Thema Minggu: Mataku telah melihat Tuhan
Semesta Alam/ Nunga diida mataku Raja
Jahowa Zebaot
Ep. Wahyu 4 : 1 – 11 Ev.
Yesaya 6 : 1 – 8 P.HT
: 2
Timotius 4 : 2 – 5
I.
Pendahuluan
Yesaya memiliki panggilan
yang unik dan sangat luar biasa untuk menjadi seorang nabi. Dia terlebih dahulu
mendapat penglihatan yang sangat dahsyat yaitu kebesaran dan kemuliaan Tuhan
Allah hadir dalam bait KudusNya dan
dalam peristiwa itu Allah memanggil dia dan mengutusnya sebagai nabi. Pemanggilan
dan Pengutusan Yesaya itu mendapat proses pengudusan terlebih dahulu melalui
aksi Allah yang menyuci tahirkan hidup Yesaya yang ditandai dengan menyentuh
bibir Yesaya dengan bara api. Hal itu terjadi karena ada kesadaran penuh dari
Yesaya akan keberadaannya tentang diri dan bangsanya yang penuh dosa sehingga
dia berkata Celakalah aku! Aku binasa sebab aku ini seorang yang najis bibir
dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Perlu kita ketahui bahwa
konteks Israel pada jaman ini begitu makmur secara ekonomi namun hal itu tidak
diikuti dengan kebaikan kehidupan social dan kerohanian mereka. Israel berubah
setia dan menjauh dari Tuhan, mereka berlaku jahat di mata Tuhan dan hidup
dalam ketidak benaran. Ke dalam konteks yang demikianlah Tuhan mengutus Yesaya
sebagai nabiNya untuk menyampaikan isi hatiNya dimana Tuhan akan menghukum
kejahatan mereka dan juga bangsa lain yang menyesatkan umatNya dan sekaligus
untuk menyuarakan suara pertobatan.
II.
Pembahasan Nats
1.
Tuhan adalah Raja yang penuh dengan Kemuliaan, Kekudusan dan Keagungan
( ay. 1 -4 )
Ada 2 hal yang perlu kita lihat dalam ayat 1-4 ini,
yakni:
v
Penglihatan itu terjadi dalam tahun matinya raja Uzia. Raja Uzia mati kira-kira tahun 740 SM yang sejarahnya
bisa kita lihat dalam 2 Raja-raja 15:3… dan 2 Tawarik 26: 4-5. Raja Uzia
sebenarnya dari awalnya adalah seorang raja yang saleh dan takut akan Tuhan,
sehingga ia sukses dan berhasil dan umat Israel penuh damai dan sejahtera dalam
pemerintahannya. Namun dalam tahun-tahun berikutnya ia menjadi sombong, congkak dan angkuh. Ia melakukan yang tidak
benar di hadapan Tuhan dengan menyerobot tugas imam besar di bait Allah yang
seharusnya dia tidak boleh lakukan (2 Tawarik 26:18-21). Walau Para Imam sudah memperingatkan dia
untuk tidak melakukan pembakaran ukupan kudus itu dan supaya tidak masuk ke
tempat kudus tersebut sebab hanya orang-orang yang dikuduskanlah yang boleh
melakukannya, ia tidak mau mengindahkannya namun justru ia balik marah kepada
imam Azarya dan rombongan imam lainnya dan akhirnya ia kena hukum dari Tuhan
dia tidak mendapat kehormatan lagi di hadapanNya dan ia berpenyakit kusta sehingga dikucilkan dan sampai pada kematiannya. Cerita
tentang prilaku Raja Uzia yang tidak menghormati kekudusan Allah yang mengotori pelayanan kudus serta yang mempermainkannya membawa petaka baginya
dan berujung kepada kehinaan dan kematian.
