Rabu, 27 Maret 2019


Thema Minggu: Mataku telah melihat Tuhan Semesta Alam/ Nunga  diida mataku Raja Jahowa   Zebaot

Ep. Wahyu  4 : 1 11                     Ev. Yesaya  6 : 1 8                        P.HT : 2 Timotius 4 : 2 – 5

I.                   Pendahuluan
Yesaya memiliki panggilan yang unik dan sangat luar biasa untuk menjadi seorang nabi. Dia terlebih dahulu mendapat penglihatan yang sangat dahsyat yaitu kebesaran dan kemuliaan Tuhan Allah  hadir dalam bait KudusNya dan dalam peristiwa itu Allah memanggil dia dan mengutusnya sebagai nabi. Pemanggilan dan Pengutusan Yesaya itu mendapat proses pengudusan terlebih dahulu melalui aksi Allah yang menyuci tahirkan hidup Yesaya yang ditandai dengan menyentuh bibir Yesaya dengan bara api. Hal itu terjadi karena ada kesadaran penuh dari Yesaya akan keberadaannya tentang diri dan bangsanya yang penuh dosa sehingga dia berkata Celakalah aku! Aku binasa sebab aku ini seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Perlu kita ketahui bahwa konteks Israel pada jaman ini begitu makmur secara ekonomi namun hal itu tidak diikuti dengan kebaikan kehidupan social dan kerohanian mereka. Israel berubah setia dan menjauh dari Tuhan, mereka berlaku jahat di mata Tuhan dan hidup dalam ketidak benaran. Ke dalam konteks yang demikianlah Tuhan mengutus Yesaya sebagai nabiNya untuk menyampaikan isi hatiNya dimana Tuhan akan menghukum kejahatan mereka dan juga bangsa lain yang menyesatkan umatNya dan sekaligus untuk menyuarakan suara pertobatan.  

