Sabtu, 07 November 2015

Khotbah Ibrani 9:24-28

Khotbah, Minggu 23 Sesudah Trinitatis, 8 Nopember 2015
Ep: 1 Raja-raja 17:8-16 Ev: Ibrani 9:24-28 HT. I – IV
Thema Minggu : Mati satu kali untuk keselamatan semua
Mate sahali bahen haluaon ni sasudena
I. Pendahuluan
Orang Yahudi yang sudah meninggalkan agama Yahudinya dan menjadi pengikut Kristus atau agama Kristen, merekalah yang pertama sekali menjadi alamat surat ini. Sebagai orang Kristen Yahudi yang meninggalkan keYahudianya tentulah mereka mengalami banyak tekanan dan penderitaan baik dari Orang Yahudi itu sendiri dan juga oleh pemerintah Roma ketika itu. Tidak jarang mereka ditindas dan siksa oleh karena iman tersebut. Sehingga firman ini diberikan untuk menguatkan dan menghibur mereka dengan harapan untuk tetap setia dan tidak mundur dari iman yang mereka miliki (Ibr 10:32-34, 13:22). Orang Kristen Yahudi diingatkan supaya tetap setia dan jangan kembali kepada kehidupan lama yang sudah mereka tinggalkan (agama Yahudi), tetapi supaya tetap berpegang teguh kepada Yesus Kristus sebab Kristus sendiripun yang walaupun Dia Anak Allah telah mengalami penderitaan dan siksaan ketika menjelma menjadi manusia. Begitu beratnya penderitaan dan siksaan yang Dia alami hingga sampai kematian, namun Ia tetap setia dan tidak sedikitpun Ia gagal. Karena itu, Penulis Ibrani hendak menyemangati dan menguatkan orang Kristen Yahudi yang sedang menghadapi pergumulan iman yang berat itu supaya tetap setia dan kuat dalam penderitaan itu sebab Kristus telah terlebih dahulu menghadapi dan mengalaminya dan tentuNya Dialah yang menjadi teladan yang harus ditiru (Ibr 2:17-18,5:8-9). Dalam Khotbah ini, kita akan melihat yaitu Penulis Ibrani secara Khusus mengangkat dan menjelaskan bagaimana keunggulan dan keistimewaan Yesus yang mengatasi segalanya dan jauh berbeda keimaman-Nya dari imam yang ada dalam agama Yahudi.
II. Penjelasan
1. Sebagai Imam Besar Yang Sejati, Yesus masuk ke dalam Sorga yang bukan buatan tangan manusia ( ay. 24).
Berbeda dengan Imam Besar dalam Agama Yahudi, Yesus melakukan pendamaian dan penebusan dosa masuk ke ruang kudus bukan buatan tangan manusia, tetapi Ia masuk ke dalam sorga (bnd. 9:1). Ruang kudus yang dimasuki oleh imam Yahudi adalah gambaran tempat kudus yang sesungguhnya yaitu sorga dan sebatas gambaranlah yang dapat dimasuki imam Yahudi tersebut. Yesus bukanlah demikian, Ia masuk ke ruang kudus yang sesungguhnya yaitu sorga. Yesus masuk dan berada di dalam sorga adalah guna kepentingan kita. Yesus dalam hadirat sorgawi akan membela kita karena dosa-dosa kita telah diampuni dan dengan menerima penebusan yang Ia perbuat maka orang percaya akan beriman kepadaNya bahwa Dialah Tuhan dan Juruselamat bagiNya. Tak seorangpun bisa menambah apa yang sudah kerjakan Yesus untuk menyelamatkan kita, dosa-dosa kita telah diampuni dan kita diperdamaikan dengan Allah Bapa. Sebagai Imam Besar, Kristus adalah Pembela kita, Pengantara antara kita dan Allah. Dia bersyafaat bagi kita kepada Allah. Imam Besar Perjanjian Lama masuk ke hadapan Allah (ruang Kudus) setahun sekali untuk memohon pengampunan atas dosa-dosa umat. Tetapi Yesus Kristus terus menerus dan tinggal di sana sampai Ia datang kembali ke dalam dunia ini. Kehadiran Yesus di sorga pertanda penebusanNya telah selesai dan sempurna Dia kerjakan sehingga kita memperoleh pendamaian dan pengampunan dosa-dosa kita (lih. Rom 8:33, 34, Ibr 2:17,18;4:15, 16;9:24). Jaminan dan kepastian penebusan serta pengampunan dosa ini hanya kita dapatkan di dalam Yesus Kristus. Jadi, ingat dan ketahuilah bahwa Yesus sudah membayar lunas/menebus kita sekali untuk selamanya.
2. Sebagai Imam Besar yang sejati, Yesus mempersembahkan diriNya sekali untuk selamanya bukan berulang-ulang ( ay. 25)
Berbeda dengan imam besar agama Yahudi dalam Perjanjian Lama, Yesus sebagai Anak Domba Allah yang sejati mempersembahkan hidupNya sebagai korban penebusan dosa adalah sekali untuk selamanya. Sedangkan Imam Yahudi dalam Perjanjian Lama akan masuk membawa korban persembahan guna penebusan dosa sekali setiap tahun guna penebusan dirinya dan umat. Imam tersebut akan mengorbankan yang lain di luar dirinya yang tentunya tidak ada hubungannya dengan dia. Imam itu sendiri akan terlebih dahulu menguduskan dirinya kemudian dia berhak untuk melakukannya. (Lih. Imamat 4:1-28). Yesus sebagai Imam Besar yang sejati, diriNya sendirilah yang menjadi Korban dan tidak membutuhkan yang lain untuk melakukannya dengan tanpa penyucian diri terlebih dahulu karena Dia sendiri Kudus dan sempurna tanpa noda dan tak bercacat. Demikianlah keunggulan dan keistimewaan Yesus sebagai Imam Besar yang jauh berbeda dengan imam besar orang Yahudi dalam Perjanjian Lama. Kristus adalah Imam Besar Agung yang jauh lebih unggul dan istimewa dari para imam Yahudi dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus dengan mengorbankan diriNya untuk orang berdosa sebagaimana yang dikatakan dalam 2 Kor 5:21:” Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
3. Sebagai Imam Besar Agung Yesus hanya satukali saja menyatakan diriNya untuk mengorbankan diriNya mengampuni dosa manusia. (ay. 26)
Kata “Satu kali” atau “sekali” dari kata “hafax” yang artinya terjadi hanya sekali/satu kali dan berlaku atau berdampak terus menerus, selama-lamanya (batak. Sahali do masa laos manontong do pangkorhonna”.) Pengorbanan Yesus mati di kayu salib untuk menebus umat manusia adalah satu-satunya pengorbanan yang sempurna yang tidak berulang-ulang hingga Ia masuk sorga. Dia mengorbankan diriNya sekali untuk selamanya dan pengorbanan itulah yang terakhir. Sebagai imam Besar Agung, Yesus bukanlah seperti imam Yahudi yang setiap tahun sekali harus melaksanakannya. Pengampunan dosa oleh para Imam bangsa Israel dengan darah binatang adalah sementara dan tidak sempurna. Keselamatan yang sempurna hanya terjadi oleh dan dalam diri Yesus Kristus sendiri. Kristus telah menyatakan kebenaran dan keadilan Allah (Roma 3:25-26), sehingga jalan dan pintu masuk ke hadirat Allah telah terbuka. Jadi, manusia yang jatuh ke dalam dosa Yesuslah satu-satunya yang dapat menyelamatkan, tidak ada jalan yang lain selain Dia. Jadi walaupun manusia selalu berdosa bukan berarti Kristus harus mengorbankan diriNya berulang-ulang, manusialah yang harus mohon pengampunan dan bertobat. Dan ketahuilah bahwa Yesus telah memberikan kita Roh Kudus untuk menolong kita menghadapi dosa dalam masa kini dan yang akan datang. Dia sekarang ada di dalam sorga dan berjanji akan datang dari sana untuk membangkitkan kita menuju hidup yang kekal di mana kuasa dosa tidak ada dan sudah lenyap. Dalam ay. 26 ini, dikatakan bahwa Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapus dosa oleh korbanNya. “Zaman Akhir”mengacu pada kedatangan Kristus ke dunia untuk menggenapi nubuatan Perjanjian Lama. Dimana, Kristus telah menghantar zaman baru yang penuh kasih karunia dan pengampunan. Kita masih hidup dalam zaman akhir dan hari Tuhan telah dimulai dan akan disempurnakan pada kedatangan Kristus kembali.
4. Yesus Kristus akan datang kembali bukan untuk menderita atau menanggung dosa tetapi untuk menganugerahkan kehidupan dan keselamatan ( ay. 27-28)
Dikatakan dalam kedua ayat ini, bahwa sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu di hakimi. Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa tetapi Ia akan datang untuk menganugerahkan keselamatan kepada orang yang menantikan Dia. Dia akan datang menghakimi. Itu artinya kedatanganNya adalah kedatangan yang penuh kemuliaan dan penuh kuasa. Dia hadir untuk menghakimi dan itu adalah suatu kepastian artinya pasti akan terjadi. Apakah kita sekarang sedang menantikan dan bersiap untuk penghakiman Tuhan atau haya memahaminya sebagai ancaman saja? Sama pastinya dengan kematian itu sendiri, penghakiman menunggu. Dalam penghakiman Allah tidak aka nada pengadilan banding yang lebih tinggi jika putusanNya tidak kita sukai. Jadi, sekarang jika kita kelak mengharapkan suatu putusan sukacita dan yang menyenangkan dalam pengadilan Tuhan berharap dan percayalah sepenuhnya kepada Yesus. Berdoa dan berlakulah benar saat ini supaya kelak dalam penghakiman kita mendapar anugerah keselamatan dan kehidupan.
III. Penutup
1. Manusia yang hidup dalam dunia ini, tentunya tidak terbebas dari penderitaan, ada suka dan duka, ada tawa dan tangis dan tentunya itu hadir silih berganti atau mungkin datang bertubi-tubi. Apapun juga menimpamu ingat jangan pernah melepaskan imanmu dari Yesus, jadikan Dia Penolong dan pembebas yang memberi kekuatan untuk dapat menghadapi semuanya.
2. Ingatlah dan percayalah kepada Yesus bahwa Dialah di atas segalanya dan tidak ada bandingannya untuk dapat dipersamakan dengan apa atau siapapun. Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa hanya Yesus Kristuslah yang dapat menyelamatkan. Tidak ada jalan yang lain hanya melalui Dialah satu-satunya sebagaimana dalam Kisah Para Rasul 4:12 yang berkata: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

