Selasa, 25 Agustus 2015

Wahyu 3:14-22



Bahan Sermon Daerah HKI Daerah VII P. Jawa  Untuk Minggu, 13 Ses Trinitatis, 30 Agustus 2015
Ep. Ulangan  4 : 1 – 2                   Ev. WAHYU 3 : 14 – 22                                HT. I – IV
                        Thema  Minggu : Barangsiapa Kukasihi, Ia kutegor dan Kuajar
                                                      Nasa Nahuhaholongi akka i do Hupinsang jala Huajar
                       
I.                   Pendahuluan
Kitab Wahyu adalah Kitab yang bersifat Apokalyptik (yang berarti dibuka, disingkapkan, atau dinyatakan). Artinya dalam kitab ini disingkapkan dan dibuka atau dinyatakan tentang masa depan dan masa kini. Kitab ini memberikan pengharapan masa depan kepada semua orang percaya, khususnya orang-orang yang telah menderita karena iman mereka dengan memberitakan kemenangan akhir Kristus atas kejahatan serta realitas hidup kekal bersamaNya. Kitab ini juga memberikan pedoman untuk masa kini karena mengajar kita tentang Yesus Kristus dan bagaimana seharusnya kita hidup bagi Dia sekarang. Yesus memberikan pesanNya kepada Yohanes melalui Wahyu atau penglihatan, yang memungkinkan Yohanes untuk melihat dan mencatat peristiwa-peristiwa tertentu yang akan datang supaya hal itu bisa membangkitkan semangat semua umat percaya. Melalui Kitab Wahyu disampaikan bahwa Yesus Kristus akan datang kembali, Kejahatan akan dihukum dan orang mati akan dibangkitkan dan dihakimi, yang hasilnya adalah kehidupan kekal atau kebinasaan kekal. Dengan membaca di pasal awal kitab ini, yaitu Wahyu 1:4 diberitahukan bahwa penulis surat ini adalah Yohanes dan dialamatkan kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil yaitu: Jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Salah satu dari ketujuh jemaat tersebut, yaitu Jemaat Laodikia inilah yang akan kita bahas dan menjadi khotbah bagi kita.

II.                Penjelasan
  1. Tuhan tahu segala keberadaan kita dan mengetahui segala pekerjaan kita ( ay. 14-16).
Mengawali sapaan kepada jemaat Laodikia, Tuhan memberitahukan bahwa firman yang akan disampaikan oleh Yohanes kepada jemaat Laodikia adalah firman yang bersumber dari Yesus Kristus yang menyebut dan menamakan diriNya dengan sebutan: Amin, saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah. Dialah yang mengetahui segala keberadaan dan pekerjaan jemaat Laodikia yang suam-suam kuku yaitu yang tidak dingin dan tidak panas. Sehingga dengan keadaan seperti itu Ia akan memuntahkan jemaat Laodikia dari mulutNya. Sebutan Amin bagi Kristus hanya kita temukan dalam ayat ini, yang tentunya berarti menunjukkan Kristus sebagai yang benar, yang sungguh dapat dipercaya, dan yang di dalam diri-Nya semua janji Allah Ya dan amin (lih. 2 Kor. 1:20 “ Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah). Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah. Dialah saksi yang setia dan benar dan permulaan dari ciptaan Allah (lih. Ibrani 1:2b “… Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta”). Yesus sumber  firman yang menyebut diriNya  Amin  dengan sungguh-sungguh mengetahui sikap dan perbuatan jemaat Laodikia yang tidak dingin dan tidak panas yang disebut suam-suam kuku. Sebutan itu hendak menunjukkan bahwa jemaat Laodikia tidak memperlihatkan kesungguhan hati dalam mengikuti Tuhan. Suam-suam kuku berasal dari kata “Khiaros hudor” yang dipakai untuk menggambarkan air yang rasanya tidak enak dan menyebabkan muntah.  Sikap yang demikian dari orang Laodikia dalam beriman dan mengikut Kristus adalah disebabkan kesombongan mereka atas segala kekayaan yang dimiliki kota itu. Sebab Laodikia pada jamannya adalah kota yang makmur bahkan dialah kota yang paling makmur dan kaya dari ketujuh jemaat yang disapa dalam kitab Wahyu sebab kota itu menjadi pusat ‘perbankan pada masa itu, dan di situ ada pabrik kain wol hitam dan juga obat salep’. Semua itu membuat mereka sering kompromi dengan kepercayaan lain dan melakukan ibadah hanya sebagai rutinitas semata. Hal itu menjijikkan/ memuakkan bagi Yesus dan akan memuntahkan mereka.
Namun Tuhan mahatahu atas apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas”. Tidak dingin atau tidak panas atau suam-suam kuku, demikianlah iman percaya mereka. Istilah ini menggambarkan situasi kehidupan mereka yang memang mengalami masalah air. Di atas kota Laodikia terdapat 2 kota lain. Kota pertama adalah Kolose. Kolose memiliki sumber mata air dingin yang sangat baik/berkhasiat bagi tubuh untuk diminum. Sungguh sangat menyegarkan. Kota kedua adalah Hierapolis. Hierapolis memiliki sumber mata air panas. Yang sangat baik /berkhasiat bagi tubuh untuk mandi/ berendam. Kota Laodikia tidak memiliki sumber mata air sendiri. Kota ini mendapatkan air dari sumber mata air kota-kota di atasnya. Air dari kota Kolose dan Hierapolis mengalir ke bawah. Aliran air ini bertemu dan bersatu mengalir ke Laodikia. Karena air dingin bertemu dengan air panas maka jadilah air yang suam-suam kuku. Tidak lagi berkhasiat, baik dingin (menyegarkan bagian dalam tubuh) maupun panas (menyehatkan bagian luar tubuh). Air ini tidak lagi baik untuk berendam dan bahkan diminum. Bila diminum maka akan menimbulkan rasa mual (muntah). Jadi disini, sama seperti air tersebut yang suam-suam kuku memiliki arti bahwa secara rohani, jemaat Laodikia telah mengalami penurunan nilai guna atau manfaat. Semua itu karena jemaat Laodikia tidak lagi melihat pada Sang Pemberi Berkat sebagai yang utama, namun melihat dan mengutamakan berkatnya saja.
R e n u n g a n:… Kondisi rohani dan keimanan Jemaat Laodikia digambarkan oleh Yesus tak ubahnya seperti air yang suam-suam kuku yang siap dimuntahkan. Karena air yang suam-suam kuku itu tidak dingin dan tidak panas. Tegoran dan Celaan Tuhan begitu keras tentang keberadaan mereka karena semuanya prilaku dan pekerjaan mereka terlihat dan diketahui dengan jelas oleh Tuhan. Mereka merasa bahwa semuanya mereka miliki dan tidak ada yang kurang tetapi Sungguh Tuhan melihat dan mengetahui hidup mereka yang menjijikkan dan kualitas kerohanian mereka sangat tidak benar. Kesombongan dan kecongkakan karena kekayaan harta dan kemakmuran negerinya membuat membuat tidak tegas, jelas dan tidak sebagai identis Kristen sehingga membuat mereka akan dimuntahkan. Marilah kita menyerahkan hidup kerohanian kita secara total kepada Kristus dan tidak setengah-setengah sehingga kita memiliki identitas yang jelas dengan karaktek seperti Kristus.