II.                Pembahasan Nats
1.       Tuhan adalah Raja yang penuh dengan Kemuliaan, Kekudusan  dan Keagungan  ( ay. 1 -4 )
Ada 2  hal yang perlu kita lihat dalam ayat 1-4 ini, yakni:
v  Penglihatan itu terjadi dalam tahun matinya raja Uzia. Raja Uzia  mati kira-kira tahun 740 SM yang sejarahnya bisa kita lihat dalam 2 Raja-raja 15:3… dan 2 Tawarik 26: 4-5. Raja Uzia sebenarnya dari awalnya adalah seorang raja yang saleh dan takut akan Tuhan, sehingga ia sukses dan berhasil dan umat Israel penuh damai dan sejahtera dalam pemerintahannya. Namun dalam tahun-tahun berikutnya ia menjadi sombong,  congkak dan angkuh. Ia melakukan yang tidak benar di hadapan Tuhan dengan menyerobot tugas imam besar di bait Allah yang seharusnya dia tidak boleh lakukan (2 Tawarik 26:18-21).  Walau Para Imam sudah memperingatkan dia untuk tidak melakukan pembakaran ukupan kudus itu dan supaya tidak masuk ke tempat kudus tersebut sebab hanya orang-orang yang dikuduskanlah yang boleh melakukannya, ia tidak mau mengindahkannya namun justru ia balik marah kepada imam Azarya dan rombongan imam lainnya dan akhirnya ia kena hukum dari Tuhan dia tidak mendapat kehormatan lagi di hadapanNya  dan ia berpenyakit kusta sehingga  dikucilkan dan sampai pada kematiannya. Cerita tentang prilaku Raja Uzia yang tidak menghormati kekudusan Allah yang  mengotori pelayanan kudus serta yang  mempermainkannya membawa petaka baginya dan  berujung kepada kehinaan dan kematian. Penyebutan nama Uzia itu dalam ayat ini hendak mengingatkan bahwa peristiwa kematian Uzia adalah peristiwa kematian karena mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan di dalam bait-Nya. Renungan janganlah pernah merasa enteng dan mempermainkan kekudusan pelayanan, tetaplah setia dan dapat dipercaya dalam pelayanan ini. Kesuksesan dan keberhasilan janganlah membawa kepada  kesombongan tetapi tetaplah  rendah hati sehingga kehormatan tetap ada  dan Tuhan semakin memberkati.
v  Dalam penglihatan itu Yesaya melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Pandangan ini memperlihatkan Keagungan Tuhan yang tentunya jauh melebihi keagungan raja-raja yang ada terutama yang memerintah ketika itu. Pada peristiwa kematian Uzia itu Israel merasa terpukul dan penuh kesedihan sebab di bawah pemerintahan raja Uzia mereka boleh menikmati kemakmuran dan kesejahteraan maka begitu mendengar Uzia dihukum dan mati, Israel berada dalam ketakutan. Mereka memahami Uzia itu dapat membawa kemakmuran bagi mereka.  Maka dengan Allah memperlihatkan keagunganNya yang jauh mengatasi keagungan raja-raja khususnya raja Uzia hendak mau mengatakan bahwa bukanlah keagungan Uzia dan kekuasaanya  yang menjamin dan sumber kemakmuran tersebut tetapi Tuhanlah yang membangkitkan Uzia dan yang memberkati. Namun ketika Uzia sudah berlaku tidak setia dan mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan maka Tuhan menghukum. Demikian juga Israel yang diberkati Tuhan dengan penuh kemakmuran tetapi ketika mereka tidak mau bertobat dan kerohanian mereka yang penuh kebobrokan maka Tuhan akan menghukum. Jadi bukan “di” dan “dari” tangan Uzia datang berkat tetapi dari Tuhan Allah-lah  yang keagungan-Nya mengatasi keagungan Uzia. Renungan sotung gabe mandele jala lomos huhut tahutan kita molo tung marujung ngolu ni na gabe pangunsandean na salelengon na gabe “pangalualuan “nasailaonna i.   Torop do jolma molo nunga mate na gabe “tulang punggungna” na manarihon salelengon gabe ndang adong semangat jala gabe mandele. Tetapi melalui penglihatan ini kita mau diingatkan supaya setialah senanantiasa  dan takut akan Tuhan  maka Dia akan tetap setia menjaga, memelihara dan memberkati kita.
2.       Yesaya melihat para Serafim berdiri di sebelah atas Tuhan yang masing-masing mereka memiliki enam sayap dan masing-masing sayap  memiliki fungsi. Para Serafim senantiasa memuliakan dan menyanyikan  kekudusan Allah. Mereka selalu siap untuk diperintah Tuhan untuk melakukan tugas seperti dalam khotbah ini, yakni untuk menyuci kuduskan Yesaya melalui menyentuh mulutnya supaya dalam kekudusan ia melakukan tugas kenabiannya. Para Malaikat adalah pesuruh untuk melakukan perintah Tuhan. Dan senantiasa bersiap siaga untuk disuruh oleh Tuhan. Para malaikat ini menyerukan Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan semesta alam seluruh bumi penuh kemuliaanNya (ay. 3). Nama Serafim berartimembakar” yang lebih mengarah kepada pengertian akan kesucian mereka sebagai pelayan Tuhan dan memberi penekanan akan kesucian dan kekudusan karena pada zaman Uzia ketika itu terjadi kemerosotan dan spiritual umat yang jauh dari kekudusan. Maka dengan nyanyian itu kepada Yesaya dinyatakan Allah itu Kudus dan penuh dengan kemuliaan.  Dengan nyanyian itu menimbulkan alas ambang pintu bait suci bergoyang yang dipenuhi dengan asap. Dalam Perjanjian Lama Kehadiran Allah dan kemuliaan-Nya  disertai dengan asap dapat juga kita lihat seperti dalam  peristiwa kehadiran Allah di gunung Sinai, dimana gunung Sinai seluruhnya dipenuhi dan ditutupi oleh asap sebab Tuhan turun atasnya ( Kel 19:19). Renungan marilah kita memahami dan menyadari bahwa Allah itu adalah Allah yang Kudus dan sempurna sehingga dalam kedahsyatan dan kemuliaan kekudusaNya yang sempurna itu kita akan melakukan pelayanan  yang benar.
3.       Begitu dahsyat kemuliaan Tuhan hadir sehingga hal itu menyadarkan Yesaya bahwa dia akan celakah dan akan binasa karena menyadari dirinya yang penuh dengan kenajisan. Dia sadar bahwa ia adalah seorang yang najis bibir dan tinggal berada di antara yang najis bibir. Hal itu sekaligus mau mengatakan bahwa dia sebenarnya bukan orang yang layak untuk mendapat kesempatan dan penglihatan itu dan dia bukanlah orang yang berbeda dengan orang sekitar pada jamannya. Ada ketakutan setelah menyadari akan dirinya yang penuh dosa yang seharusnya tidak layak melihat Tuhan sang Raja alam semesta sehingga dengan penglihatan itu tentunya ia akan celakah dan binasa ( bnd. Kel 33:20 “ …engkau tidak akan tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku akan hidup”).   Renungan Kesadaran Penuh akan keberadaan Tuhan yang hadir dalam kekudusan seharusnya menimbulkan kesadaran akan diri kita yang penuh dosa dan kenajisan dan tak tertutupi  sekaligus sebagai kepasrahan kita yang tidak dapat mempertahankan diri namun seharusnya   pasrah dan berserah untuk menunggu apa yang hendak Tuhan lakukan untuk kita.
4.       Tuhan yang menguduskan dan yang mengutus (ay. 7-8)
Tindakan Allah yang menyentuh bibir Yesaya adalah tindakan yang menguduskan dirinya dari segala kesalahan dan keberdosaaannya. Dengan tindakan itu ia akan segera menerima tugas pengutusan untuk dapat bekerja melayani utnuk Tuhan. Sehingga usai Allah menyentuh bibir mulut Yesaya ia boleh mendengar suara siapakah yang akan Tuhan utus dan siapakah yang mau bekerja untuk Dia. Lalu dengan tegas ia berkata: “Ini Aku, Utuslah aku”. Allah yang sudah mempersiapkan Yesaya untuk tugas kenabian itu dan dia akan bekerja adalah untuk Tuhan. Renungan Pengutusan Yesaya adalah buah karya Allah yang terlebih dahulu mempersiapkannya dengan menyucikuduskannya setelah ada kesadaran dan pengakuan dan pengenalanYesaya akan dirinya dan akan Tuhan. Sehingga Yesaya menerima dan mau diutus untuk bekerja bagi Tuhan. Marilah kita menyadari bahwa kita sebagai pelayanNya yang sudah menerima panggilan itu adalah bekerja bagi Tuhan sehingga dengan demikian kita akan dapat melakukannya dengan baik dan benar.

III.             Kesimpulan dan Penutup.
Tuhan memanggil dan mengutus kita untuk terus menyuarakan pertobatan dan keselamatan ke dalam dunia ini. Sehingga Allah yang Kudus Agung dan Mulia di dalam Yesus Kristus dapat diperdengarkan kepada seluruh umat di segala jaman dan tempat. Menjadi pelayan bagi Tuhan tentunya kita akan menjaga spritualitas sehingga kita layak menjadi alat dan kesaksian bagi dunia ini.  Dengan berkataIni Aku Utuslah Aku bukanlah ucapan kesombongan dan merasa mampu tetapi adalah ucapan penyerahan diri dan kesiapan dipakai untuk bekerja bagi Tuhan. Amin                                                 
Pdt. Janto Sihombing
                                                                                                HKI Resort Jakarta II




Khotbah Minggu,  3 Mei 2015
            Minggu Kantate Nyanyikanlah Nyanyian Baru bagi Tuhan

