  menceritakan bahwa ada seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan para hambanya. Lalu ada satu orang hamba yang memohon belas kasihan dan ampun dari sang raja atas hutang-hutangnya yang begitu besar dan sang raja mengabulkan permohonan tersebut. Tetapi si hamba yang baru  mendapat pengampunan ini menolak bahkan memenjarakan temannya yang berhutang kepadanya lalu sang raja yang mendapat informasi akan hal tersebut menjadi marah sehingga ia diserahkan kepada algojo-algojo.

Begitulah  kisahnya, dan arti dari cerita itu cukup jelas. Anak-anak kerajaan harus memperlihatkan kepada orang lain pengampunan yang mereka sendiri telah menerimanya. Kasih Allah yang besar  dalam pengampunan haruslah direfleksikan oleh umatNya.  Siapapun yang menolak untuk mengampuni seseorang yang telah berbuat salah kepadanya haruslah mengharapkan Allah untuk menghakimi dosa-dosanya.
Aplikasi

            Pengampunan dosa diberikan bukan karena kelayakan kita, tetapi hal itu merupakan tindakan kasih sayang Allah, belas kasihan dan rahmat anugerah semata. Pengampunan ialah satu keputusan untuk tidak berdendam terhadap seseorang. Kita semua telah berdosa (Pengkhotbah 7:20) kalau kita berkata, kita tidak berdosa berarti kita adalah seorang penipu ( I Joh 1:8). Itu berarti kita sungguh memerlukan pengampunan dari Tuhan. Kuasa pengampunan yang diajarkan Yesus sungguh luar biasa. Ini dapat kita lihat sewaktu Yesus disalibkan, Ia begitu menderita dan sakit, dihina dicambuk dan lain sebagainya tetapi Dia  berkata,”Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34). Dan kepada kita Yesus sudah mengajarkan doa dengan setiap hari kita harus memohon”ampunilah kami atas kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.Setiap hari kita meminta pengampunan dari Bapa di surga dan setiap hari juga mengampuni orang yang besalah kepada kita.
            Cara untuk mengampuni melakukan tuntutan Yesus adalah berdasarkan  pengampunan yang diterima dari Allah sendiri. Kalau kita belum sadar bahwa dosa yang mengakibatkan kematian itu belum diampuni Yesus, tentu kita keberatan mengampuni orang lain. Kita harus senantiasa siap sedia mengampuni. Pengampunan  yang kita lakukan berapa pun banyaknya tidak sebanding dengan pengampunan  yang kita terima dari Allah melalui darah Yesus Kristus.
            Para karyawan RS Fatmawai yang terkasih, saat Bapa/Ibu mengampuni seseorang yang telah menyakiti atau melukai hatimu, itu bukan semata-mata tentang orang tersebut tetapi untuk diri kita  juga. Bila kita  menahan pengampunan dan hidup dengan dendam dalam hati, berarti   kita  sedang membangun tembok-tembok pemisah. Ingatlah ,,, kita mengira bahwa kita sedang melindungi diri, tetapi sebenarnya tidak. Kita hanyalah mengasingkan orang lain dari kehidupan kita . Kita menjadi terasing , sendirian, kacau dan terpenjara oleh kepahitan kita sendiri. Tembok yang kita bangun bukan hanya mencegah orang keluar; namun juga membuat kita tetap terkurung di dalam.
            Apakah Bapa/Ibu menyadari bahwa tembok-tembok itu juga mencegah berkat-berkat Tuhan tercurah ke dalam kehidupan kita? Tembok-tembok ketidakadaan pengampunan itu  akan mencegah doa-doa kita dijawab. Jadi kita harus mengampuni orang yang telah menyakiti kita supaya kita dapat keluar dari penjara tersebut. Firman Tuhan berkata,” Karena jikalau  kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:14-15). Mintalah kekuatan kepada Tuhan untuk menolongmu dalam menyingkirkan kemarahan, kebencian dari dalam hatimu dan lihatlah sementara kita mengampuni hal-hal yang paling ajaib akan mulai terjadi dalam hidupmu. Tuhan akan mendengarkan doa-doamu dan akan memulihkan keadaanmu. Singkirkanlah kenangan pahit dan kebencian dari hatimu  dan engkau akan mengalami banyak kesembuhan dan akan melihat menyaksikan belas kasihan Tuhan dalam cara yang baru.