Minggu, 25 Oktober 2015

renungan Markus 10:46-52

Bahan Khotbah, Minggu 21 Sesudah Trinitatis, 25 Oktober 2015
Ep: Yeremia 3:11-18 Ev: Markus 10:46-52 P.HT. Kolose 3:12-13
Thema Minggu : Kuasa Yesus menyelamatkan orang beriman/ Hagoon ni Jesus paluahon naporsea
I. Pendahuluan
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menuliskan judul perikop ini “Yesus menyembuhkan Bartimeus”. Memang demikianlah adanya termuat dalam isi cerita perikop bahwa ketika Yesus bersama dengan murid-muridNya memasuki Yeriko, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuni Dia dan seorang yang bernama Bartimeus datang berseru-seru memanggil Yesus dengan berkata: “Yesus Anak Daud Kasihanilah Aku”. Peristiwa ini dapat juga kita baca dalam Matius 20:29-34, juga dalam Lukas 18:35-43, hanya saja ada sedikit perbedaan di mana dalam Matius diceritakan bahwa orang buta bukan hanya Bartimeus sendiri tetapi mereka ada dua orang. Sementara Lukas menceritakan hanya Bartimeus sendiri. Bartimeus seorang buta berseru-seru memohon belas kasih Yesus dan banyak orang menegor dia dalam tindakannya itu, namun ia tidak menghiraukan larangan tersebut tetapi justru semakin keras berseru memanggil Yesus dan Yesus pun menyuruh orang untuk memanggil Dia sehingga Bartimeus bertemu dengan Yesus dan dapat menyampaikan keinginan dan kerinduannya kepada Yesus. Yesus menyembuhkan Bartimeus sebagaimana yang ia inginkan dan terjadilah mujizat dan kuasa Yesus yang menakjubkan.
II. Penjelasan Nats
1. Berserulah kepada Yesus memohon kasihNya untuk segala persoalan hidupmu
Bartimeus seorang buta tinggal di Yeriko dan duduk di pinggir jalan untuk setiap hari memohon belas kasihan orang yang lewat. Sebagai seorang buta dia tahu dan sadar bahwa dia adalah yang hina dan rendah. Sebab ada pemahaman bahwa kecacatan phisik seperti itu adalah kutuk atau karena dosa (bnd. Yoh 9:2). Mereka hidup terpinggirkan dan menjadi seorang pengemis yang hanya duduk meminta-minta. Dalam situasi seperti itulah keberadaan Bartimeus ketika Yesus memasuki Yeriko. Sebagai seorang buta ia hanya mendengar suara kerumunan orang yang berbondong-bondong dan setelah ia tahu bahwa Yesus sedang lewat maka iapun berseru memohon belas kasihan Yesus. Memang dalam Injil Lukas hal tahunya akan Yesus yang sedang lewat tidak dituliskan tetapi membaca dari paralel perikop ini dari Lukas 18:36-37 diceritakan bahwa Bartimeus diberitahu bahwa Yesus orang Nazareth sedang lewat. Sehingga begitu ia mengetahui bahwa ada Yesus sedang lewat ia tidak menyianyiakan waktu dan kesempatan itu untuk memohon kasihNya. Ia menyapa dan memanggil Yesus dengan berkata “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku”. Anak Daud merupakan sebutan populer bagi Yesus sebagai Mesias karena sudah diketahui bahwa Mesias adalah seorang keturunan Raja Daud (Yesaya 9:7). Itu berarti Bartimeus tahu dan mengenal bahkan memiliki iman dan pengharapan akan Mesias yang mampu membebaskannya. Imannya kepada Yesus sebagai Mesias itulah yang menguatkan hatinya untuk berseru dan berseru kepada Yesus walau banyak orang melarangnya. Ia tidak mau menyianyiakan kesempatan untuk bisa bertemu dengan Yesus dan bahkan ia tidak menghiraukan larangan ataupun tegoran dari banyak orang malah semakin keras ia berseru kepada Yesus.
2. Yesus mendengar seruan orang percaya dan akan bertindak menolongnya
Bartimeus tidak menghiraukan tegoran orang banyak untuk mendapat belas kasihan Kristus. Yesuspun menyuruh untuk memanggil dia dan Bartimeus segera bergegas menjumpai Yesus. Kesempatan itu tidak disiasiakannya. Ia berdiri dan bahkan dengan cepat menanggalkan jubahnya untuk dapat lebih bebas berjalan bertemu dengan Yesus. Begitu bertemu dengan Yesus terjadilah hal luar biasa, Yesus menanyakan akan hal apa yang ia kehendaki untuk Yesus perbuat baginya. Hal itu menunjukkan kuasa dan kasih yang luar biasa. Kata-kata itu punya makna bahwa segalanya dapat Yesus lakukan, Ia sanggup melakukan apapun yang dikehendaki oleh Bartimeus dan Ia mau melakukannya untuk dia. Ada jaminan dan kepastian kuasa dan kasih yang akan diberikan kepada Bartimeus. Dan Bartimeus mengungkapkan iman dan kerinduannya. Ia percaya Yesus sanggup menyembuhkan dia dari kebutaannya. Sehingga dia berkata “Rabuni supaya aku dapat melihat”. Kata “Rabuni” menunjukkan bagaimana Bartimeus begitu menghormati Yesus dan mengenal Dia. Walaupun pengenalannya bukan dengan penglihatan matanya. Tetapi kepekaannya mendengar dan mempercayai akan Yesus sebagai Mesias terpelihara dan bertumbuh dalam hidupnya. Rabuni yang berasal dari kata Rabbi artinya Guru, tuan, dan ketika kata itu dipergunakan maka sipengguna menunjukkan kehormatan yang lebih tinggi dari kata Rabbi dan di dalamnya ada makna hal yang lebih pribadi. Pengenalan yang luar biasa dari seorang yang buta kepada Yesus. Matanya boleh buta, tapi mata hati dan imannya dapat melihat dan mengetahui siapa Yesus dan bagaimana kuasaNya.
3. Beriman kepada Kristus dengan sungguh akan menjadi keselamatan bagi orang percaya
Yesus berkata kepada Bartimeus “pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Bartimeus memperlihatkan iman yang sungguh dan benar. Hal itu terlihat bagaimana ia begitu setia tetap berseru mamanggil dan berseru kepada Yesus walau begitu banyak tantangan yang melarang dia untuk tidak berseru. Ia tidak menyianyiakan kesempatan yang ada dan tidak mau terbelenggu dengan situasinya yang diklaim hina dan rendah. Ia mengenal Yesus yang sanggup membebaskan dan menyelamatkan dia dan di atas semuanya itu ia katakan kepada Yesus bahwa Ia ingin sembuh. Yesus melihat dan menilai hal itu sebagai iman yang kuat dan tentunya dapat menyelamatkan Bartimeus. Pengalaman Bartimeus ini mengajarkan kepada kita bahwa ukuran untuk datang kepada Yesus bukanlah jabatan, status atau hal-hal duniawi lainnya, namun ukurannya adalah iman. Kualitas iman Bartimeus menjadi kunci utama kesembuhan yang ia terima dari Yesus.
4. Berkat Tuhan yang kita terima hendaklah membuat kita semakin sungguh mengikutiNya
Bartimeus yang memperoleh kesembuhan dan keselamatan itu akhirnya mengikut Yesus. Ada sesuatu yang aneh dalam peristiwa ini. Sebenarnya Yesus menyuruh Bartimeus untuk pergi tetapi ia tidak pergi justru ia mengikut Yesus. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang karena sering terjadi setelah mendapat dan menerima berkat dan pertolongan dari Tuhan lupa dan meninggalkan Tuhan dan tidak tahu untuk bersyukur (bnd. 10 orang kusta dalam Lukas 17:11-19), tetapi hanya 1 orang yang kembali datang untuk bersyukur kepada Yesus.
III. Aplikasi dan Penutup
Bartimeus yang begitu lama menderita kebutaan dan cacat, tetapi ia hanya membutuhkan beberapa saat untuk mendapat pemulihan dan kesembuhan ketika sudah bertemu dengan Yesus. Yesus yang berbelas kasihan dan Bartimeus yang beriman kuat akhirnya menjadikan Bartimeus menikmati kesembuhan dan keselamatan. Penderitaan seberat apapun dan selama apapun kita alami bisa dalam sekejap sembuh dan lenyap jikalau Tuhan Yesus yang kita andalkan.
Begitu banyak orang memiliki mata jasmani yang sehat namun mata rohaninya sedang buta. Tidak dapat melihat kebenaran kasih Kristus dan tidak memiliki kepekaan akan kehadiran Kristus dalam hidupnya. Hendaklah kita menggunakan mata hati iman kita untuk melihat karya Tuhan Yesus dalam hidup kita sehingga kita tidak ragu untuk selalu mengikut Kristus dan berjalan di jalanNya yang penuh bahagia dan sukacita.
Orang beriman kepada Kristus tidak akan mundur walaupun banyak hambatan dan tantangan. Karena dunia sering tidak membiarkan kita untuk bebas datang bertemu dengan Yesus (bnd. Gereja-gereja di Singkil Aceh saat ini). Sungguh miris rasanya ketika untuk bertemu dengan Tuhanpun kita harus dihadang oleh orang-orang yang nyatanya juga memiliki agama. Jika Bartimeus tetap memanggil Yesus dalam kecacatannya dan tidak menghiraukan hadangan orang-orang yang melaranganya, maka kitapun haruslah menghadapi dan mengalahkan setiap tantangan untuk datang kepada Yesus. Di saat itulah kualitas iman kita semakin kelihatan dan terasah.
Pdt. Janto Sihombing,M.Th
HKI Cililitan n Pondok Gede