Ep. Wahyu  15:1-4                                                              Ev. Mazmur  47:2-10

Elukelukkanlah Allah yang Mahatinggi dan Dahsyat/Olophon ma Jahowa nasun timbul  jala na songkal
                                                                                                                                                   
I.                   Pendahuluan

Kitab Mazmur adalah kitab yang berisikan nyanyian pujian dan doa  orang-orang percaya yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan peribadahan. Mazmur ( Ibr” Mizmor, Yun. Psalmoi, Arab, Zabur  ) kata itu memiliki arti “nyanyian Pujian”. Melalui nyanyian Pujian tersebut mereka yang menyanyikan menyaksikan iman percayanya, keyakinannya kepada Tuhan baik dalam sukacita atau dalam pergumulan. Dalam Nyanyian itu sipenyanyi mencetuskan isi hatinya baik suka maupun dukanya. Dan tak jarang juga dalam nyanyian itu dicetuskan kerinduan dan kekaguman akan karya Tuhan dan perbuatanNya sehingga hal itu menjadi kesaksian sekaligus mengajak orang untuk datang memuji dan memuliakan nama Tuhan. Hal seperti itulah yang ada dalam khotbah ini, Pemazmur menyanyikan karya dan perbuatan Tuhan  sekaligus mengajak semua orang untuk memuji dan memuliakan namaNya.
Mazmur 47 ini dikatakan berasal dari bani Korah. Bani Korah yaitu mereka yang bertugas menjaga kemah Tuhan, (1 Tawarikh  9:19). Bani Korah menjadi penjaga pintu dan menjadi penyanyi sekaligus di bait Allah pada zaman Yosafat  ( 2 Tawarik 20:19) dan mereka juga menjadi pencipta Mazmur  ( Maz 42:1-11;44:1-49;84:1-85;87:1-88:18).  Sebagai Penjaga kemah Tuhan,  mereka memahami keberadaan Kemah Tuhan sebagai tanda kehadiran Tuhan dan tempat untuk memperdengarkan firmanNya,  hal tersebutlah yang  mereka respon dalam nyanyian dan pujian. Bani Korah menyanyikan Pujian ini sebagai perayaan mereka atas pembebasan dan keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan ketika pasukan Sanherib raja Asyur  mengepung Yerusalem. Dalam pengepungan tersebut Tuhan meluputkan Israel dan oleh malaikatNya memukul kalah pasukan raja Sanherib. Kemenangan itu memberikan sukacita bagi Israel dan itulah yang dinyanyikan oleh Bani Korah dalam khotbah ini   dan menyerukan dalam bentuk ajakan untuk turut serta memuji dan meninggikan Tuhan yang dahsyat tersebut.

II.                Penjelasan Isi

1.      Mengelukkan  Allah dengan  Soraksorai ( ay. 2)
Bani Korah yang bertugas menjaga kemah Tuhan merasakan dan menyaksikan  kehadiran Tuhan yang nyata dalam firman Tuhan yang berkuasa. Bagi Mereka,  Selama firman Tuhan dapat diperdengarkan dalam kemahNya maka hal itu dipahami sebagai tanda kehadiran Tuhan di tengah umatNya. Kehadiran Tuhan dalam dan melalui firmanNya direspon dan disambut dengan mengelukelukkan dengan sorak-sorai. Artinya dengan hadirNya Tuhan akan disambut dengan nyanyian dan  pujian.  Sukacita dan sorak-sorai timbul karena kehadiran Tuhan ada ditengah-tengah umat.  Pemazmur mengajak segala bangsa untuk bertepuk tangan untuk menyatakan sukacita mereka di hadapan Tuhan. Tepuk tangan adalah salah satu sebagai tanda sukacita ( bnd. Maz 98:8; 2 Raja 11:12). Sebuah cara yang umum untuk mengekspresikan sukacita ( bnd. Yes 55:12). Jadi bertepuk tangan di sini sebagai tanda sukacita mereka dan syukur mereka kepada Allah.

2.      Memuji dan bersorak bagi Tuhan sebab Ia adalah Raja atas segala bangsa dan  dahsyat adanya (ay.3-5,8-9)
Dalam ay. 3-5,8-9  ini, Pemazmur memaparkan alasan mengelukkan dan bersorai bagi Tuhan sebab Tuhan yang Maha tinggi adalah dahsyat, yang kedahsyatanNya menaklukkan bangsa-bangsa dan menganugerahkan kemenangan atas umatNya. Bani Korah sebagai pelayan di Kemah Tuhan  ( Bait Suci) melihat bagaimana Tuhan melindungi Bait kudusNya dari tangan musuh terutama ketika mengingat Yerusalem dikepung oleh Raja Sanherib orang Asyur ( lih. 2 Raj 8:13-19:37 ). Dalam peristiwa pengepungan tersebut ( lih. Khususnya 2 Raj 19:1-38) Tuhan begitu dahsyat mengalahkan pasukan Asyur dan memukul kalah raja Sanherib. Oleh Kuasa Tuhan Yerusalem tidak dapat dimasuki pasukan Asyur sebab Tuhan sendiri memagari kota itu sehingga selamat dari tangan Sanherib sementara itu Tuhan melalui malaikatNya membunuh pasukan Asyur sebanyak 185.000 orang ( 2 Raj 19: 32-35).  Demikian Bani Korah mengungkapkan pengakuannya terhadap Tuhan dan sekaligus mengajak semua bangsa-bangsa mengakui kedahsyatan Allah yang Mahatinggi itu. Dalam pengakuan itu dikatakan bahwa Tuhan adalah Raja di atas segala raja. Dia adalah Raja yang Agung dan besar, yang menyelamatkan dan menghakimi seluruh dunia. Karena itu biarlah semuanya memuji dan bersorak bagi Tuhan. Mengetahui dan mengakui Tuhan sebagai Raja berarti sekaligus menyadari bahwa Dialah Sipemilik otoritas tertinggi  atas segalanya ( bnd. Raja dalam sebuah wilayah atau bangsa memegang dan memiliki otoritas tertinggi) Tuhan kita adalah Raja atas alam semesta untuk segala zaman. Sesungguhnya, Dia adalah Raja di atas segala raja yang pernah ada ( why. 19:16). Dalam namaNya segala kuasa akan bertekuk lutut, baik yang di surga, bumi maupun di bawah bumi. Dengan mengetahui dan mengakui kebenaran ini tentunya kita lebih yakin dalam menjalani kehidupan kita. Maka Pujilah Dia dan berilah hormat kemuliaan bangiNya.
3.      Bermazmurlah bagi Tuhan sebab Dialah yang empunya perisai-perisai bumi ( ay. 10)
Pemazmur mengajak dan berseru supaya bangsa-bangsa turut memuji dan bersoraksorai meninggikan Tuhan sebab Dialah Sipemilik semuanya termasuk Sipemilik para pemimpin bangsa-bangsa. Para pemimpin dan para pemuka bangsa-bangsa adalah milik kepunyaan Tuhan maka mereka bersama umat Allah Abraham diundang untuk memuji dan bermazmur bagi Tuhan. Tuhan telah turun menyatakan diri sebagai Raja atas segala raja dan  menaklukkan bangsa-bangsa dengan kekuasaanNya untuk menganugerahkan keselamatan bagi umatNya kemudian  akan naik dengan sorak-sorai.