            Bapa/Ibu/ Saudara-saudara,  Pengampunan adalah kunci untuk bebas dari kepahitan. Ampunilah orang lain yang menyakitimu, ampuilah suamimu, ampunilah anak-anakmu, ampunilah atasanmu. Ampunilah bawahanmu yang memperlakukanmu tidak benar, ampunilah sahabatmu yang melukai hatimu atau yang menghianatimu, ampunilah orangtuamu yang salah memperlakukanmu saat engkau masih kecil, jangan biarkan akar kepahitan dan kebencian bertumbuh semakin dalam  dan terus merusak kehidupanmu. Katakan dalam doamu, Bapa, aku tahu bahwa saat aku mengampuni orang-orang yang menyakiti aku, itu menyenangkan-Mu. Tolong aku untuk menyadari bahwa mengampuni orang lain merupakan keinginanku yang utama.

ILLUSTRASI

Belajar Memaafkan. Ada sebuah cerita tentang Leonardo da Vinci yang melukiskan pentingnya pengampuna. Seperti kebanyakan seniman pada umumnya , Leonardo juga sangat emosional dan seringkali tidak disenangi  banyak orang karena sikap dan tindakan-tindakannya. Dalam Lukisannya tentang “Perjamuan Terakhir”, dia telah menunda gambar Kristus  ketika karyanya yang angung itu hampir selesai dikerjakannya. Hanya sesaat sebelum dia memulai melukis wajah Yesus, dia menglami pertengkaran yang hebat dengan salah seorang sahabat dekatnya. Pada waktu dia kembali kepada lukisannya, dia mendapati  bahwa segala sesuatunya  tidak berjalan dengan baik. Dan selama berhari-hari, dia tidak dapat menyelesaikan lukisan itu. Hari berganti minggu dan pelukis itu tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.

            Akhirnya, dia menyadari masalahnya, dan dengan rendah hati dia menjumpai sahabatnya tadi untuk meminta maaf. Dengan jiwanya yang telah bersih dari kemarahan dan kebencian,  dia tidak lagi mengalami kesukaran atau kesulitan dalam menyelesaikan karyanya yang agung itu. Leonardo telah belajar apa yang seharusnya kita pelajari juga. Hati yang tidak mengampuni  dan keinginan untuk membalas dendam, lebih menyakiti diri kita sendiri daripada menyakiti orang yang kita marahi..

            (lihat. PBMR Andi, 78 Illustrasi  Sketsa Kehidupan, (Andi, 2008) hal.121

Kamis, 16 Juli 2015

Markus 8:31-38



Khotbah  Minggu  Estomihi, 22 Pebruari 2009

Ev. Markus  8:31-38                                                                           Ep. Roma 10:13-21

Pendahuluan.

Perikope khotbah ini dapat juga kita temukan dalam Injil Synoptik lainnya, yaitu Matius dan Lukas (Matius 16:21-28, Lukas 9:22-27). Dimana, Matius , Markus dan Lukas sama-sama memuat tentang: Yesus memberitahukan apa yang akan terjadi  atas hidupNya. Atau  oleh Lembaga Alkitab Indonesia  memberi judul perikope ini “ Pemberitahuan  Pertama Tentang Penderitaan Yesus dan Syarat-syarat mengikut Dia”.

Pemberitaan itu berawal dari evaluasi yang Dia buat  di tengah-tengah pelayananNya yang sudah banyak dirasakan  dan dilihat orang banyak dalam hal penyembuhan orang sakit, memberi makan  orang lapar dan mujizat lainnya. Dia bertanya kepada murid-muridNya bagaimana pendapat orang banyak tentang diriNya dan bagaimana pendapat murid sendiri tentang diri Yesus. Dalam hal ini, Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (Markus 8:29). Pengakuan dan pengenalan Petrus  inilah yang mendorong  Yesus  Kristus untuk memulai pengajaranNya untuk memberi arti dan makna  kemesiasan Yesus yang sesungguhnya. Inilah yang segera kita lihat dalam uraian di bawah ini.