Jumat, 09 Oktober 2015

Khotbah Ibrani 4:12-16

Khotbah Minggu, 19 Sesudah Trinitatis 11 Oktober 2015
Ep. Amos 5:6-7 + 10-15 Ev. Ibrani 4:12-16 HT. 1-4

Thema: Berpegang Teguh kepada Pengakuan Iman

I. Pendahuluan
Surat Ibrani adalah surat yang dituliskan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Roma yang sedang menghadapi pergumulan iman kekristenan. Mereka banyak mengalami penderitaan seperti penganiayaan berat baik secara sosial maupun fisik. Baik dari pihak bangsa Yahudi maupun Romawi. Oleh karena demikian beratnya pergumulan yang mereka hadapi sehingga tidak jarang banyak dari mereka harus memikir ulang tentang kebenaran iman mereka dalam kekristenan dan kesetiaanya kepada Kristus. Sehingga banyak juga yang tergoda untuk kembali kepada agama Yahudi dan hendak meninggalkan Kristus dan agama Kristen. Oleh karena itu penulis Ibrani menyuarakan supaya mereka tetap berpegang teguh kepada pengakuan iman mereka kepada Kristus dan tetap menghidupi kekristenannya. Dan untuk menguatkan pengajaran itu surat Ibrani memaparkan keunggulan Kekristenan dan kesuperioritasan Kristus dari semua tokoh tokoh besar dalam agama Yahudi bahkan dengan malaikat sekalipun. Demikian jugalah dalam khotbah kita ini, Penulis mau mengingatkan para pembaca supaya tidak putus asa tetapi supaya tetap berpegang teguh kepada pengakuan iman percayanya kepada firman Tuhan yang berkuasa dan kepada Yesus yang lebih tinggi daripada imam-imam Perjanjian Lama. Dialah Imam yang sejati dan yang sesungguhnya keimamanNya melebihi imam yang telah ada karena Yesus sebagai Imam Besar yang Agung telah melintasi semua langit.

II. Penjelasan
1. Berpegang teguhlah kepada Firman Allah sebab Firman Allah bukan sekedar kumpulan kata-kata dari Allah tetapi firman itu hidup dan berkuasa ( ay. 12-13)
Firman Allah yang hidup dan berkuasa itu digambarkan lebih tajam dari pedang bermata dua.
Pedang bermata dua adalah senjata yang cukup dikenal ketika itu, karena senjata itu dipakai oleh tentara Romawi dalam berperang menghadapi musuh mereka. Pedang bermata dua, adalah pedang yang kedua sisinya dipertajam demikian juga dengan ujungnya sehingga pedang itu dengan cepat dapat menusuk lebih dalam, melukai dan mematikan. Itu berarti Firman Allah akan tetap menjadi pegangan orang percaya untuk menghadapi dan mengalahkan musuh iman yaitu siasat dan kuasa iblis. Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua berarti bahwa Firman Allah berkuasa penuh melihat bahkan menelanjangi hidup seseorang. Tidak ada yang bisa disembunyikan di hadapan Allah, Dia mengetahui keberadaan orang di mana saja dan segala sesuatu tentang diri kita terbuka lebar bagi mataNya yang maha melihat. Allah melihat segala hal yang kita lakukan dan yang kita pikirkan dan itu berarti di hadapan Tuhan tidak ada yang dapat kita rahasiakan. Jadi ada tiga hal dari ayat 12-13 ini akan fungsi Firman Tuhan dengan gambaran ketajaman pedang bermata dua yaitu: Firman itu Tajam, Firman itu menusuk amat dalam dan dan firman itu menelanjangi R e n u n g a n :

P e r t a m a Tuhan telah mempersenjatai kita dengan firmanNya di dalam kita menghadapi kuasa dunia ini, segala kuasa dan godaan dari sijahat/iblis akan dapat kita menangkan melalui kuasa firman Tuhan yang kita pegang dan kita imani. Marilah kita imani bahwa firman Tuhan atau Alkitab bukan sekedar kumpulan kata-kata dari Tuhan Allah tetapi firman itu adalah firman yang hidup yang begitu dinamis dan berkuasa untuk mengubah kehidupan ketika bekerja dalam kehidupan kita.
K e d u a, Makna lain dari ketajaman firman yang digambarkan dengan pedang yang tajam juga mengartikan bahwa firman Tuhan berkuasa untuk menunjukkan siapa kita sesungguhnya. Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum dan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita. Karena itu firman Allah menyingkapkan siapa kita sesungguhnya sebab oleh firman Allah kita ditelanjangi sebab di hadapan firman tidak ada yang tersembunyi. Segala perbuatan kita begitu terbuka dihadapannya. Oleh karena itu marilah kita sadari bahwa firman Allah menembus inti kehidupan moral dan rohani kita. Firman Allah melihat apa yang ada dalam diri kita yang baik atau yang jahat. Karena itu firman Allah senantiasa mengingatkan kita untuk mengambil keputusan supaya kita tidak hanya mendengar begitu saja tetapi harus membiarkan firman Tuhan itu membentuk diri kita. Firman Allah yang penuh kuasa itu, di dalam kitab Yohanes 1:1…dikatakan telah menjadi Daging dan menjelma menjadi manusia dialah Yesus Kristus. Karena itu Yesus yang adalah firman yang telah menjadi Daging kepadaNya kita harus beriman dan berpegang teguh sebab hidup dan kehidupan kita semuanya akan kita pertanggungjawabkan kepadaNya

2. Berpegang Teguhlah beriman kepada Kristus Sebab Kristus Lebih tinggi mengatasi daripada imam-imam yang ada ( ay. 14-15 )
Penulis Ibrani mengingatkan orang-orang Kristen Yahudi yang kala itu mulai goyah karena beratnya penderitaan yang mereka hadapi sebagai orang Kristen dan yang beriman kepada Kristus. Situasi yang begitu berat yang dihadapi membuat mereka harus berpikir ulang akan iman mereka. Sehingga Firman ini menyadarkan dan menyemangati mereka untuk tidak melepaskan iman kepada Kristus tetapi justru harus berpegang teguh kepadaNya. Maka untuk menguatkan iman percaya mereka, kembali dalam ayat ini diperlihatkan dan dipaparkan keunggulan atau kesuperioritasan Kristus. Para imam-imam bait Suci Yahudi hanyalah berperan sebagai petugas yang mempersembahkan kurban pendamaian dan masuk ke ruang maha kudus hanya sekali setahun. Dia sebagai imam Besar akan melintasi ruang Kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Di sana ia menghadap dan memasuki hadirat Tuhan dan berperan sebagai pengantara antara umat dengan Tuhan untuk memohon pengampunan dosa yang ditandai dengan mempersembahkan korban. Imam besar bait Allah Yahudi hanyalah melintasi ruang kudus untuk masuk ruang maha kudus, dan dia melakukannya sekali setahun, dia sebagai imam besar mempersembahkan korban yang tentunya dirinya hanyalah sebagai pengantara dan dia sendiri harus juga memperoleh pengampunan dosa terlebih dahulu. Tetapi Yesus jauh lebih tinggi dan lebih unggul sebab Dialah Imam Besar Agung yang melintasi bukan ruang kudus saja tetapi melintasi langit dan yang datang dan masuk ke dalam sorga yang bukan buatan manusia. Ia sendiri telah membuka dan meruntuhkan tabir pembatas itu. Selain itu juga, Ia sebagai Imam Besar Agung bukan membawa domba atau binatang lainnya untuk dipersembahkan tetapi Dia sendirilah Anak Domba Allah yang menjadi korban pendamaian dan penebusan sehingga Ia benar-benar dapat merasakan penderitaan umat bukan seperti imam-imam pada umumnya yang tidak turut merasakannya karena bukan dirinya yang dikorbankan ( Ibrani 4:24).

R e n u n g a n Marilah kita berpegang teguh dan beriman kepada Kristus karena Dialah Imam Agung yang dapat mengampuni dosa-dosa kita sebab di dalam dan oleh Dialah sebagai anak Domba Allah segala kelemahan kita ditanggung sehingga kita mendapat penebusan dan pengampunan. Otoritas Kristus melebihi segalanya dan di dalam DiriNya KeAllahan Allah dan kemanusiaan manusia sempurna. Karena itu tetaplah beriman dan berpegang teguh kepadaNya.

3. Berpegang tegulah kepada rahmat dan karunia yang telah diberikan kepadamu sebab dengan itulah kita dapat berani memasuki dan memasuki tahta kudus Tuhan ( ay. 16)
Dalam ayat 16 ini, Keunggulan karya Kristus sebagai Imam Besar Agung diperlihatkan kembali, Dimana, melalui pendamaian dan penebusanNya akan dosa-dosa kita maka umat dapat menghampiri dan memasuki tahtah kudus Tuhan. Tentunya hanya oleh Yesuslah itu terjadi sebab ruang mahakudus atau kekudusan Allah bagi orang Yahudi adalah kematian dan kekudusan itu membuat jarak yang tak terhampiri, tetapi di dalam Kristus tabir itu sudah dibukakan dan oleh Dia dan karya kasihNya manusia dapat memasukinya.
Dalam ayat 16 ini, Keunggulan karya Kristus sebagai Imam Besar Agung diperlihatkan kembali, Dimana, melalui pendamaian dan penebusanNya akan dosa-dosa kita maka umat dapat menghampiri dan memasuki tahtah kudus Tuhan. Tentunya hanya oleh Yesuslah itu terjadi sebab ruang mahakudus atau kekudusan Allah bagi orang Yahudi adalah kematian dan kekudusan itu membuat jarak yang tak terhampiri, tetapi di dalam Kristus tabir itu sudah dibukakan dan oleh Dia dan karya kasihNya manusia dapat memasukinya.
dalam kasihNya. Dan terus kita berharap dan berpegang teguh bahwa perjalanan iman kita sedang arak-arakan menuju sorga yang telah Yesus sediakan sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 14: 3…” dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya ditempat di mana Aku berada kamu pun berada.