III.             Renungan Aplikasi
1.     Dalam minggu Kantate ini kita diingatkan untuk senantiasa menyanyikan dan meninggikan nama Tuhan atas segala karya Tuhan. Bernyanyi atau nyanyian adalah salah satu unsur ibadah dalam memuji dan memuliakan  nama Tuhan. Melalui  nyanyian itu kita dapat mengungkapkan isi hati kita, kerinduan, kekaguman, syukur atau apapun yang kita alami. Sama seperti Pemazmur atau Bani Korah dalam kotbah ini mereka bernyanyi dan dalam nyanyian itu ada begitu banyak muatan di dalamnya. Ada ajakan, ada pujian, ada pengakuan, ada kekaguman dan harapan.
2.     Tuhan Yang Maha Tinggi itu mengagumkan dan melebihi kata-kata namun demikian janganlah kiranya itu membuat kita berhenti untuk mengenalNya dan berbicara mengenai Dia. Memang kita tidak bisa menggambarkan dan memperkatakan Allah itu dengan  lengkap dengan sempurna Namun kita dapat menceritakan dan bersaksi kepada orang lain tentang karya yang telah diperbuat bagi kita. Melalui Nyanyian Pujian juga kita dapat bersaksi atas segala perbuatanNya bagi kita sebagaimana yang ada dalam  Epistel  Wahyu 15:3 dikatakan bahwa bahwa kumpulan orang-orang yang telah menang menyanyikan nyanyian Musa hamba Allah dan nyanyian Anak Domba Allah, bunyinya: Besar dan ajaib segala pekerjaanMu ya Tuhan, Allah, Yang Maha kuasa adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa. Musa telah menyanyikan segala perbuatan Tuhan yang ajaib dan dahsyat ketika mereka keluar dari Mesir terutama ketika Tuhan menyelamatkan mereka dari pengejaran Firaun di laut Teberau ( Kel. 15: 1…)
3.     Pemazmur menyaksikan kedahsyatan Tuhan Allah kepada bangsa-bangsa adalah untuk menyatakan kepada dunia ini bahwa Tuhan Allah-lah Yang Mahatinggi yang berkuasa atas bangsa-bangsa dan Dialah Raja di atas segala raja. Kemenangan yang diraih oleh umat Tuhan ( Israel) ketika itu adalah anugerah dari Tuhan yang oleh kuat kuasaNya telah melakukannya untuk umatNya. Melalui kesaksian tentang kemenangan Israel itu pemazmur mengundang dan menyerukan segala bangsa-bangsa untuk memuliakan Tuhan Allah yang benar. Sama seperti Pemazmur, demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari Tuhan terus menerus berkarya dan bertindak dalam hidup kita, seharusnya pengalaman akan segala pertolongan Tuhan tidaklah berlalu begitu saja tetapi hendaknya itu membuat kita untuk bersaksi terus dan mempersaksikan Tuhan di dalam hidup kita. Setiap karya dan berkat Tuhan yang kita peroleh hendaknya membawa kita untuk mengenal dan mengakui Tuhan dalam hidup kita dan akhirnya itu mendorong kita untuk memasyurkan namaNya sehingga orang lain turut serta mengenal dan menerimaNya karya keselamatan yang diperbuat oleh Yesus Kristus.
IV.              Penutup
                                    Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, sebab:
1.     Dialah Tuhan Allah Yang Mahatinggi yang burkuasa atas segala raja dan bangsa
2.     PerbuatanNya ajaib dan dahsyat adanya menaklukkan bangsa-bangsa
3.     Tuhanlah pemilik segalanya dan bagi Dialah segala hormat dan kemuliaan


                                                                                                Pdt. Janto Sihombing
                                                                                                   Resort Jakarta II


Epistel Minggu Palmarum
Tanggal, 16 Maret 2008
Yehezkiel 2:3-7
Oleh : Pdt. Janto Sihombing,S.Th (Pendeta HKI Resort Jakarta IV)

.          
I.          PENDAHULUAN
Yehezkiel bin Buzi adalah seorang Imam yang ikut terbuang ke Babel bersama-sama dengan Raja Yoyakim pada tahun 597 SM. Ia berdiam bersama orang-orang buangan lainnya di tepi sungai keber. Disanalah dia menerima tugas dan panggilan kenabiannya dari Allah dengan cara yang luar biasa (1:4-28). Dia melihat kemuliaan Allah pada tahun ketigapuluh dalam bulan yang keempat pada tanggal lima bulan itu. Dia melihat sebuah penglihatan yang ajaib dari Allah melalui angin yang bertiup dari utara. Dia dihadapkan dengan kemegahan yang penuh keajaiban itu sampai Yehezkiel jatuh tersungkur. Namun Roh Allah membangunkannya sampai berdiri dan memberinya tugas. Setelah penglihatan itu, Yehezkiel tidak pernah lagi berpikir tentang pertanyaan yang sebelumnya sering mengusik dirinya dan umat lainnya yaitu Apakah Tuhan sudah meninggalkan mereka?
Perjumpaan Yehezkiel dal;am jarak paling dekat selamanya menyakinkannya bahwa Tuhan tetap peduli pada umatnya bahkan dalam pembuangan di Babilonia.