Penyebutan nama Uzia itu dalam ayat ini hendak mengingatkan bahwa peristiwa
kematian Uzia adalah peristiwa kematian karena mempermainkan pelayanan dan
kekudusan Tuhan di dalam bait-Nya. Renungan janganlah pernah
merasa enteng dan mempermainkan kekudusan pelayanan, tetaplah setia dan dapat
dipercaya dalam pelayanan ini. Kesuksesan dan keberhasilan janganlah membawa kepada kesombongan tetapi tetaplah rendah hati sehingga kehormatan tetap ada dan Tuhan semakin memberkati.
v
Dalam penglihatan itu Yesaya melihat Tuhan duduk di atas tahta
yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Pandangan ini memperlihatkan Keagungan Tuhan yang tentunya jauh melebihi
keagungan raja-raja yang ada terutama yang memerintah ketika itu. Pada
peristiwa kematian Uzia itu Israel merasa terpukul dan penuh kesedihan sebab di
bawah pemerintahan raja Uzia mereka boleh menikmati kemakmuran dan
kesejahteraan maka begitu mendengar Uzia dihukum dan mati, Israel berada dalam
ketakutan. Mereka memahami Uzia itu dapat membawa kemakmuran bagi mereka. Maka dengan Allah memperlihatkan keagunganNya
yang jauh mengatasi keagungan raja-raja khususnya raja Uzia hendak mau
mengatakan bahwa bukanlah keagungan Uzia dan kekuasaanya yang menjamin dan sumber kemakmuran tersebut
tetapi Tuhanlah yang membangkitkan Uzia dan yang memberkati. Namun ketika Uzia
sudah berlaku tidak setia dan mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan maka
Tuhan menghukum. Demikian juga Israel yang diberkati Tuhan dengan penuh
kemakmuran tetapi ketika mereka tidak mau bertobat dan kerohanian mereka yang
penuh kebobrokan maka Tuhan akan menghukum. Jadi bukan “di” dan “dari” tangan
Uzia datang berkat tetapi dari Tuhan Allah-lah
yang keagungan-Nya mengatasi keagungan Uzia. Renungan sotung gabe mandele jala lomos huhut tahutan
kita molo tung marujung ngolu ni na gabe pangunsandean na salelengon na gabe
“pangalualuan “nasailaonna i. Torop do
jolma molo nunga mate na gabe “tulang punggungna” na manarihon salelengon gabe
ndang adong semangat jala gabe mandele. Tetapi melalui penglihatan ini kita mau
diingatkan supaya setialah senanantiasa
dan takut akan Tuhan maka Dia
akan tetap setia menjaga, memelihara dan memberkati kita.
2. Yesaya melihat para Serafim
berdiri di sebelah atas Tuhan yang masing-masing mereka memiliki enam sayap dan
masing-masing sayap memiliki fungsi. Para
Serafim senantiasa memuliakan dan menyanyikan
kekudusan Allah. Mereka selalu siap untuk diperintah Tuhan untuk
melakukan tugas seperti dalam khotbah ini, yakni untuk menyuci kuduskan Yesaya
melalui menyentuh mulutnya supaya dalam kekudusan ia melakukan tugas
kenabiannya. Para Malaikat adalah pesuruh untuk melakukan perintah Tuhan. Dan
senantiasa bersiap siaga untuk disuruh oleh Tuhan. Para malaikat ini menyerukan
Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan semesta alam
seluruh bumi penuh kemuliaanNya (ay. 3). Nama Serafim berarti “membakar”
yang lebih mengarah kepada pengertian akan kesucian mereka sebagai pelayan
Tuhan dan memberi penekanan akan kesucian dan kekudusan karena pada zaman Uzia
ketika itu terjadi kemerosotan dan spiritual umat yang jauh dari kekudusan.
Maka dengan nyanyian itu kepada Yesaya dinyatakan Allah itu Kudus dan penuh
dengan kemuliaan. Dengan nyanyian itu
menimbulkan alas ambang pintu bait suci bergoyang yang dipenuhi dengan asap.