III. Penutup dan Kesimpulan
 1.  Iman yang sejati kepada Kristus akan lebih teruji ketika menghadapi banyak masalah dan pergumulan. Adakah kita tetap setia kepadaNya ketika beban hidup tak kunjung selesai, ketika sakit penyakit dan persoalan ekonomi maupun masalah rumah tangga atau pekerjaan yang semakin tidak jelas?
ataukah kita hanya mengaku beriman kepadaNya ketika semuanya berjalan baik dan indah??? Khotbah ini menguatkan kita apapun masalah hidup tetaplah berpegang teguh kepada Firman Tuhan dan jangan pernah meragukan melepaskan Kristus dalam hidupmu

2. Firman Allah hidup dan kuat lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, Karena firman itulah senjata rohani kita menghadapi siasat tipu muslihat kuasa iblis. Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua yang dapat lebih dalam memperlihatkan siapa kita sesungguhnya karena itu tetaplah berpegang teguh kepada firman Tuhan
3. Kristuslah satu-satuNya Imam Besar Agung yang menganugerahkan pengampunan dosa sehingga terbuka jalan memasuki tahta kudus Tuhan kepada umat percaya karena itu percayalah dan tetap berpegang teguh kepadaNya.
Pdt. Janto Sihombing, M.Th
HKI Cililitan n HKI Pondok Gede Ress. Jakarta II

Khotbah Ibrani 4:12-16

Khotbah Minggu, 19 Sesudah Trinitatis 11 Oktober 2015
Ep. Amos 5:6-7 + 10-15 Ev. Ibrani 4:12-16 HT. 1-4

Thema: Berpegang Teguh kepada Pengakuan Iman

I. Pendahuluan
Surat Ibrani adalah surat yang dituliskan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Roma yang sedang menghadapi pergumulan iman kekristenan. Mereka banyak mengalami penderitaan seperti penganiayaan berat baik secara sosial maupun fisik. Baik dari pihak bangsa Yahudi maupun Romawi. Oleh karena demikian beratnya pergumulan yang mereka hadapi sehingga tidak jarang banyak dari mereka harus memikir ulang tentang kebenaran iman mereka dalam kekristenan dan kesetiaanya kepada Kristus. Sehingga banyak juga yang tergoda untuk kembali kepada agama Yahudi dan hendak meninggalkan Kristus dan agama Kristen. Oleh karena itu penulis Ibrani menyuarakan supaya mereka tetap berpegang teguh kepada pengakuan iman mereka kepada Kristus dan tetap menghidupi kekristenannya. Dan untuk menguatkan pengajaran itu surat Ibrani memaparkan keunggulan Kekristenan dan kesuperioritasan Kristus dari semua tokoh tokoh besar dalam agama Yahudi bahkan dengan malaikat sekalipun. Demikian jugalah dalam khotbah kita ini, Penulis mau mengingatkan para pembaca supaya tidak putus asa tetapi supaya tetap berpegang teguh kepada pengakuan iman percayanya kepada firman Tuhan yang berkuasa dan kepada Yesus yang lebih tinggi daripada imam-imam Perjanjian Lama. Dialah Imam yang sejati dan yang sesungguhnya keimamanNya melebihi imam yang telah ada karena Yesus sebagai Imam Besar yang Agung telah melintasi semua langit.

II. Penjelasan
1. Berpegang teguhlah kepada Firman Allah sebab Firman Allah bukan sekedar kumpulan kata-kata dari Allah tetapi firman itu hidup dan berkuasa ( ay. 12-13)
Firman Allah yang hidup dan berkuasa itu digambarkan lebih tajam dari pedang bermata dua.
Pedang bermata dua adalah senjata yang cukup dikenal ketika itu, karena senjata itu dipakai oleh tentara Romawi dalam berperang menghadapi musuh mereka. Pedang bermata dua, adalah pedang yang kedua sisinya dipertajam demikian juga dengan ujungnya sehingga pedang itu dengan cepat dapat menusuk lebih dalam, melukai dan mematikan. Itu berarti Firman Allah akan tetap menjadi pegangan orang percaya untuk menghadapi dan mengalahkan musuh iman yaitu siasat dan kuasa iblis. Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua berarti bahwa Firman Allah berkuasa penuh melihat bahkan menelanjangi hidup seseorang. Tidak ada yang bisa disembunyikan di hadapan Allah, Dia mengetahui keberadaan orang di mana saja dan segala sesuatu tentang diri kita terbuka lebar bagi mataNya yang maha melihat. Allah melihat segala hal yang kita lakukan dan yang kita pikirkan dan itu berarti di hadapan Tuhan tidak ada yang dapat kita rahasiakan. Jadi ada tiga hal dari ayat 12-13 ini akan fungsi Firman Tuhan dengan gambaran ketajaman pedang bermata dua yaitu: Firman itu Tajam, Firman itu menusuk amat dalam dan dan firman itu menelanjangi R e n u n g a n :

P e r t a m a Tuhan telah mempersenjatai kita dengan firmanNya di dalam kita menghadapi kuasa dunia ini, segala kuasa dan godaan dari sijahat/iblis akan dapat kita menangkan melalui kuasa firman Tuhan yang kita pegang dan kita imani. Marilah kita imani bahwa firman Tuhan atau Alkitab bukan sekedar kumpulan kata-kata dari Tuhan Allah tetapi firman itu adalah firman yang hidup yang begitu dinamis dan berkuasa untuk mengubah kehidupan ketika bekerja dalam kehidupan kita.
K e d u a, Makna lain dari ketajaman firman yang digambarkan dengan pedang yang tajam juga mengartikan bahwa firman Tuhan berkuasa untuk menunjukkan siapa kita sesungguhnya. Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum dan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita. Karena itu firman Allah menyingkapkan siapa kita sesungguhnya sebab oleh firman Allah kita ditelanjangi sebab di hadapan firman tidak ada yang tersembunyi. Segala perbuatan kita begitu terbuka dihadapannya. Oleh karena itu marilah kita sadari bahwa firman Allah menembus inti kehidupan moral dan rohani kita. Firman Allah melihat apa yang ada dalam diri kita yang baik atau yang jahat. Karena itu firman Allah senantiasa mengingatkan kita untuk mengambil keputusan supaya kita tidak hanya mendengar begitu saja tetapi harus membiarkan firman Tuhan itu membentuk diri kita. Firman Allah yang penuh kuasa itu, di dalam kitab Yohanes 1:1…dikatakan telah menjadi Daging dan menjelma menjadi manusia dialah Yesus Kristus. Karena itu Yesus yang adalah firman yang telah menjadi Daging kepadaNya kita harus beriman dan berpegang teguh sebab hidup dan kehidupan kita semuanya akan kita pertanggungjawabkan kepadaNya

2. Berpegang Teguhlah beriman kepada Kristus Sebab Kristus Lebih tinggi mengatasi daripada imam-imam yang ada ( ay. 14-15 )
Penulis Ibrani mengingatkan orang-orang Kristen Yahudi yang kala itu mulai goyah karena beratnya penderitaan yang mereka hadapi sebagai orang Kristen dan yang beriman kepada Kristus. Situasi yang begitu berat yang dihadapi membuat mereka harus berpikir ulang akan iman mereka. Sehingga Firman ini menyadarkan dan menyemangati mereka untuk tidak melepaskan iman kepada Kristus tetapi justru harus berpegang teguh kepadaNya. Maka untuk menguatkan iman percaya mereka, kembali dalam ayat ini diperlihatkan dan dipaparkan keunggulan atau kesuperioritasan Kristus. Para imam-imam bait Suci Yahudi hanyalah berperan sebagai petugas yang mempersembahkan kurban pendamaian dan masuk ke ruang maha kudus hanya sekali setahun. Dia sebagai imam Besar akan melintasi ruang Kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Di sana ia menghadap dan memasuki hadirat Tuhan dan berperan sebagai pengantara antara umat dengan Tuhan untuk memohon pengampunan dosa yang ditandai dengan mempersembahkan korban. Imam besar bait Allah Yahudi hanyalah melintasi ruang kudus untuk masuk ruang maha kudus, dan dia melakukannya sekali setahun, dia sebagai imam besar mempersembahkan korban yang tentunya dirinya hanyalah sebagai pengantara dan dia sendiri harus juga memperoleh pengampunan dosa terlebih dahulu. Tetapi Yesus jauh lebih tinggi dan lebih unggul sebab Dialah Imam Besar Agung yang melintasi bukan ruang kudus saja tetapi melintasi langit dan yang datang dan masuk ke dalam sorga yang bukan buatan manusia. Ia sendiri telah membuka dan meruntuhkan tabir pembatas itu. Selain itu juga, Ia sebagai Imam Besar Agung bukan membawa domba atau binatang lainnya untuk dipersembahkan tetapi Dia sendirilah Anak Domba Allah yang menjadi korban pendamaian dan penebusan sehingga Ia benar-benar dapat merasakan penderitaan umat bukan seperti imam-imam pada umumnya yang tidak turut merasakannya karena bukan dirinya yang dikorbankan ( Ibrani 4:24).

R e n u n g a n Marilah kita berpegang teguh dan beriman kepada Kristus karena Dialah Imam Agung yang dapat mengampuni dosa-dosa kita sebab di dalam dan oleh Dialah sebagai anak Domba Allah segala kelemahan kita ditanggung sehingga kita mendapat penebusan dan pengampunan. Otoritas Kristus melebihi segalanya dan di dalam DiriNya KeAllahan Allah dan kemanusiaan manusia sempurna. Karena itu tetaplah beriman dan berpegang teguh kepadaNya.