II.         URAIAN
1.        Allah memanggil Yehezkiel dengan ungkapan anak manusia. “Hai anak manusia (ayat 3 dan 6). Ungkapan ini dalam Daniel 7:13 mendapat arti khusus yaitu seorang manusia yang secara gaib melebihi keadaan manusia biasa, dan manusia gaib yang dimaksudkan bukannya pertama-tma sekelompok orang, tetapi seorang tokoh tertentu, demikianlah Yehezkiel seorang nabi/tokoh yang diutus kepada bangsa pemberontak. Fungsi dan tugas seorang tokoh akan tetap diutus kepada bangsa pemberontak walaupun keadaan dan situasi banyak tantangan yang datangnya dari situasi; pembuangan Babel (kekacauan), ketidakstabilan, pergeseran nilai-nilai, kesibukan, penindasan, penderitaan, putus asa, dan sebagainya, seorang tokoh tidak harus takut menghadapinya karena Yehezkiel anak manusia sebagai tokoh diberkati dengan pertolongan yang dari Tuhan.

2.        Allah mengutus Yehezkiel dan dia diberi kekuatan dan pertolongan supaya dia jangan takut walaupun bangsa Israel adalah bangsa pemberontak dan yang tegar tengkuh dan keras kepala. Walaupun Yehezkiel tinggal ditengah-tengah onak duri dan dekat kalajengking, Tuhan berkata jangan takut dan jangan gentar. Penguatan dan pertolongan ini juga berlaku bagi umatnya, apabila umatnya itu menyadari tugas dan tanggung jawabnya adalah seorang tokoh Hamba Allah ditengah onak dan duri atau berdekatan dengan kalajengking. Tuhan memperingatkan Yehezkiel bahwa tidak bnyak orang Israel yang mau

mendengar pesannya. Ia harus tetap kerja keras, berusaha dan pantang menyerah. Sebagaimana keras kepalanya orang yang memberontak demikian juga dia harus lebih berusaha keras lagi untuk menyampaikan Firman Allah itu.

3.        Sapaan Allah kepada Yehezkiel sebagai anak manusia atau sebagai tokoh, sebagai nabi diajak untuk mendengar (ayat 7-8). Dengarlah, dimana dalam bangsa Israel perkataan dan seruan ini sangat dibutuhkan, sebab itu adalah panggilan dan penguatan Allah atau sebagai tanda kasih sayang Allah. Yehezkiel harus memegang teguh seruan itu, apalagi umatnya harus memegang teguh seruan Allah, walaupun banyak pemberontak yang tidak mendengarkan perkataan Allah. Tetapi Firman itu harus sampai sebab dalam FirmanNya tersimpan kebenaran dan berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3: 16b).

4.        Imam Yehezkiel tidak bisa digoyahkan, karena ia sudah menerima penglihatan Kemuliaan Tuhan. Berkat pelatihannya sebagai Imam, tanpa ragu lagi, ia mengenali cahaya, api, dan kilauan itu. Bangsa Israel sudah melihat citra-citra itu pada tiang api di gurun dan dalam awan yang turun ke atas Bait Allah Salomo. Kini bangsa itu sudah porak poranda, warga utamanya berada dalam pembuangan. Namun di Babilonia kemuliaan Tuhan dinyatakan dan diperlihatkan kepada Yehezkiel.
Pengalaman itu memberi keberanian dan itulah yang menjadi kekuatan untuk menyampaikan Firman Allah dan untuk tetap kuat menghadapi bangsa yang keras kepala dan pemberontak.


III.        PENUTUP
-          Firman Tuhan ini adalah menjadi Epstel pada Mibggu Palmarum, dimana Yehezkiel sebagai nabi menunjuk kepada ketaatan seorang hamba Allah untuk taat menyampaikan Firman Allah walaupun dia harus menderita, ditolak, dicemooh bahkan diancam nyawanya.
-          Yesus sebagai Anak Manusia, Dia yang ditolak, dihina, disiksa bahkan sampai mati di kayu salib adalah supaya Firman Tuhan itu “sampai” kepada manusia dan supaya keselamatan itu “sampai” menjadi milik manusia.
-          Orang Kristen adalah tokoh dan hamba yang harus menyadari tentang panggilannya untuk menyebarkan Injil, hanya di dalam Yesus Kristus seorang pekabar Injil dimampukan untuk bekerja menyampaikan FirmanNya. Amin.       








  Khotbah Minggu Palmarum
Tanggal 16 Maret 2008
Mazmur  118:22-26
Oleh: Pdt. Janto Sihombing, S.Th  (Pendeta  HKI Resort Jakarta IV)
 

           
I.          PENDAHULUAN

1.      Jika kitab Pentateukh (Kejadian,Keluaran,Imamat,Bilangan dan Ulangan) disebut dan  dipahami bangsa Israel sebagai kitab dan buku Allah yang disampaikan kepada manusia, maka kitab Mazmur (yang berjumlah 150 pasal) itu dipahami sebagai buku manusia kepada Allah.  Kitab Panteteukh sifatnya turun/datang dari Allah/atas kepada manusia.  Apa yang diinginkan atau Firman Allah yang dikehendakiNya. Sementara kitab Mazmur sifatnya dari bawah ke atas atau merupakan kesaksian manusia akan perbuatan Allah. Dalam kitab Mazmur banyak terdapat tentang bagaimana pergumulan yang dihadapi seseorang, ada doa minta tolong, ada nyanyian dan ucapan syukur atas perbuatan Tuhan, penderitaan, kesesakan dan keluhan-keluhan lain yang disampaikan kepada Tuhan, dan lain-lain.

