Rabu, 27 Maret 2019


Thema Minggu: Mataku telah melihat Tuhan Semesta Alam/ Nunga  diida mataku Raja Jahowa   Zebaot

Ep. Wahyu  4 : 1 11                     Ev. Yesaya  6 : 1 8                        P.HT : 2 Timotius 4 : 2 – 5

I.                   Pendahuluan
Yesaya memiliki panggilan yang unik dan sangat luar biasa untuk menjadi seorang nabi. Dia terlebih dahulu mendapat penglihatan yang sangat dahsyat yaitu kebesaran dan kemuliaan Tuhan Allah  hadir dalam bait KudusNya dan dalam peristiwa itu Allah memanggil dia dan mengutusnya sebagai nabi. Pemanggilan dan Pengutusan Yesaya itu mendapat proses pengudusan terlebih dahulu melalui aksi Allah yang menyuci tahirkan hidup Yesaya yang ditandai dengan menyentuh bibir Yesaya dengan bara api. Hal itu terjadi karena ada kesadaran penuh dari Yesaya akan keberadaannya tentang diri dan bangsanya yang penuh dosa sehingga dia berkata Celakalah aku! Aku binasa sebab aku ini seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Perlu kita ketahui bahwa konteks Israel pada jaman ini begitu makmur secara ekonomi namun hal itu tidak diikuti dengan kebaikan kehidupan social dan kerohanian mereka. Israel berubah setia dan menjauh dari Tuhan, mereka berlaku jahat di mata Tuhan dan hidup dalam ketidak benaran. Ke dalam konteks yang demikianlah Tuhan mengutus Yesaya sebagai nabiNya untuk menyampaikan isi hatiNya dimana Tuhan akan menghukum kejahatan mereka dan juga bangsa lain yang menyesatkan umatNya dan sekaligus untuk menyuarakan suara pertobatan.  