3. Berpegang tegulah kepada rahmat dan karunia yang telah diberikan kepadamu sebab dengan itulah kita dapat berani memasuki dan memasuki tahta kudus Tuhan ( ay. 16)
Dalam ayat 16 ini, Keunggulan karya Kristus sebagai Imam Besar Agung diperlihatkan kembali, Dimana, melalui pendamaian dan penebusanNya akan dosa-dosa kita maka umat dapat menghampiri dan memasuki tahtah kudus Tuhan. Tentunya hanya oleh Yesuslah itu terjadi sebab ruang mahakudus atau kekudusan Allah bagi orang Yahudi adalah kematian dan kekudusan itu membuat jarak yang tak terhampiri, tetapi di dalam Kristus tabir itu sudah dibukakan dan oleh Dia dan karya kasihNya manusia dapat memasukinya.
Dalam ayat 16 ini, Keunggulan karya Kristus sebagai Imam Besar Agung diperlihatkan kembali, Dimana, melalui pendamaian dan penebusanNya akan dosa-dosa kita maka umat dapat menghampiri dan memasuki tahtah kudus Tuhan. Tentunya hanya oleh Yesuslah itu terjadi sebab ruang mahakudus atau kekudusan Allah bagi orang Yahudi adalah kematian dan kekudusan itu membuat jarak yang tak terhampiri, tetapi di dalam Kristus tabir itu sudah dibukakan dan oleh Dia dan karya kasihNya manusia dapat memasukinya.
dalam kasihNya. Dan terus kita berharap dan berpegang teguh bahwa perjalanan iman kita sedang arak-arakan menuju sorga yang telah Yesus sediakan sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 14: 3…” dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya ditempat di mana Aku berada kamu pun berada.

III. Penutup dan Kesimpulan
1. Firman Allah hidup dan kuat lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, Karena firman itulah senjata rohani kita menghadapi siasat tipu muslihat kuasa iblis. Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua yang dapat lebih dalam memperlihatkan siapa kita sesungguhnya karena itu tetaplah berpegang teguh kepada firman Tuhan
2. Kristuslah satu-satuNya Imam Besar Agung yang menganugerahkan pengampunan dosa sehingga terbuka jalan memasuki tahta kudus Tuhan kepada umat percaya karena itu percayalah dan tetap berpegang teguh kepadaNya.
Pdt. Janto Sihombing, M.Th
HKI Cililitan n HKI Pondok Gede Ress. Jakarta II

Sabtu, 12 September 2015

Yakobus 3: 1-12


Khotbah, Minggu 15. Sesudah Trinitatis, 13 September 2015
Epistel. Mazmur 116 : 1 – 9 Ev. Yakobus 3 : 1 – 12 HT. V – X
Thema Minggu : Lidah Untuk memuji Tuhan bukan Untuk Mengutuk/
Lao Mamuji Tuhan do Dila ndang Laho mamurai
I. Pendahuluan
Kalau kita membaca isi surat Yakobus secara keseluruhan, maka kita akan dapat menemukan bahwa thema sentral surat ini adalah Iman yang sejati pasti akan menghasilkan perbuatan-perbuatan baik, dan atas dasar itu isi surat Yakobus sangat banyak memuat dan memberikan nasehat-nasehat praktis mengenai kehidupan Kristiani atau boleh dikatakan bahwa surat Yakobus ini adalah sebagai kitab yang memberikan petunjuk hidup mengenai cara hidup orang Kristen. Begitu indah surat Yakobus menyapa dan menyadarkan para pembacanya bahwa tidak cukup hanya membicarakan dan merumuskan iman Kristen itu, tetapi haruslah mengamalkannya. Itulah yang dimaksud ketika dikatakan, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?” (2:14). Jadi bukti realiatas iman itu harus dinyatakan dengan kehidupan yang berubah. Hal ini memang dilatarbelakangi adanya pemahaman orang Kristen Yahudi ketika itu, yang terserak ke seluruh wilayah Mediterania (sekitar Laut Tengah) karena penganiayaan. Karena tekanan dan penderitaan yang dialami membuat mereka tergoda untuk menerima apa yang sesuai dengan akal sebagai iman yang sejati. Surat ini mengingatkan bahwa iman yang sejati mengubah kehidupan. Jadi, dituntut supaya mempraktekkan iman itu melalui perbuatan. Mudah untuk mengatakan bahwa kita memiliki iman, tetapi iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan-perbuatan penuh kasih terhadap orang lain. Hal itulah juga yang kita akan bahas dalam perikop khotbah ini, yakni supaya kehidupan orang Kristen sejalan antara perkataan dan perbuatannya, dan supaya perkataan dan perbuatannya dapat menjadi berkat dan memberkati orang lain.
II. Penjelasan
1. Peringatan Kepada Pengajar/ Guru (ay. 1-2)
Yakobus memperingatkan supaya janganlah banyak orang yang mau menjadi guru di tengah persekutuan orang Kristen Yahudi ketika itu. Alasannya adalah karena sebagai guru mereka akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Ada dua makna dan pengertian dari kata guru di sini. Yang pertama, Guru berarti Pengajar Firman Tuhan, kedua: Guru yakni orang yang suka menghakimi dan mengkritik. Dari dua pengertian guru tersebut dalam perikop ini hendak mengatakan supaya berhati-hati di dalam melaksanakannya, yakni jangan hanya mengajar dan memberi pengertian-pengertian ataupun penjelasan dalam bentuk kata dan pengetahuan saja apalagi yang hanya hendak menggurui tanpa dapat memberikan keteladanan dan contoh realitas hidup dalam tindak dan prilaku. Karena orang yang mengerti banyak dan mengajarkan banyak menggurui atau mengkritik banyak tetapi tidak menghidupinya, maka konsekwensinya akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Demikianlah peringatan Yakobus supaya jangan banyak yang mau jadi guru yakni yang hanya tahunya mengajar dan menggurui, menegur, mengkritik, dan menghakimi. Memang menjadi guru/ pengajar adalah profesi yang sangat dibutuhkan, dihargai dan dihormati di kalangan Yahudi Kristen ketika itu. Tetapi hati-hati sebagai guru yang benar haruslah serta merta dapat menjadi teladan untuk ditiru sebagaimana gelar itu dikenakan pada Yesus yang disebut Rabbi yaitu guru yakni sumber pengajaran hidup dan pengajaranNya itu dipercaya dan hidupNya menjadi teladan. Kalau Yakobus mengatakan “…janganlah banyak diantara kamu mau menjadi guru…” itu bukanlah berarti orang Kristen dilarang menjadi guru atau pengajar tetapi dengan membaca penjelasan berikut ternyata Yakobus hendak memperingatkan agar orang tidak memandang ringan peran guru tersebut dan makna lain dari kata itu supaya jangan ada yang mau memposisikan diri sebagai orang yang tahunya hanya menggurui dan mengkritik ataupun menghakimi orang lain dengan sembarangan karena itu Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban yang lebih berat dan besar. Yakobus mengatakan kalau seseorang suka menghakimi maka perlu diingat bahwa Allah akan menghakimi dan tentunya Allahlah yang dapat menghakimi dengan adil dan jauh lebih besar dari manusia.
R e n u n g a n Melalui ayat ini kita diingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus hendaklah kita hati-hati dalam setiap kata dan perbuatan sehingga dapat memberikan keteladan untuk diikuti dan ditiru orang lain. Ketika kita mengetahui lebih banyak maka biarlah kiranya itu diikuti dengan perbuatan yang lebih lagi dari mereka yang kurang mengetahuinya. Kalau kita tahu menggurui dan mengkritik maka hendaknya itu lebih diperlihatkan dan dinyatakan dalam perbuatan sikap untuk mudah ditiru daripada dengan kata-kata yang merusak dan menghancurkan. Karena apa yang kita inginkan diperbuat orang lain biarlah kita terlebih dahulu melakukannya lewat sikap dan perbuatan yang benar. Saat ini adakah kita diberi kesempatan untuk mengajar oranglain? Mungkin sebagai pemimpin, pemberita Injil, orang tua, atau sebagai pengajar professional. Mari memeriksa diri, apakah kita sudah layak dan pantas untuk digugu dan ditiru (filsafat Jawa . Guru= digugu dan ditiru) Tindakan dan perbuatan kita, dapat membawa orang-orang makin mengenal dan memuliakan Tuhan, atau sebaliknya, menjauh dan melakukan apa yang mendukakan hatinyaNya). Bahkan seorang Pengajar harus mau juga menerima pengajar dan menghidupi pengajaran, Tahu mengkritik dan mau dikritik dan menghidupi yang benar sebagaimana yang diinginkan ketika mengkritik oranglain.
2. Peringatan Dalam Memakai Dan Mempergunakan Lidah (ay. 3 – 12)
Ada 3 gambaran yang dipakai Yakobus untuk menggambarkan bagaimana Lidah dapat memberi berkat ( positif) dan bahaya dalam hidup ( negatif)
1. Kekang dan Kuda
Mulut kuda dipasang atau dikenakan kekang sehingga kuda dapat menuruti kehendak penunggangnya dan penunggangganya dapat mengendalikan seluruh tubuhnya. Gambaran ini hendak mengatakan perlu mengekang lidah untuk mengontrol dan mengendalikan seluruh perkataan kita sehingga tidak dipakai untuk mengeluarkan kata-kata yang merusak dan menghancurkan. Dengan mengekang lidah berarti Hidup dan perkataan kita dikendalikan oleh Tuhan dan kita dapat dipakai seturut dengan kehendakNya. Sama seperti kekang yang kecil dalam kuda tetapi punya dampak besar mengontrol dan mengendalikan seluruh tubuh kuda demikian lidah organ tubuh yang kecil dapat mempengaruhi dan memberi dampak besar dalam tubuh seseorang. Mengontrol lidah dengan benar akan memberi dampak yang benar dalam hidup kita.
2. Kemudi dan kapal
Kapal yang besar tentu dikendalikan oleh kemudi yang begitu kecil. Kapal itu dapat berlayar dan mengarungi samudra luas serta sanggup menghadapi gelombang dan angin tentu dikendalikan oleh juru mudinya dengan kemudi di tangannya. Gambaran ini hendak mengatakan bahwa lidah itu sangat mempengaruhi arah hidup seseorang. Yakobus hendak mengatakan supaya hati-hati dalam menggunakannya. Lidah harus dapat mengendalikan hidup untuk menghadapi segala persoalan dan dapat mengeluarkan kata-kata yang benar dalam mengarahkan hidup. Dengan lidah akan dapat menyesatkan dan juga mengendalikan seluruh tubuh.
3. Api dan Hutan
Yakobus menggambarkan Lidah dapat seperti api yang membakar hutan yang luas. Api yang kecil atau hanya bentuk percikan saja tetapi dapat menghanguskan dan merusak hutan yang luas. Demikian lidah organ tubuh yang kecil bisa merusak dan menghancurkan totalitas eksistensi seseorang ketika dipakai dan dipergunakan tidak benar. Contohnya dengan kata-kata fitnah, bohong, kutuk, kotor, dan kata negatif lainnya hal itu akan dapat menghancurkan dan membakar situasi kehidupan.
R e n u n g a n Pengendalian Lidah yang positif digambarkan dengan kekang dan kuda juga kemudi dan kapal sehingga dengan kekang dan kemudi yang kecil itu dapat baik kuda dan kapal dapat dipakai dan digunakan dengan baik sebagaimana yang diinginkan pemiliknya. Tetapi lidah yang disamakan dengan api yang membakar hutan menggambarkan hal negatif yang menghancurkan dan merusakan hidup dan persekutuan. Jadi Yakobus menyamakan kerugian yang ditimbulkan oleh lidah dengan api yang mengamuk. Lidah yang tak terkendali dapat menimbulkan kerugian yang hebat. Iblis memakai lidah untuk memecahbelah manusia dan mengadu domba. Ingat... Perkataan yang sembrono dan penuh kebencian, menggurui dan mengkritik dengan penuh kebencian apalagi menggosip dan menyebar fitnah akan cepat merusak, menghancurkan yang tentunya akan sulit dihentikan. Kita jangan sembarangan dengan perkataan kita dengan berpikir bahwa kita nanti dapat minta maaf, sebab meskipun kita bisa berbuat demikian, bekas luka itu tetap ada. Karena itu lebih baik “Jolo ni dilat bibir asa ni hatahon” artinya harus hati-hati menyampaikan dan mengatakan sesuatu. Sering beberapa kata yang diucapkan dengan kemarahan dapat menghancurkan hubungan yang memerlukan waktu yang bertahun-tahun untuk membangunnya kembali. Sering kata-kata itu mengutuk dan menghancurkan hidup orang, karena lidah kita atau kata kata kita lebih tajam dari pisau. Luka karena benda tajam akan mudah disembuhkan tetapi luka hati dan bathin karena kata-kata akan sukar dilupakan. Karena itu, yang menjadi identitas kita adalah perkataan-perkataan yang memberkati. Kita diciptakan menurut gambar Allah, tetapi lidah menggambarkan sifat dasar kita yang penuh dosa. Allah senantiasa memperbaharui kita untuk mengubah kita di dalam Yesus Kristus ketika Roh Kudus menyucikan hati seseorang Dia akan memberikan penguasaan diri supaya kita bisa mengucapkan kata-kata yang menyenang Allah. Sebelum berkata-kata mari kita pikirkan apakah kata-kata itu membangun, memberkati atau menjadi api yang akhirnya sulit dikendalikan dan dipadamkan?.
Pdt. Janto Sihombing, M.Th