2.      Mazmur pasal 118 ini merupakam penutup dari rentetan syair yang dinyanyikan pada malam Paskah. Dan oleh para ahli, Mazmur ini juga termasuk Mazmur Raja-raja, yaitu mazmur yang berisikan tentang Raja-raja di Jerusalem dan sekaligus tentang raja yang akan segera bangkit sebagaimana juga yang dinubuatkan dalam Mazmur 2; 18; 20; 21, 45; 72; 101; 110; 132; 144:1-11.
Mazmur 118 ini dapat kita bagi menjadi tiga bagian besar :
-          Ayat 1-4     → Nyanyian dan ajakan untuk bersyukur dan dinyanyikan secara
      Responsoria.
-          Ayat 5-21   → Ucapan Syukur dan penyambutan di pintu gerbang.
-          Ayat 22-29→Sebagai penutup yang berisikan berbagai bentuk panggilan dan                  nyanyian ada yang perorangan, kelompok dan bentuk responsoria.

Yang menjadi khotbah kita adalah ayat 22- 26. Itu berarti termasuk pada bagian  yang ketiga. Perikop ini sendiri masih dapat kita bagi, yakni :
-          ayat 22-23  : Keajaiban yang diperbuat oleh Allah
-          ayat 24-25 : Keajaiban yang diperbuat oleh Allah itu menjadi sukacita orang yang percaya.
-          ayat 26      : Sambutan para Imam dan penyampaian berkat kepada orang yang beribadah.

II.         URAIAN KHOTBAH 
1.     Ayat 22-23  : Allah Melakukan Keajiban.               
Pemazmur mengatakan bahwa manusia yang dikepung, jatuh dan hampir mati dikiaskan dengan batu yang dibuang oleh tukang bangunan, karena dianggap

mudah pecah, tetapi Tuhan mengangkatnya dan batu itu menjadi batu penjuru yang utama. Inilah keajaiban yang  diperbuat Allah yaitu sesuatu yang tidak dibayangkan atau diharapkan orang. Makna ayat ini tidak berhenti sampai disana, tetapi lebih jauh lagi kita akan melihat makna nubuat yang terkandung didalamnya. Dimana, kedua ayat ini merupakan nubuatan akan penderitaan Mesias. Walaupun dalam bahasa “sandi” menunjuk kepada Kristus yang akan mati. Sebagaimana yang dikutip dalam Kisah Para Rasul 4 : 11; 1Petrus 2 :4,7; Roma 9: 32-33; Efesus 2:20.
“Batu yang dibuang oleh tukang bangunan” menggambarkan penderitaan yang dialami Yesus, disalibkan dan mati hingga Ia dikuburkan. Yang berarti, dibuang oleh orang Yahudi,  tetapi oleh Allah Ia jadikan sebagai Batu Penjuru- Batu Utama. Yesus yang disalibkan itulah yang menjadi Batu Penjuru di dalam Kerajaan Allah seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Kor.3 : 11, karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus. Yesus sendiri menjadi Batu Penjuru Kerajaan Allah yang di buang oleh para Imam dan Ahli Taurat, namun di dalam rencana Allah telah tersedia kemuliaan bagi Dia. Yesus sebagai Batu Penjuru dan Batu Utama dalam Kerajaan Allah berarti Dialah yang menjadi Penentu dan yang paling utama menentukan keselamatan manusia. Keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehNya kita dapat diselamatkan ( Kisah 4 :10-12 ). Jika semuanya ini terjadi dan nyata di dalam Yesus Kristus, ketahuilah bahwa hal itu adalah perbuatan ajaib yang dari Allah dan ini akan menjadi keajaiban senantiasa sepanjang jaman bagi setiap orang percaya.

2.     Ayat 24-25 : Suka cita orang percaya atas perbuatan ajaib Allah.
Dalam kedua ayat ini, kita menentukan puncak seruan dari pemazmur yang menekankan dan menunjuk kepada “hari” dimana Allah menyatakan keajaiban itu, yang menjadikan batu yang dibuang oleh tukang bangunan menjadi batu penjuru. Itulah hari yang patut disyukuri, hari yang telah dijadikan Allah dimana orang percaya harus mensyukurinya sambil menyerukan, Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan, ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran. Inilah seruan kegembiraan orang percaya yang menyerukan bahwa hanya kepada Allahlah segala pujian dan hormat kemuliaan kekal selama-lamanya. Allah yang penuh dengan kemuliaan itu juga akan senantiasa memberi semangat dan harapan baru kepada orang percaya. Melalui seruan ini, nyatalah bahwa orang-orang percaya telah menjadi orang yang bersaksi bahwa hanya Allah sajalah yang memberi keselamatan dan kemujuran yaitu harapan dan semangat baru.