II.                Pembahasan Nats
1.       Tuhan adalah Raja yang penuh dengan Kemuliaan, Kekudusan  dan Keagungan  ( ay. 1 -4 )
Ada 2  hal yang perlu kita lihat dalam ayat 1-4 ini, yakni:
v  Penglihatan itu terjadi dalam tahun matinya raja Uzia. Raja Uzia  mati kira-kira tahun 740 SM yang sejarahnya bisa kita lihat dalam 2 Raja-raja 15:3… dan 2 Tawarik 26: 4-5. Raja Uzia sebenarnya dari awalnya adalah seorang raja yang saleh dan takut akan Tuhan, sehingga ia sukses dan berhasil dan umat Israel penuh damai dan sejahtera dalam pemerintahannya. Namun dalam tahun-tahun berikutnya ia menjadi sombong,  congkak dan angkuh. Ia melakukan yang tidak benar di hadapan Tuhan dengan menyerobot tugas imam besar di bait Allah yang seharusnya dia tidak boleh lakukan (2 Tawarik 26:18-21).  Walau Para Imam sudah memperingatkan dia untuk tidak melakukan pembakaran ukupan kudus itu dan supaya tidak masuk ke tempat kudus tersebut sebab hanya orang-orang yang dikuduskanlah yang boleh melakukannya, ia tidak mau mengindahkannya namun justru ia balik marah kepada imam Azarya dan rombongan imam lainnya dan akhirnya ia kena hukum dari Tuhan dia tidak mendapat kehormatan lagi di hadapanNya  dan ia berpenyakit kusta sehingga  dikucilkan dan sampai pada kematiannya. Cerita tentang prilaku Raja Uzia yang tidak menghormati kekudusan Allah yang  mengotori pelayanan kudus serta yang  mempermainkannya membawa petaka baginya dan  berujung kepada kehinaan dan kematian. Penyebutan nama Uzia itu dalam ayat ini hendak mengingatkan bahwa peristiwa kematian Uzia adalah peristiwa kematian karena mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan di dalam bait-Nya. Renungan janganlah pernah merasa enteng dan mempermainkan kekudusan pelayanan, tetaplah setia dan dapat dipercaya dalam pelayanan ini. Kesuksesan dan keberhasilan janganlah membawa kepada  kesombongan tetapi tetaplah  rendah hati sehingga kehormatan tetap ada  dan Tuhan semakin memberkati.
v  Dalam penglihatan itu Yesaya melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Pandangan ini memperlihatkan Keagungan Tuhan yang tentunya jauh melebihi keagungan raja-raja yang ada terutama yang memerintah ketika itu. Pada peristiwa kematian Uzia itu Israel merasa terpukul dan penuh kesedihan sebab di bawah pemerintahan raja Uzia mereka boleh menikmati kemakmuran dan kesejahteraan maka begitu mendengar Uzia dihukum dan mati, Israel berada dalam ketakutan. Mereka memahami Uzia itu dapat membawa kemakmuran bagi mereka.  Maka dengan Allah memperlihatkan keagunganNya yang jauh mengatasi keagungan raja-raja khususnya raja Uzia hendak mau mengatakan bahwa bukanlah keagungan Uzia dan kekuasaanya  yang menjamin dan sumber kemakmuran tersebut tetapi Tuhanlah yang membangkitkan Uzia dan yang memberkati. Namun ketika Uzia sudah berlaku tidak setia dan mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan maka Tuhan menghukum. Demikian juga Israel yang diberkati Tuhan dengan penuh kemakmuran tetapi ketika mereka tidak mau bertobat dan kerohanian mereka yang penuh kebobrokan maka Tuhan akan menghukum. Jadi bukan “di” dan “dari” tangan Uzia datang berkat tetapi dari Tuhan Allah-lah  yang keagungan-Nya mengatasi keagungan Uzia. Renungan sotung gabe mandele jala lomos huhut tahutan kita molo tung marujung ngolu ni na gabe pangunsandean na salelengon na gabe “pangalualuan “nasailaonna i.   Torop do jolma molo nunga mate na gabe “tulang punggungna” na manarihon salelengon gabe ndang adong semangat jala gabe mandele. Tetapi melalui penglihatan ini kita mau diingatkan supaya setialah senanantiasa  dan takut akan Tuhan  maka Dia akan tetap setia menjaga, memelihara dan memberkati kita.
2.       Yesaya melihat para Serafim berdiri di sebelah atas Tuhan yang masing-masing mereka memiliki enam sayap dan masing-masing sayap  memiliki fungsi. Para Serafim senantiasa memuliakan dan menyanyikan  kekudusan Allah. Mereka selalu siap untuk diperintah Tuhan untuk melakukan tugas seperti dalam khotbah ini, yakni untuk menyuci kuduskan Yesaya melalui menyentuh mulutnya supaya dalam kekudusan ia melakukan tugas kenabiannya. Para Malaikat adalah pesuruh untuk melakukan perintah Tuhan. Dan senantiasa bersiap siaga untuk disuruh oleh Tuhan. Para malaikat ini menyerukan Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan semesta alam seluruh bumi penuh kemuliaanNya (ay. 3). Nama Serafim berartimembakar” yang lebih mengarah kepada pengertian akan kesucian mereka sebagai pelayan Tuhan dan memberi penekanan akan kesucian dan kekudusan karena pada zaman Uzia ketika itu terjadi kemerosotan dan spiritual umat yang jauh dari kekudusan. Maka dengan nyanyian itu kepada Yesaya dinyatakan Allah itu Kudus dan penuh dengan kemuliaan.  Dengan nyanyian itu menimbulkan alas ambang pintu bait suci bergoyang yang dipenuhi dengan asap. Dalam Perjanjian Lama Kehadiran Allah dan kemuliaan-Nya  disertai dengan asap dapat juga kita lihat seperti dalam  peristiwa kehadiran Allah di gunung Sinai, dimana gunung Sinai seluruhnya dipenuhi dan ditutupi oleh asap sebab Tuhan turun atasnya ( Kel 19:19). Renungan marilah kita memahami dan menyadari bahwa Allah itu adalah Allah yang Kudus dan sempurna sehingga dalam kedahsyatan dan kemuliaan kekudusaNya yang sempurna itu kita akan melakukan pelayanan  yang benar.
3.       Begitu dahsyat kemuliaan Tuhan hadir sehingga hal itu menyadarkan Yesaya bahwa dia akan celakah dan akan binasa karena menyadari dirinya yang penuh dengan kenajisan. Dia sadar bahwa ia adalah seorang yang najis bibir dan tinggal berada di antara yang najis bibir. Hal itu sekaligus mau mengatakan bahwa dia sebenarnya bukan orang yang layak untuk mendapat kesempatan dan penglihatan itu dan dia bukanlah orang yang berbeda dengan orang sekitar pada jamannya. Ada ketakutan setelah menyadari akan dirinya yang penuh dosa yang seharusnya tidak layak melihat Tuhan sang Raja alam semesta sehingga dengan penglihatan itu tentunya ia akan celakah dan binasa ( bnd. Kel 33:20 “ …engkau tidak akan tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku akan hidup”).   Renungan Kesadaran Penuh akan keberadaan Tuhan yang hadir dalam kekudusan seharusnya menimbulkan kesadaran akan diri kita yang penuh dosa dan kenajisan dan tak tertutupi  sekaligus sebagai kepasrahan kita yang tidak dapat mempertahankan diri namun seharusnya   pasrah dan berserah untuk menunggu apa yang hendak Tuhan lakukan untuk kita.
4.       Tuhan yang menguduskan dan yang mengutus (ay. 7-8)
Tindakan Allah yang menyentuh bibir Yesaya adalah tindakan yang menguduskan dirinya dari segala kesalahan dan keberdosaaannya. Dengan tindakan itu ia akan segera menerima tugas pengutusan untuk dapat bekerja melayani utnuk Tuhan. Sehingga usai Allah menyentuh bibir mulut Yesaya ia boleh mendengar suara siapakah yang akan Tuhan utus dan siapakah yang mau bekerja untuk Dia. Lalu dengan tegas ia berkata: “Ini Aku, Utuslah aku”. Allah yang sudah mempersiapkan Yesaya untuk tugas kenabian itu dan dia akan bekerja adalah untuk Tuhan. Renungan Pengutusan Yesaya adalah buah karya Allah yang terlebih dahulu mempersiapkannya dengan menyucikuduskannya setelah ada kesadaran dan pengakuan dan pengenalanYesaya akan dirinya dan akan Tuhan. Sehingga Yesaya menerima dan mau diutus untuk bekerja bagi Tuhan. Marilah kita menyadari bahwa kita sebagai pelayanNya yang sudah menerima panggilan itu adalah bekerja bagi Tuhan sehingga dengan demikian kita akan dapat melakukannya dengan baik dan benar.

III.             Kesimpulan dan Penutup.
Tuhan memanggil dan mengutus kita untuk terus menyuarakan pertobatan dan keselamatan ke dalam dunia ini. Sehingga Allah yang Kudus Agung dan Mulia di dalam Yesus Kristus dapat diperdengarkan kepada seluruh umat di segala jaman dan tempat. Menjadi pelayan bagi Tuhan tentunya kita akan menjaga spritualitas sehingga kita layak menjadi alat dan kesaksian bagi dunia ini.  Dengan berkataIni Aku Utuslah Aku bukanlah ucapan kesombongan dan merasa mampu tetapi adalah ucapan penyerahan diri dan kesiapan dipakai untuk bekerja bagi Tuhan. Amin                                                 
Pdt. Janto Sihombing
                                                                                                HKI Resort Jakarta II



Tidak ada komentar:

Posting Komentar