Uraian

1. Penderitaan dan kemuliaan Yesus sebagai Mesias (ay.31-32).
Inilah keterangan dan pengajaran yang pertama tentang kesengsaraan Kristus yang disampaikan dengan jelas. Dengan terus terang Yesus mengajarkan dan menyampaikan tentang kemesiasanNya.. Memang, sudah beberapa kali Yesus mengatakan hal ini, tetapi selalu dengan perumpamaan atau secara kiasan, contohnya dalam Yoh 2:19… rombak Bait Allah ini…, dan dalam Yoh 3:14 “Anak Manusia harus ditinggikan, dan dalam Matius 12:40… sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan  tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia  akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam ( Mark 2:20;Yoh 1:29; 6:51). Semuanya itu sukar dimengerti, baik oleh orang banyak maupun oleh murid-muridNya sendiri pada waktu itu. Jadi, dalam hal ini,  ada dua hal yang Dia sampaikan:
Pertama: Mesias  Anak Manusia itu harus menderita menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat, akhirnya akan dibunuh
Kedua   : Mesias Anak Manusia itu setelah melewati semua penderitaan  maka Dia akan bangkit dari antara orang mati dan akan dipermuliakan.

            Pengajaran Yesus akan kemesiasanNya yang menderita itu menunjukkan bahwa Yesus  tahu dengan jelas penderitaan dan kematian yang sudah menunggu dan yang harus dilaluinya. Dia melihat  dan tahu dengan jelas jalan salib yang harus dilewatiNya. Selaku Mesias, Yesus sadar bahwa Dia akan menjadi “hamba Tuhan yang menderita” atau lebih dipertegas lagi dengan istilah “Anak Manusia” sebagaimana yang sudah dinubuatkan  oleh Yesaya dalam Yesaya 53.
            Sebagai Mesias, Yesus, “Anak Manusia” harus… menderita… kata harus  menanggung banyak penderitaan, menunjukkan bahwa Yesus hendak memberi arti dan pemahaman akan  kemesiasannya, bukan seperti yang dipahami  dan yang dimengerti  orang Yahudi. Mereka  hidup  dalam pengharapan  bahwa suatu  hari kelak Allah akan mengutus  Mesias  untuk membebaskan Israel  (bnd. Lukas  24:21) inilah zaman keselamatan atau kerajaan Mesias yang mereka dambakan. Maka ketika Petrus(mungkin bersama murid lainnya) telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus langsung mengajarkan  dan mengoreksi pemahaman itu bahwa Mesias bukanlah Mesias politik  yang mengarah kepada kemuliaan duniawi/pemulihan kerajaan Daud (Kisah 1:6). Pemahaman ke Mesiasan yang berbeda itu terlihat dari sikap dan perbuatan Petrus  ketika Yesus membuka Kemesiasan diriNya, sehingga Petrus menarik Yesus  ke samping dan menegorNya (ay.32). Petrus seolah tidak setuju  pada ucapan-ucapan Yesus  yang mengatakan bahwa Dia akan menderita banyak hal,  ditolak, dibunuh  dan akan bangkit. Mereka memahami dan mengharapkan  bahwa Mesias akan segera mendirikan  kerajaannya di  bumi (bnd. Permohonan ibu anak-anak Zebedeus supaya kedua ananya  dapat duduk kelak di dalam kerajaan Yesus  yang satu di sebelah kanan dan satu lagi di sebelah kiri).

2. Yesus marah terhadap Petrus, kataNya:” Enyalah iblis”(ay.33)

            Yesus mengetahui siapa yang bekerja dibalik kata-kata Petrus, sehingga Yesus menghardiknya, “Enyahlah iblis, sebab engkau tidak memikirkan hal-hal yang dari Allah melainkan hal-hal yang dari manusia. Dalam hal ini, iblis berbicara melalui Petrus  karena dia mencoba menghalangi Yesus dalam tugas dan panggilanNya. Dengan kata-kata itu juga Yesus menegor iblis di padang gurun ketika Dia dicobai  (bnd. Matius 4:10). Iblis datang kepada Yesus  dan memperlihatkan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya dan berkata kepadaNya, :” Semua itu akan  kuberikan kepadaMu “ kata iblis  kepada Yesus. Seolah-olah iblis berkata tidak usah menderita, tidak usah memikul salib. Iblis menawarkan jalan yang lebih mudah  dan yang lebih menarik, “Semua itu akan kuberikan  kepadaMu, jika  Engkau sujud menyembah aku”.

            Yesus mengenal dan mengetahui siasat iblis yang kini sedang memasuki Petrus. Jadi, baik kepada iblis maupun kepada Petrus, Yesus mengatakan  “Enyahlah Iblis,” Karena mereka berdua  mau menghalangi  Yesus  dalam perjalanNya menuju salib. Kekalahan iblis menggoda Yesus di padang gurun sekarang mencoba memakai Petrus, murid Yesus sendiri yaitu murid yang paling dekat dengan Dia. Murid yang baru saja mendapatkan pengakuan atas kesaksian tentang diri Yesus.

            Jadi, Ucapan Yesus ini, hendak menunjukkan bahwa sisetan  hanya berpikir dari sudut kepentingan manusia, perasaan kemanusiaan, dari sudut prinsip ratio manusia. Memang dalam usahanya memenangkan manusia menjadi milik dan di bawah kuasanya, si setan selalu menempatkan dirinya dan rencana-rencananya memihak kepada manusia sehingga manusia sering tergoda untuk mendengarnya.      

 Yesus  memilih jalan yang ditunjukkan  Allah, jalan kasih jalan penderitaan  yaitu jalan salib agar semua orang  bisa diselamatkan dan kembali kepada Tuhan. Jalan salib inilah yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya. Mungkin juga kita merasa seperti Petrus dan tidak mau menerima salib itu, karena salib itu menjadi hinaan. Mungkin kita berkata.”Jangan Tuhan”, Kita tidak suka berpikir tentang penderitaan, kemiskinan, penolakan, kesusahan, kematian. Kita hanya mencari kemuliaan, hormat dan kekayaan. Kita tidak mau merendahkan diri dan memikul salib. Ingatlah, kemuliaan sejati hanya didatangkan dari perjuangan, dari salib penderitaan.

3. Para pengikut Tuhan Yesus harus menyangkal diri dan memikul salibnya…(ay.34).

            Yesus berkata:” Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Menyangkal diri berarti mendahulukan kepentingan  Tuhan di atas kepentingan pribadi. Bagi orang-orang yang aktif melayani Tuhan atau yang mengikuti kegiatan-kegiatan gereja atau yang terikat dengan pelayan tentunya akan merasakan  bagaimana menyangkal diri itu. Sebab urusan diri sendiri bahkan urusan keluarga  bisa jadi bukan lagi yang utama (bnd.Mark 10:28). Orang yang mau menyangkal dirinya berarti  hidup tidak menurut  kehendak dan kemauan sendiri, tetapi dia akan belajar  setiap hari  mendoakan.”Jadilah kehendakMu”.

            Megikut Kristus harus mau memikul salibnya. Salib diri  ini berarti penderitaan baik penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus Kristus  maupun penderitaan yang dialami para pengikutNya. Penderitaan Kristus adalah penderitaan kita. Sebaliknya, penderitaan kita adalah penderitaan Kristus, sebab kita semua adalah tubuh Kristus.
           
            Pemberitaan ini sekaligus mempersiapkan diri para murid dan juga siapa saja yang percaya kepada Kristus supaya kelak tidak kecewa dengan sesuatu yang pasti akan terjadi dari dunia ini baik penolakan, siksaan, hukuman bahkan yang sampai yang mengancam hidup  mereka

4. …Siapa yang menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku  dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya…(ay. 35-37).
            Banyak orang hidup hanya bagi dirinya sendiri, dengan memuaskan hawa nafsu dan keinginan sendiri dan berusaha menyelamatkan nyawanya. Tetapi  orang yang berbuat demikian  akan kehilangan nyawanya, karena ia tidak berguna bagi siapapun. Kehidupannya tidak berbeda dengan talenta yang oleh hamba yang malas itu disembunyikan di dalam tanah (Matius 25:24-25).

            Perkataan Tuhan Yesus ini merupakan jaminan bahwa orang yang mengorbankan sesuatu demi Injil – mengorbankan harta, kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, bahkan mengorbankan hidup tidak akan sia-sia dan tidak akan merana. Rintangan dan penderitaan bisa saja dialami, tetapi ia akan mengalami sukacita yang lebih besar daripada sukacita yang dapat diberikan oleh semua yang dikorbankan tadi, dan hidupnya menjadi jauh lebih bermakna daripada hidup  yang ditundukkan kepada harta, kepentingan pribadi…Di samping itu, hidup dalam kerelaan berkorban, kehilangan, menderita demi Injil  adalah hidup yang dibaktikan  untuk suatu kerajaan yang kekal. Maka hanya hidup semacam itulah yang dapat bertahan untuk selam-lamanya.
            Seandainya Yesus menuruti iblis dan mau sujud kepadanya maka semua akan hilang dan seluruh dunia akan diperbudak iblis. Sebagaimana Adam dan Hawa, mereka   menuruti suara iblis dan membiarkan diri mereka dikuasainya, mereka ingin mengetahui semuanya, mendapat dan menguasai semuanya. Mereka ingin menyelamatkan nyawanya tetapi kehilangan nyawanya. Ya, Itulah sikap manusia sering. Kita mau menyelamatkan hidup kita sendiri. Kita ingin mencari jalan sendiri, jalan yang gampang, mudah dan enak. Iblis menawarkan semua kerajaan dunia  dan kemegahannya dan Yesus menawarkan salib. Seharusnya kita harus memilih! Apakah kita memikirkan apa yang dipikirkan Allah atau yang dipikirkan manusia. Ingatlah, barang siapa mau menyelamatkan nyawanya  akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa  kehilangan nyawanya karena Yesus dan karena InjilNya,  ia akan   menyelamatkannya. Karena apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia  tetapi ia kehilangan nyawanya?. Seluruh dunia yang menjadi milik seseorang tidak bermanfaat, apabila miliknya itu membuat dia kehilangan hidupnya. Karena hidup manusia jauh lebih berharga  daripada semua harta milik, walaupun milik itu sudah berupa”seluruh dunia”. Hidup dapat membuat harta milik sedangkan harta milik tidak dapat  membuat hidup. Sebagaimana Yesus  berkata dalam Lukas 12:17 “ Berjagajagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah  hartanya, hidupnya tidaklah tergantung  daripada kekayaannya itu”. Ingatlah juga, apa yang dikatakan Allah kepada orang kaya itu; hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kau sediakan  dan untuk siapakah  itu nanti? (Lukas 12:13-21).

            Memperoleh seluruh dunia itu penting dan tidak dilarang oleh Yesus tetapi harus dijaga dan diwaspadai agar kepemilikan atau harta perolehan itu tidak membuat hidup  menjadi hilang, melainkan seharusnya semakin teguh dan setia kepada yang menganugerahkan hidup tersebut. Makanya Yesus mengajarkan “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33).

5. Barang siapa malu karena Aku dan karena perkataanKu … Maka Anak manusiapun akan malu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya…(ay.38)

            Bilamana Yesus datang  dalam kemuliaanNya, Ia akan setia terhadap orang yang setia kepadaNya. Yesus tahu bahwa akan datang masa sulit bagi murid dan juga bagi orang yang percaya. Dimana mereka akan diperhadapkan dengan dunia yang sulit dan yang bersikap memusuhi. Jika dalam keadaan seperti ini seseorang malu  untuk menunjukkan bahwa dirinya  adalah seorang kristen, jika ia takut untuk memperlihatkan  kepada siapa dia berpihak, maka ia tidak akan bisa berharap untuk memperoleh tempat terhormat /mulia bila Yesus datang. Karena itu ingatlah! Pengakuan bukanlah atribut diri saja bagi orang percaya, tetapi pengakuan kita adalah penegasan kepada dunia ini bahwa hanya di dalam Yesus ada kehidupan  dan keselamatan. Pengakuan adalah kesaksian melalui  hidup kita bahwa kita telah menjadi milikNya. Pengakuan adalah penegasan umum terhadap dunia bahwa kita sekarang adalah warga kerajaan Allah.

                                    Amen.                                                 Pdt.Janto Sihombing,S.Th
                                                                                                     Ressort. Jakarta  IV