Selasa, 25 Agustus 2015

Wahyu 3:14-22



Bahan Sermon Daerah HKI Daerah VII P. Jawa  Untuk Minggu, 13 Ses Trinitatis, 30 Agustus 2015
Ep. Ulangan  4 : 1 – 2                   Ev. WAHYU 3 : 14 – 22                                HT. I – IV
                        Thema  Minggu : Barangsiapa Kukasihi, Ia kutegor dan Kuajar
                                                      Nasa Nahuhaholongi akka i do Hupinsang jala Huajar
                       
I.                   Pendahuluan
Kitab Wahyu adalah Kitab yang bersifat Apokalyptik (yang berarti dibuka, disingkapkan, atau dinyatakan). Artinya dalam kitab ini disingkapkan dan dibuka atau dinyatakan tentang masa depan dan masa kini. Kitab ini memberikan pengharapan masa depan kepada semua orang percaya, khususnya orang-orang yang telah menderita karena iman mereka dengan memberitakan kemenangan akhir Kristus atas kejahatan serta realitas hidup kekal bersamaNya. Kitab ini juga memberikan pedoman untuk masa kini karena mengajar kita tentang Yesus Kristus dan bagaimana seharusnya kita hidup bagi Dia sekarang. Yesus memberikan pesanNya kepada Yohanes melalui Wahyu atau penglihatan, yang memungkinkan Yohanes untuk melihat dan mencatat peristiwa-peristiwa tertentu yang akan datang supaya hal itu bisa membangkitkan semangat semua umat percaya. Melalui Kitab Wahyu disampaikan bahwa Yesus Kristus akan datang kembali, Kejahatan akan dihukum dan orang mati akan dibangkitkan dan dihakimi, yang hasilnya adalah kehidupan kekal atau kebinasaan kekal. Dengan membaca di pasal awal kitab ini, yaitu Wahyu 1:4 diberitahukan bahwa penulis surat ini adalah Yohanes dan dialamatkan kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil yaitu: Jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Salah satu dari ketujuh jemaat tersebut, yaitu Jemaat Laodikia inilah yang akan kita bahas dan menjadi khotbah bagi kita.

II.                Penjelasan
  1. Tuhan tahu segala keberadaan kita dan mengetahui segala pekerjaan kita ( ay. 14-16).
Mengawali sapaan kepada jemaat Laodikia, Tuhan memberitahukan bahwa firman yang akan disampaikan oleh Yohanes kepada jemaat Laodikia adalah firman yang bersumber dari Yesus Kristus yang menyebut dan menamakan diriNya dengan sebutan: Amin, saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah. Dialah yang mengetahui segala keberadaan dan pekerjaan jemaat Laodikia yang suam-suam kuku yaitu yang tidak dingin dan tidak panas. Sehingga dengan keadaan seperti itu Ia akan memuntahkan jemaat Laodikia dari mulutNya. Sebutan Amin bagi Kristus hanya kita temukan dalam ayat ini, yang tentunya berarti menunjukkan Kristus sebagai yang benar, yang sungguh dapat dipercaya, dan yang di dalam diri-Nya semua janji Allah Ya dan amin (lih. 2 Kor. 1:20 “ Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah). Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah. Dialah saksi yang setia dan benar dan permulaan dari ciptaan Allah (lih. Ibrani 1:2b “… Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta”). Yesus sumber  firman yang menyebut diriNya  Amin  dengan sungguh-sungguh mengetahui sikap dan perbuatan jemaat Laodikia yang tidak dingin dan tidak panas yang disebut suam-suam kuku. Sebutan itu hendak menunjukkan bahwa jemaat Laodikia tidak memperlihatkan kesungguhan hati dalam mengikuti Tuhan. Suam-suam kuku berasal dari kata “Khiaros hudor” yang dipakai untuk menggambarkan air yang rasanya tidak enak dan menyebabkan muntah.  Sikap yang demikian dari orang Laodikia dalam beriman dan mengikut Kristus adalah disebabkan kesombongan mereka atas segala kekayaan yang dimiliki kota itu. Sebab Laodikia pada jamannya adalah kota yang makmur bahkan dialah kota yang paling makmur dan kaya dari ketujuh jemaat yang disapa dalam kitab Wahyu sebab kota itu menjadi pusat ‘perbankan pada masa itu, dan di situ ada pabrik kain wol hitam dan juga obat salep’. Semua itu membuat mereka sering kompromi dengan kepercayaan lain dan melakukan ibadah hanya sebagai rutinitas semata. Hal itu menjijikkan/ memuakkan bagi Yesus dan akan memuntahkan mereka.
Namun Tuhan mahatahu atas apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas”. Tidak dingin atau tidak panas atau suam-suam kuku, demikianlah iman percaya mereka. Istilah ini menggambarkan situasi kehidupan mereka yang memang mengalami masalah air. Di atas kota Laodikia terdapat 2 kota lain. Kota pertama adalah Kolose. Kolose memiliki sumber mata air dingin yang sangat baik/berkhasiat bagi tubuh untuk diminum. Sungguh sangat menyegarkan. Kota kedua adalah Hierapolis. Hierapolis memiliki sumber mata air panas. Yang sangat baik /berkhasiat bagi tubuh untuk mandi/ berendam. Kota Laodikia tidak memiliki sumber mata air sendiri. Kota ini mendapatkan air dari sumber mata air kota-kota di atasnya. Air dari kota Kolose dan Hierapolis mengalir ke bawah. Aliran air ini bertemu dan bersatu mengalir ke Laodikia. Karena air dingin bertemu dengan air panas maka jadilah air yang suam-suam kuku. Tidak lagi berkhasiat, baik dingin (menyegarkan bagian dalam tubuh) maupun panas (menyehatkan bagian luar tubuh). Air ini tidak lagi baik untuk berendam dan bahkan diminum. Bila diminum maka akan menimbulkan rasa mual (muntah). Jadi disini, sama seperti air tersebut yang suam-suam kuku memiliki arti bahwa secara rohani, jemaat Laodikia telah mengalami penurunan nilai guna atau manfaat. Semua itu karena jemaat Laodikia tidak lagi melihat pada Sang Pemberi Berkat sebagai yang utama, namun melihat dan mengutamakan berkatnya saja.
R e n u n g a n:… Kondisi rohani dan keimanan Jemaat Laodikia digambarkan oleh Yesus tak ubahnya seperti air yang suam-suam kuku yang siap dimuntahkan. Karena air yang suam-suam kuku itu tidak dingin dan tidak panas. Tegoran dan Celaan Tuhan begitu keras tentang keberadaan mereka karena semuanya prilaku dan pekerjaan mereka terlihat dan diketahui dengan jelas oleh Tuhan. Mereka merasa bahwa semuanya mereka miliki dan tidak ada yang kurang tetapi Sungguh Tuhan melihat dan mengetahui hidup mereka yang menjijikkan dan kualitas kerohanian mereka sangat tidak benar. Kesombongan dan kecongkakan karena kekayaan harta dan kemakmuran negerinya membuat membuat tidak tegas, jelas dan tidak sebagai identis Kristen sehingga membuat mereka akan dimuntahkan. Marilah kita menyerahkan hidup kerohanian kita secara total kepada Kristus dan tidak setengah-setengah sehingga kita memiliki identitas yang jelas dengan karaktek seperti Kristus.