  1. Tuhan Menegor & Menghajar yang Diakasihi dan mengajak  untuk bertobat ( ay. 17-19)
Jemaat di Laodikia ditegor dan diingatkan oleh Tuhan supaya bertobat meninggalkan kesombongan mereka karena mereka merasa tidak berkekurangan apa-apa. Mereka merasa memiliki kemakmuran dan kesejahteraan, Namun Yesus berkata sesungguhnya mereka melarat dan miskin, Kota yang menghasilkan kain wol Yesus katakan mereka telanjang, kota yang memproduksi salep mata tapi Yesus katakan mereka buta. Begitu pedasnya tegoran yang disampaikan Yesus kepada mereka atas sikap dan kesombongan yang ada dan Yesus menasihatkan  mereka untuk bertobat dan meninggalkan sikap yang tidak benar itu sehingga mereka tidak dimuntahkan. Ajakan itu terlihat dari apa yang dikatakan dalam ayat 18 dan 19 supaya mereka membeli daripada Tuhan emas yang telah dimurnikan supaya mereka kaya, juga kain putih supaya mereka tidak telanjang dan memalukan, minyak untuk melumas mata mereka supaya mata mereka dapat melihat. Demikian Yesus mengajak dan menasehati mereka supaya merelakan hatinya dan bertobat. Karena mereka sesungguhnya dikasihi oleh Tuhan. Artinya adalah Tuhan selalu siap dan menantikan perkabungan dosa dan pengenalan hingga penyesalan akan dosa-dosa kita, dan Dia memanggil kita untuk bertobat. Dengan pertobatan itu akan ada hubungan yang dipulihkan. Karena terjadi pengampunan, maka dengan demikian lahirlah kemesraan dan terlaksanalah rekonsiliasi perdamaian yang begitu indah.
R e n u n g a n… Laodikia adalah kota yang makmur dan kaya dan jemaat di sana juga makmur. Apa yang bisa dilihat dan dibeli oleh orang-orang Laodikia telah menjadi lebih berharga bagi mereka daripada apa yang tidak kelihatan dan kekal. Kekayaan, kemewahan, dan kesenangan bisa membuat orang percaya diri, berkecukupan dan puas diri. Tapi ingat, berapapun banyaknya materi yang kita miliki dan berapapun uang yang dapat kita hasilkan, kita tidak memiliki apa-apa jika kita tidak memiliki hubungan yang sungguh dengan Kristus. Bisa jadi tingkat kekayaan mempengaruhi hasrat rohani kita. Sebaliknya daripada kita memusatkan hidup pada kenyamanan dan kemewahan, marilah temukan dan miliki kekayaan sejati di dalam Kristus. Sebagaimana Laodikia yang terkenal karena kekayaannya yang luar biasa, Kristus Yesus menasihatkan mereka untuk membeli emas dariNya (harta rohani yang sejati). Kota itu bangga dengan industri kainnya, namun Yesus menyuruh supaya mereka membeli kain putih (kebenaran) dariNya, Laodikia menyombongkan diri karena salep matanya, namun Yesus minta mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka supaya mereka boleh melihat kebenaran dari Dia. Dengan semua ajakan ini, Yesus hendak menunjukkan kepada kita bahwa nilai sejati bukan terletak pada kekayaan materi, melainkan pada hubungan dan pengenalan yang benar dengan Tuhan. Kekayaan dan prestasi yang kita miliki tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan masa depan dan hidup kekal di dalam Yesus Kristus. Dan marilah mengerti bagaimana Yesus menegor orang yang dikasihi bahkan menghajarnya supaya mau mengenal kebenaran yang sesungguhnya sehingga bertobat meninggalkan segala dosa dan kesombongan dan datang menerima hidup dan keselamatan dari Tuhan.