3.     Ayat 26 : Berkat Tuhan melalui Para Imam.
Para Imam menyambut para yang datang ( peziarah atau peserta ibadah) dengan berkat dari dalam Bait Allah. “ Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, kami memberkati kamu dari dalam Rumah Tuhan.” Berkat itu adalah berkat dimana Allah akan turut campur tangan dan menyelamatkan umatNya

orang percaya yang datang beribadah. Ini merupakan salam tetap yang disampaikan kepada para penziarah bilamana mereka telah sampai di Bait Allah untuk perayaan-perayaan besar. Ini juga mempunyai makna nubuatan akan Mesias dimana bagi orang Yahudi, kata “Ia yang datang” adalah nama lain untuk Mesias. Bilamana orang Yahudi berbicara tentang Mesias, mereka menyebutnya sebagai “Dia yang akan datang”.
Hal inilah yang kita dengar dalam Mat 21:9; 23:39; Markus 11:9; Lukas 13:35; 19:38; Yoh 12:13. Yesuslah Mesias yang datang didalam nama Tuhan. Sambutan akan Yesus sebagai Mesias dan seruan ini berkumandang ketika Yesus memasuki Jerusalem. Dimana Dia disambut dengan sorak sorai Hosianna….. Sambutan  yang lebih menyerukan kepada Allah supaya campur tangan dan menyelamatkan umatNya sekarang karena Mesias sudah datang.

III.        PENUTUP
1.      Biasanya Mazmur ini dinyanyikan untuk menutup rentetan syair pada malam Paskah. Bagi orang-orang percaya Mazmur ini akan menolong untuk mengerti makna sengsara dan kebangkitan Yesus. Pada hari ini adalah Minggu Palmarum, maka khotbah ini mengingatkan kita akan Penderitaan Yesus menuju kesengsaraan dan penyaliban. Dia akan menderita, dihina, diludahi, ditikam sampai disalib, mati dan dikuburkan. Dia akan seperti “Batu yang dibuang oleh tukang bangunan”, namun segera Dia akan bangkit dari sana dan naik ke Sorga dan di dalam Dia Allah akan membuat dan membangun KerajaanNya dan Dialah yang menjadi Batu Penjuru yang sebagai penentu keselamatan umat manusia. Pada saat itu akan nyata dengan jelas bagaimana Allah melakukan keajaiban didepan mata kita karena Yesus yang menderita akan bangkit pada hari yang ketiga dan menjadi Raja atas segala raja dan kemuliaan ada diatasNya.

2.      Keimanan kita akan didasarkan dan terletak pada Yesus yang dijadikan Allah sebagai BATU PENJURU. Sebagaimana yang ditekankan oleh Petrus dalam suratnya bahwa Yesuslah batu penjuru Bait Allah yang baru dan rohani yang terdiri atas orang-orang percaya yang menyerahkan diri sebagai batu hidup (1 Petrus 2:4-6)

3.       Yesuslah Mesias, Juruslamat yang datang dalam nama Tuhan. Di dalam Dia ada keselamatan dan kemujuran yaitu semangat, harapan dan masa depan. Amin.











Ibadah Sermon jemaat
1.    Marende  B.E  No : 719:1-2 Hubege Soaram o Jesus
                        Ay. 1. Hubege Soaram O Jesus, hubege soaram o Jesus 
                                    Hubege soaraM o Jesus, namanjouhon ihuthon ma Au
                                    Reff.    Togu au Jesus Tuhanku, iring-iring ma langkangku.
                                                Patuduhonma dalanMu, asa unang unang lilu au
                        Ay. 2.   Hupasahat ma diringku, hupasahat ma diringku
                                    Hupasahat ma diringku mangihuthon Jesus Tuhanki
                                    Reff.  Togu au…

2. Tangiang Pamuha :
3. Marende           : 783:1+ 4 Tuhan Sitompa saluhut
                        Ay. 1. Tuhan Sitompa saluhut, Ho do marmulia i
                                    Ndang na tar asam, saluhut  ni lehon Mi
                        Ay. 4. Ditogos Ho do AnakMi laho manobus jolma I,
ndang na tarasam asiMi nilehonMi
4. Manjaha Epistel : 2 Tesalonika  3: 1-5
5. Manjaha evangelium        :  Yosua  1:6-9

Thema:  Kuatkan Dan Teguhkanlah hatimu /Pirma Tondim jala patogu roham
Pendahuluan
Yosua adalah seorang abdi Musa ( Yos 1:1). Yang bertugas sebagai panglima perang (  Kel. 17: 9-10). Ia seorang yang sungguh berani dan sangat beriman ( lih. Laporannya ketika mengintai Kanaan Bil. 13:30…). Dalam kitab Yosua diceritakan bahwa setelah Musa mati maka estafet kepemimpinan umat Israel diserahkan kepadanya. Dialah yang membawa Israel memasuki dan menakhlukkan tanah Perjanjian hingga membagi setiap wilayah kepada suku-suku Israel (psl 13-22). Sebagai Penerima estafet kepemimpinan, Tuhan menyampaikan kepada Yosua supaya ia memiliki kekuatan dan keteguhan hati. Pentingnya memiliki kekuatan dan keteguhan hati terlihat dari pengulangan penyampaian pesan tersebut sampai  tiga kali dalam perikope ini. Dan itulah yang akan kita lihat dalam khotbah ini.         

Penjelasan Nats
1. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan keteguhan hati ( ay. 6)
            Suksesi kepemimpinan antara Musa dengan Yosua untuk memimpin Israel berlangsung atas arahan dan petunjuk Tuhan. Mengawali kepemimpinan itu, Tuhan mengingatkan Yosua untuk sungguh-sungguh menguatkan dan meneguhkan hatinya. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu! SEBAB engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka….Kata Tuhan kepada Yosua. Josua menjadi Pribadi yang dipersiapkan atau menjadi jawaban untuk merealisasikan janji Tuhan. Hal itu terungkap melalui pernyataan ini.  Maka Yosua tidak boleh terlalu larut dalam ingatannya atas kedukaan kematian Musa. Dia harus segera bersiap memimpin Israel menyebrang sungai Yordan. Tugas dan tanggung jawab sudah menanti di depan dan sudah harus dimulai. Reffleksi. Jangan terbelenggu dan terseret dengan masa lalu tetapi bersiap dan bergegaslah mengarahkan pandangan dan langkamu untuk berjalan  maju. Yosua mendapat missi dan penugasan dari Tuhan untuk menakhlukkan daerah-daerah seperti yang disebut dalam ayat mendahului khotbah ini, yaitu ayat 3-4. Dan untuk missi tersebut Tuhan memberi  tiga jaminan dan kepastian
1.      Ada kemenangan selalu, ( seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadap engkau)
2.      Aku akan menyertai engkau ( seperti Aku menyertai Musa)
3.      Aku tidak akan meninggalkan engkau.
Dalam ketiga janji dan jaminan ini kita melihat,  kekuatan dan penghiburan Tuhan dianugerahkan
kepada Yosua dan segenap Israel yang notabene baru saja kehilangan sang pemimpin, sementara mereka sudah hampir mencapai puncak yakni akan segera memasuki tanah perjanjian artinya figur dan sosok Musa sebagai Pemimpin sangat diperlukan. Dengan ketiga janji itu, Tuhan menyampaikan bahwa semua capaian yang mereka peroleh semasa Musa  bukanlah terletak dan ditentukan oleh Musa semata tetapi oleh Tuhan dan Tuhan sendiri akan melanjutkannya kepada mereka melalui kepemimpinan Yosua.
Catt. Marilah membangkitkan iman dan pengharapan kita kepada kuasa Tuhan  sebab kita dirancang Tuhan untuk mendatangkan kebaikan, mewujudkan janjiNya untuk hidup yang berkemenangan.

2.        Langkah hidup orang yang kuat dan teguh hatinya akan berhasil  dan mendapat untung ( ay. 7-8)
Orang yang kuat dan teguh hatinya berarti orang tidak bimbang dan ragu. Ia tidak  mendua hati dalam hidupnya. Dia tidak dapat  dipengaruhi oleh bujuk dan rayu sijahat. Kuat dan teguh hatinya berarti dengan sungguh – sungguh dan sepenuh hati (bnd. Mat 16:24; Ibrani 10:36-39). Kepada Josua diminta untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya dengan:
a.      Bertindaklah dengan hati-hati ( mendasarkan tindakannya dengan Firman Tuhan)
b.      Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri (  taat dan setia berpegang teguh )
c.       Jangan lupa memperkatakan dan merenungkan Firman Tuhan ( Hidup yang dituntun firman Tuhan)
Dengan ke tiga hal ini, Josua akan berhasil dan beruntung dalam setiap perjalanan kepemimpinannya. Keberhasilan yang sangat besar adalah dalam hal membawa masuk Israel ke tanah kanaan, penakhlukannya dan hingga membagi tanah itu kepada umat Israel.

3.        Orang yang kuat dan teguh hatinya adalah orang yang tidak kecut dan tawar hati ( ay. 9)
Ketika seseorang mengalami sudah kecut dan tawar hati maka dapat dipastikan daripadanya akan hilang kekuatan, yang ada adalah kekosongan, rasa pesimis atau bahkan kepada keputusasaan. Tentunya jika  mengalami kecut dan tawar hati maka akan terlihat hidup yang kurang bergairah dan bersemangat sering merasa ragu dan tidak ada kepastian, dia kan melakukan sesuatu itu dengan asal-asalan. Karena itu Kepada Yosua, Tuhan mengingatkan supaya Ia tidak kecut dan tawar hati, sekalipun Musa tidak adalagi bersama dengan dia. Tuhan berkata  bahwa pernyertaanNya akan selalu mengiring langkahnya kemanapun dia pergi. Refleksi kalau Tuhan sudah menyertai kita maka sebesar apapun kuasa yang mengancam dan mengintimidasi kita, maka kekuatan Tuhan akan memampukan kita untuk memahami dan menghadapi persoalan tersebut, sebab Allah lebih besar kuasaNya atas masalah dan persoalan tersebut. Seperti Daud berkata, pertolonganku ialah datangnya dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi ( Mazmur 121:2).

Penutup
Kehidupan Israel sebagai bangsa yang nomad akan segera berakhir, karena tidak lama lagi dalam perikope ini di ceritakan akan memasuki tanah Kanaan tanah Perjanjian. Perjalanan 40 tahun akan segera diakhiri. Artinya puncak atau tujuan akhir dari sebuah perjalanan panjang akan disudahi dan tentunya pencapaian itu akan mendatangkan sukacita. Tetapi ada suatu kondisi yang sangat menegangkan, karena Musa sebagai Pimpinan perjalanan itu telah meninggal. Dalam perikope ini dijelaskan bahwa kepemimpinan itu dilanjutkan oleh Yosua. Untuk itu Yosua sebagai pemimpin baru terlebih dahulu  diyakinkan oleh Tuhan supaya baginya tidak ada keragu-raguan dan kebimbangan untuk melanjutkan tugas kepemimpinan tersebut. Tugas yang berat sesungguhnya telah terlihat di depan mata. Kota demi kota akan ditahlukkan karena Kanaan bukanlah daerah yang tanpa berpenghuni. Karena itu Tuhan memprakondisikan kepada Yosua  sebelum dimulai masuk ke tanah Kanaan. Tuhan menjamin dan memberi kepastian bahwa Perjalanan ini akan berhasil dan beruntung asal saja Yosua tetap memiliki hati yang kuat dan teguh, Hidup berlaku benar sesuai dengan Firman Tuhan dengan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri, tidak kecut dan tawar hati. Maka mereka akan dapat menduduki Kanaan sebab Tuhanlah yang menyerahkannya bagi mereka. Israel dengan kekuatannya semata tidak akan dapat menakhlukkan Kanaan, apalagi Israel hanyalah  keturunan atau generasi dari bangsa yang menjadi budak dari Mesir. Tetapi oleh Tuhan yang telah menjanjikan tanah Kanaan itu kepada nenek moyang Israel Dialah yang akan menyerahkan tanah tersebut kepada mereka. Shalom…Tuhan memberkati
                                                                                                      Pdt. Janto Sihombing,M.Th