  1. Tuhan Menegor & Menghajar yang Diakasihi dan mengajak  untuk bertobat ( ay. 17-19)
Jemaat di Laodikia ditegor dan diingatkan oleh Tuhan supaya bertobat meninggalkan kesombongan mereka karena mereka merasa tidak berkekurangan apa-apa. Mereka merasa memiliki kemakmuran dan kesejahteraan, Namun Yesus berkata sesungguhnya mereka melarat dan miskin, Kota yang menghasilkan kain wol Yesus katakan mereka telanjang, kota yang memproduksi salep mata tapi Yesus katakan mereka buta. Begitu pedasnya tegoran yang disampaikan Yesus kepada mereka atas sikap dan kesombongan yang ada dan Yesus menasihatkan  mereka untuk bertobat dan meninggalkan sikap yang tidak benar itu sehingga mereka tidak dimuntahkan. Ajakan itu terlihat dari apa yang dikatakan dalam ayat 18 dan 19 supaya mereka membeli daripada Tuhan emas yang telah dimurnikan supaya mereka kaya, juga kain putih supaya mereka tidak telanjang dan memalukan, minyak untuk melumas mata mereka supaya mata mereka dapat melihat. Demikian Yesus mengajak dan menasehati mereka supaya merelakan hatinya dan bertobat. Karena mereka sesungguhnya dikasihi oleh Tuhan. Artinya adalah Tuhan selalu siap dan menantikan perkabungan dosa dan pengenalan hingga penyesalan akan dosa-dosa kita, dan Dia memanggil kita untuk bertobat. Dengan pertobatan itu akan ada hubungan yang dipulihkan. Karena terjadi pengampunan, maka dengan demikian lahirlah kemesraan dan terlaksanalah rekonsiliasi perdamaian yang begitu indah.
R e n u n g a n… Laodikia adalah kota yang makmur dan kaya dan jemaat di sana juga makmur. Apa yang bisa dilihat dan dibeli oleh orang-orang Laodikia telah menjadi lebih berharga bagi mereka daripada apa yang tidak kelihatan dan kekal. Kekayaan, kemewahan, dan kesenangan bisa membuat orang percaya diri, berkecukupan dan puas diri. Tapi ingat, berapapun banyaknya materi yang kita miliki dan berapapun uang yang dapat kita hasilkan, kita tidak memiliki apa-apa jika kita tidak memiliki hubungan yang sungguh dengan Kristus. Bisa jadi tingkat kekayaan mempengaruhi hasrat rohani kita. Sebaliknya daripada kita memusatkan hidup pada kenyamanan dan kemewahan, marilah temukan dan miliki kekayaan sejati di dalam Kristus. Sebagaimana Laodikia yang terkenal karena kekayaannya yang luar biasa, Kristus Yesus menasihatkan mereka untuk membeli emas dariNya (harta rohani yang sejati). Kota itu bangga dengan industri kainnya, namun Yesus menyuruh supaya mereka membeli kain putih (kebenaran) dariNya, Laodikia menyombongkan diri karena salep matanya, namun Yesus minta mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka supaya mereka boleh melihat kebenaran dari Dia. Dengan semua ajakan ini, Yesus hendak menunjukkan kepada kita bahwa nilai sejati bukan terletak pada kekayaan materi, melainkan pada hubungan dan pengenalan yang benar dengan Tuhan. Kekayaan dan prestasi yang kita miliki tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan masa depan dan hidup kekal di dalam Yesus Kristus. Dan marilah mengerti bagaimana Yesus menegor orang yang dikasihi bahkan menghajarnya supaya mau mengenal kebenaran yang sesungguhnya sehingga bertobat meninggalkan segala dosa dan kesombongan dan datang menerima hidup dan keselamatan dari Tuhan.

  1. Tuhan menginginkan supaya kita membuka hati  kepadaNya sehingga kita dapat menikmati kebersamaan dengan Dia (ay. 20-22)
Melalui ayat 20-22 ini diperlihatkan bagaimana Tuhan sendiri yang berinisiatif mencari orang Laodikia supaya mereka mau membuka hatinya kepada Kristus sehingga Yesus bersama-sama dengan mereka boleh duduk menikmati makan bersama. Kasih Allah yang sungguh luar biasa dinyatakan kepada jemaat Laodikia di mana Allah sendiri yang mendatangi, menyadarkan dan mengetuk hati mereka. Terlihat begitu dalamnya kesombongan Laodikia, sehingga Yesus sudah berada  di luar hidup mereka dan sekarang Ia menunggu apakah mereka mau membuka dan mempersilahkan Dia masuk sehingga boleh duduk bersama. Duduk dan makan bersama memperlihatkan bahwa ada hubungan yang mesra menikmati kemenangan bersama dengan Tuhan. Kemenangan yang sejati yang digambarkan dengan duduk di takhta Tuhan sebagaimana Dia duduk bersama di takhtaNYa dengan Bapa. Memang Duduk bersama di takhta menunjukkan kuasa memerintah yang tentunya lebih bersifat eskatologis. Tetapi demikianlah Tuhan menjanjikan kuasa itu bagi orang-orang yang telah menang yakni mereka yang mau bertobat dan membuka hatinya menerima Kristus masuk dan boleh menikmati persekutuan yang intim dengan Tuhan. Jadi, persekutuan yang indah pada masa kekekalan yaitu bersama dengan Kristus di sorga akan menjadi milik dan bagian orang yang mau menerima Kristus. Dalam akhir ayat ini, Yesus mendesak umat percaya untuk mendengar, memperhatikan dan mengerti apa yang difirman itu. Sehingga setiap yang difirmankan itu memberi dampak kepada setiap dan gereja di segala jaman dan tempat.
R e n u n g a n… Betapa besar kasih setia Tuhan, Dia yang datang mendekat menghampiri dan  mengetuk pintu hati kita. Dia mengharap kita mau membuka pintu hati itu supaya kita diselamatkan dan menikmati persekutuan denganNya. Dia sabar menunggu dan tidak mendobrak tetapi mengetuk sehingga kesadaran kita dari dalam untuk mau membuka sangat Dia harapkan. Terlihat bagaimana Dia membiarkan dan mengijinkan kita memutuskan apakah membuka hidup kita bagi Dia atau tidak. Apakah hati dan hidup kita tertutup dan terkunci rapat bagi Kristus. Ketahuilah hanya dengan membukakan pintu bagiNya dan membiarkan Dia masuk maka kita akan dapat sukacita dan menikmati persekutuan yang intim dan mesra dengan Yesus. Sehubungan dengan itu, Jika kita membiarkan Kristus memasuki hidup kita ataupun rumah kita dalam arti Dia yang berkuasa dan mengendalikan hidup kita mau dipimpin dan diarahkan maka Ia akan memperkenankan kita memasuki rumah BapaNya dan selanjutnya mengijinkan kita duduk bersamaNya ditahtahNya.

III.             Penutup – Kesimpulan
  1. Tuhan mengecam bahkan muak melihat iman jemaat Laodikia yang suam-suam kuku. Tuhan juga muak dengan ibadah mereka yang hanya sebatas rutinitas. Bagaimana dengan ibadah kita,? Bagaimana dengan pelayanan kita.?
  2. Milikilah kesungguhan hati dalam mengikut dan beriman kepada Yesus sebab Tuhan tahu segala pekerjaan yang kita lakukan, bagiNya tidak ada yang tersembunyi, apakah gerangan penilaian Tuhan atas prilaku dan pekerjaan dan perbuatan kita.
  3. Tuhan mengasihi setiap umatNya dan senantiasa mencari kita supaya mau membuka hati dan mau bertobat.
  4. Orang yang mau menerima Kristus dan menyerahkan hidupnya dikuasai oleh Kristus maka kehidupan dan persekutuan yang intim  akan dinikmati di dalam hidupnya dan  di sorga kelak

Pdt. Janto Sihombing
HKI Resort Jakarta II

Kamis, 13 Agustus 2015

Renungan Khotbah Ibrani 13:1-15



Khotbah Minggu 11 Sesudah Trinitatis,  16 Agustus  2015
Ep. Keluaran 2 : 23 – 3 : 10                                    Ev. Ibrani  13 : 1 – 15                      P.HT. Kolose 3 : 12 – 13
Thema Minggu : “Aku Sekali-kali Tidak Meninggalkan Engkau”/
Sandok Tung Na So TinggalhononKu do Ho

I.                   Pendahuluan
Surat  Ibrani adalah Surat yang dialamatkan pertama sekali kepada orang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus. Mereka telah menerima dan menjadi pengikut Kristus, namun karena terjadi penganiayaan yang begitu berat, baik secara kehidupan sosial maupun secara fisik, baik dari pihak bangsa Yahudi maupun Romawi, mereka mulai bimbang dan goyah untuk mempertimbangkan kembali menjadi agama Yahudi. Dengan demikian, Surat Ibrani memberikan penguatan dan peneguhan serta mengingatkan mereka supaya tetap beriman kepada Yesus dan tinggal tetap dalam Kekristenan. Untuk Itulah dalam kitab Ibrani diperlihatkan kesempurnaan Kristus sebagai keselamatan dan kehidupan yang jauh lebih unggul dan sempurna dari siapapun dalam dunia ini. Sang Penulis menyatakan identitas sejati Yesus sebagai Allah. Dialah Penguasa Tertinggi. Ia lebih mulia daripada agama atau malaikat manapun. Ia lebih tinggi dari pemimpin Yahudi manapun (seperti Abraham, Musa, atau Yosua) dan lebih tinggi daripada Imam manapun. Setelah itu, dalam surat ini dimuat juga implikasi-implikasi praktis dari mengikut Kristus. Yakni berbagai nasehat untuk cara hidup sehari-hari dan nasehat moral dan itulah yang menjadi khotbah kita hari ini, yaitu  Ibrani 13 : 1 – 15.

II.                Penjelasan dan Renungan
1.        Perlihatkanlah kasih yang sungguh-sungguh kepada orang lain dengan tindakan nyata (ay.1-7;9)
Berbagai pesan moral dan nasehat praktis disampaikan oleh penulis surat Ibrani ini dalam bagian akhir surat ini, yakni sebagai implikasi praktis dari mengikut Kristus dengan menyatakan kasih yang sungguh-sungguh kepada orang lain dengan tindakan nyata, yakni : memberi tumpangan kepada orang asing, empati terhadap orang-orang yang dalam hukuman dan yang diperlakukan dengan sewenang-wenang, menghormati janji perkawinan, dan mensyukuri apa sudah dimiliki, memperhatikan para pemimpin untuk dapat meneladani iman mereka, dan jangan mau disesatkan pengajar sesat yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat.
  1. Dengan memberi tumpangan kepada orang asing ada tiga orang dalam PL dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat, Abraham (Kej 18:1…), Gideon  (Hakim 6:11…), Manoah (Hakim 13:2…).
  2. Berempati kepada orang-orang hukuman, yang diperlakukan dengan sewenang-wenang bahkan terpenjara oleh karena perjuangan kebenaran, keadilan dan karena iman kepada Yesus Kristus. Begitu pentingnya hal ini diberlakukan dalam hidup sehingga Yesus berkata bahwa pengikutNya yang sejati harus menghidupi dan melaksanakannya (lih. Matius 25:36 ).
  3. Menghormati perkawinan, Menghormati perkawinan akan menuntut kepekaan dan keyakinan Kristiani yang sangat besar. Itu berarti kekudusan perkawinan begitu berharga di hadapan Tuhan. Suami istri sama-sama harus menjaga kekudusan perkawinan itu sebab dengan demikian mereka diberkati oleh Tuhan dan menjadi alat bagi kemuliaanNya.
  4. Mensyukuri apa yang sudah dimiliki, Belajar untuk mencukupkan diri dan menikmatinya bukan marah dan mengeluh karena tidak dapat memiliki yang lain. Orang yang materialis sering tidak dapat puas dan menikmati bahkan sering meragukan kesanggupan Allah untuk mencukupkan kebutuhannya. Ketahuilah bahwa segalanya akan berlalu dan lenyap, demikian juga uang dan harta akan ditinggalkan (lih. Pilipi 4 : 11, belajar puas dengan apa yang dimiliki  1 Yohanes 2:17).
  5. Meneladani iman para pemimpin yang mengajarkan dan meneladankan akan kebenaran Injil firman Tuhan dalam kehidupannya. Mengingat para pemimpin iman yang telah mencurahkan hidupnya untuk pelayanan pekabaran injil.
  6. Jangan mau disesatkan pengajar sesat yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat, Sebagai Kristen Yahudi mereka sering dikunjungi dan diganggu untuk kembali kepada ritual keYahudian dan hukum-hukum yang harus dipatuhi untuk mendapatkan keselamatan.
R e n u n g a n
Penulis surat Ibrani mengingatkan orang Kristen benar-benar hidup secara Kristiani. Orang-orang Kristen yang Kristiani berarti mempraktekkan dan menghidupi kekristenan sebagaimana yang diajarkan Kristus. Nasehat-nasehat praktis itu hendak mengatakan bahwa keristenan itu harus dihidupi jangan hanya sebatas kata-kata tetapi haruslah dalam perbuatan dan tindakan nyata. Tentunya nasehat surat Ibrani ini begitu relevan dalam kehidupan kita sekarang. Begitu banyak sekarang hidup orang Kristen yang kurang kristiani. Kristen tetapi tidak Kristiani. Melalui nats ini yang Kristiani itu diuraikan melalui beberapa tindakan yang harus diimplementasikan oleh seorang Kristen dalam hidup sehari-hari dan kita diingatkan kembali akan kasih yang sungguh-sungguh itu diperlihatkan dalam tindakan dan perbuatan nyata. Bagaimanakah keramahtamaan, empati, kesetian dan kepuasan akan pemberian Tuhan diberlakukan sebagai implikasi kasih Kristus dalam kehidupan kita.

2.        Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (ay. 8)
Orang Kristen Yahudi perlu diingatkan dalam penganiayaan yang sedang mereka hadapi supaya tidak pernah ragu dan bimbang akan Kristus. Walau begitu banyak tantangan yang datang baik dari orang Yahudi sendiri ataupun penguasa Romawi orang Kristen Yahudi harus tetap beriman kepada Yesus jangan meninggalkan Kristus. Kekuatan kuasa dan kasih setiaNya tetap dan tidak berubah  dan situasi yang mereka hadapi boleh berubah-ubah tetap Kristus tidak pernah berubah.
R e n u n g a n
Mengerti bahwa Tuhan Yesus itu tidak pernah berubah, kuasa, kasih dan janji setiaNya tetap dan tak berubah, pada saat ini begitu relevan bagi kita. Allah tidak berubah dan tidak mungkin berdusta, oleh karena itu, saat kita menghadapi badai persoalan hidup kita dapat tetap percaya kepadaNya. Tetapi jangan lupa bahwa Dia adalah Allah yang suci dan adil, karena itu kita harus tetap taat walaupun sedang berada dalam kesulitan. Pemazmur pernah berkata “Sebab Tuhan itu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamya, dan kesetiaanNya tetap turun temurun” (lih Mazmur 100 : 5). Jika saat ini kita sedang mengalami kesulitan atau pergumulan berat, jangan pernah putus asa, apalagi pergi meninggalkan Dia dan minta pertolongan kepada allah lain. Datanglah kepada Kristus karena Dialah yang berkuasa yang dapat diandalkan untuk menolong dan memberi kekuatan. Kita patut berbahagia. Sebab walaupun segala sesuatu di dunia ini berubah, Tuhan tetap setia mengasihi, berlimpah anugerah dan mau menerima kita. Kalau Tuhan Allah tetap setia mengasihi, menolong dan menyelamtakan kita , marilah kita tetap setia dan berlaku benar.

3.        Yesus Kristus sudah mati untuk menanggung dosa umat Manusia (ay. 10-14)
Penulis surat Ibrani kembali mengingatkan orang Kristen Yahudi akan keunggulan Yesus Kristus sehingga dengan penjelasan itu mereka diharapkan untuk tetap setia beriman kepadaNya dan tidak meninggalkanNya. Orang-orang Kristen Yahudi diolok-olok dan dianiaya oleh orang Yahudi dan Romawi yang tidak percaya kepada Kristus sang Mesias. Oleh karena itu ayat ini memberitahukan bahwa pengurbanan Kristus lebih besar dari sistem kurban Perjanjian Lama yang dilakukan Imam besar di dalam suatu mezbah di dalam kemah. Karena Dialah yang dengan belas kasih setiaNya yang telah menjadi korban penebusan dan penghapusan dosa yang sempurna dan dipersembahkan di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya. sehingga oleh DarahNya ada pengampunan.
R e n u n g a n
Pemahaman dari ayat ini hendak menyemangati orang Kristen Yahudi sebagaimana Kristus telah mati dan menjadi kurban pengampunan dosa yang dikurbankan di luar kemah (luar kemah= najis, kehinaan). Itu artinya penderitaan yang dialami oleh orang Kristen Yahudi adalah sebagai tanda ikut serta dalam penderitaan Kristus untuk kesaksian iman mereka. Sebagaimana Yesus kristus dibawa keluar gerbang  Yerusalem untuk mengalami penderitan dan penghinaan demi kepentingan umat maka sudah saatnya bagi mereka turut merasakan penderitaan itu sebagai tanda kesetiaan mereka akan Kristus. Tentunya juga dengan kita saat ini.

4.        Tuhan berkenan akan perbuatan-perbuatan baik karena itu jangan pernah lupa melakukannya (ay. 15)
Ayat 15 ini berisikan: “Sebab itu marilah kita oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”. Itu berarti bahwa persembahan yang dilakukan bukanlah lagi untuk kurban pengampuan dosa tetapi kurban ucapan syukur karena korban pengampuan dosa telah sempurna dilakukan oleh Yesus.
R e n u n g a n
Marilah senantiasa memuji Tuhan, Mulut kita dan totalitas hidup ini  seharusnya mengakui nama Allah dan meninggikanNya melalui kata dan perbuatan. Segala perbuatan baik itu sangat berkenan kepada Tuhan sebagai implementasi  iman kita kepada Kristus. Berbuat baik dan memberi bantuan atau menolong orang lain sangat menyenangkan hati Tuhan dan berkenan kepadaNya walaupun tindakan-tindakan itu  tidak diketahui orang lain.
                                      
Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Ress. Jakarta  II