Dalam Perjanjian Lama Kehadiran Allah dan kemuliaan-Nya disertai dengan asap dapat juga kita lihat seperti
dalam peristiwa kehadiran Allah di
gunung Sinai, dimana gunung Sinai seluruhnya dipenuhi dan ditutupi oleh asap
sebab Tuhan turun atasnya ( Kel 19:19). Renungan
marilah kita memahami dan menyadari
bahwa Allah itu adalah Allah yang Kudus dan sempurna sehingga dalam kedahsyatan
dan kemuliaan kekudusaNya yang sempurna itu kita akan melakukan pelayanan yang benar.
3. Begitu dahsyat kemuliaan
Tuhan hadir sehingga hal itu menyadarkan Yesaya bahwa dia akan celakah dan akan
binasa karena menyadari dirinya yang penuh dengan kenajisan. Dia sadar bahwa ia
adalah seorang yang najis bibir dan tinggal berada di antara yang najis bibir. Hal
itu sekaligus mau mengatakan bahwa dia sebenarnya bukan orang yang layak untuk
mendapat kesempatan dan penglihatan itu dan dia bukanlah orang yang berbeda
dengan orang sekitar pada jamannya. Ada ketakutan setelah menyadari akan
dirinya yang penuh dosa yang seharusnya tidak layak melihat Tuhan sang Raja
alam semesta sehingga dengan penglihatan itu tentunya ia akan celakah dan
binasa ( bnd. Kel 33:20 “ …engkau tidak akan tahan memandang wajahKu, sebab
tidak ada orang yang memandang Aku akan hidup”). Renungan Kesadaran Penuh akan keberadaan Tuhan yang hadir
dalam kekudusan seharusnya menimbulkan kesadaran akan diri kita yang penuh dosa
dan kenajisan dan tak tertutupi
sekaligus sebagai kepasrahan kita yang tidak dapat mempertahankan diri
namun seharusnya pasrah dan berserah
untuk menunggu apa yang hendak Tuhan lakukan untuk kita.
4. Tuhan
yang menguduskan dan yang mengutus (ay. 7-8)
Tindakan
Allah yang menyentuh bibir Yesaya adalah tindakan yang menguduskan dirinya dari
segala kesalahan dan keberdosaaannya. Dengan tindakan itu ia akan segera
menerima tugas pengutusan untuk dapat bekerja melayani utnuk Tuhan. Sehingga
usai Allah menyentuh bibir mulut Yesaya ia boleh mendengar suara siapakah yang
akan Tuhan utus dan siapakah yang mau bekerja untuk Dia. Lalu dengan tegas ia
berkata: “Ini Aku, Utuslah aku”. Allah yang sudah mempersiapkan Yesaya untuk
tugas kenabian itu dan dia akan bekerja adalah untuk Tuhan. Renungan Pengutusan Yesaya adalah buah karya Allah
yang terlebih dahulu mempersiapkannya dengan menyucikuduskannya setelah ada
kesadaran dan pengakuan dan pengenalanYesaya akan dirinya dan akan Tuhan.
Sehingga Yesaya menerima dan mau diutus untuk bekerja bagi Tuhan. Marilah kita
menyadari bahwa kita sebagai pelayanNya yang sudah menerima panggilan itu
adalah bekerja bagi Tuhan sehingga dengan demikian kita akan dapat melakukannya
dengan baik dan benar.
III.
Kesimpulan dan Penutup.
Tuhan
memanggil dan mengutus kita untuk terus menyuarakan pertobatan dan keselamatan
ke dalam dunia ini. Sehingga Allah yang Kudus Agung dan Mulia di dalam Yesus
Kristus dapat diperdengarkan kepada seluruh umat di segala jaman dan tempat.
Menjadi pelayan bagi Tuhan tentunya kita akan menjaga spritualitas sehingga
kita layak menjadi alat dan kesaksian bagi dunia ini. Dengan berkata “Ini Aku Utuslah Aku” bukanlah ucapan kesombongan dan merasa
mampu tetapi adalah ucapan penyerahan diri dan kesiapan dipakai untuk bekerja
bagi Tuhan. Amin
Pdt. Janto Sihombing
HKI
Resort Jakarta II