  1. Tuhan menginginkan supaya kita membuka hati  kepadaNya sehingga kita dapat menikmati kebersamaan dengan Dia (ay. 20-22)
Melalui ayat 20-22 ini diperlihatkan bagaimana Tuhan sendiri yang berinisiatif mencari orang Laodikia supaya mereka mau membuka hatinya kepada Kristus sehingga Yesus bersama-sama dengan mereka boleh duduk menikmati makan bersama. Kasih Allah yang sungguh luar biasa dinyatakan kepada jemaat Laodikia di mana Allah sendiri yang mendatangi, menyadarkan dan mengetuk hati mereka. Terlihat begitu dalamnya kesombongan Laodikia, sehingga Yesus sudah berada  di luar hidup mereka dan sekarang Ia menunggu apakah mereka mau membuka dan mempersilahkan Dia masuk sehingga boleh duduk bersama. Duduk dan makan bersama memperlihatkan bahwa ada hubungan yang mesra menikmati kemenangan bersama dengan Tuhan. Kemenangan yang sejati yang digambarkan dengan duduk di takhta Tuhan sebagaimana Dia duduk bersama di takhtaNYa dengan Bapa. Memang Duduk bersama di takhta menunjukkan kuasa memerintah yang tentunya lebih bersifat eskatologis. Tetapi demikianlah Tuhan menjanjikan kuasa itu bagi orang-orang yang telah menang yakni mereka yang mau bertobat dan membuka hatinya menerima Kristus masuk dan boleh menikmati persekutuan yang intim dengan Tuhan. Jadi, persekutuan yang indah pada masa kekekalan yaitu bersama dengan Kristus di sorga akan menjadi milik dan bagian orang yang mau menerima Kristus. Dalam akhir ayat ini, Yesus mendesak umat percaya untuk mendengar, memperhatikan dan mengerti apa yang difirman itu. Sehingga setiap yang difirmankan itu memberi dampak kepada setiap dan gereja di segala jaman dan tempat.
R e n u n g a n… Betapa besar kasih setia Tuhan, Dia yang datang mendekat menghampiri dan  mengetuk pintu hati kita. Dia mengharap kita mau membuka pintu hati itu supaya kita diselamatkan dan menikmati persekutuan denganNya. Dia sabar menunggu dan tidak mendobrak tetapi mengetuk sehingga kesadaran kita dari dalam untuk mau membuka sangat Dia harapkan. Terlihat bagaimana Dia membiarkan dan mengijinkan kita memutuskan apakah membuka hidup kita bagi Dia atau tidak. Apakah hati dan hidup kita tertutup dan terkunci rapat bagi Kristus. Ketahuilah hanya dengan membukakan pintu bagiNya dan membiarkan Dia masuk maka kita akan dapat sukacita dan menikmati persekutuan yang intim dan mesra dengan Yesus. Sehubungan dengan itu, Jika kita membiarkan Kristus memasuki hidup kita ataupun rumah kita dalam arti Dia yang berkuasa dan mengendalikan hidup kita mau dipimpin dan diarahkan maka Ia akan memperkenankan kita memasuki rumah BapaNya dan selanjutnya mengijinkan kita duduk bersamaNya ditahtahNya.

III.             Penutup – Kesimpulan
  1. Tuhan mengecam bahkan muak melihat iman jemaat Laodikia yang suam-suam kuku. Tuhan juga muak dengan ibadah mereka yang hanya sebatas rutinitas. Bagaimana dengan ibadah kita,? Bagaimana dengan pelayanan kita.?
  2. Milikilah kesungguhan hati dalam mengikut dan beriman kepada Yesus sebab Tuhan tahu segala pekerjaan yang kita lakukan, bagiNya tidak ada yang tersembunyi, apakah gerangan penilaian Tuhan atas prilaku dan pekerjaan dan perbuatan kita.
  3. Tuhan mengasihi setiap umatNya dan senantiasa mencari kita supaya mau membuka hati dan mau bertobat.
  4. Orang yang mau menerima Kristus dan menyerahkan hidupnya dikuasai oleh Kristus maka kehidupan dan persekutuan yang intim  akan dinikmati di dalam hidupnya dan  di sorga kelak

Pdt. Janto Sihombing
HKI Resort Jakarta II

1 komentar: