Rabu, 27 Maret 2019


Epistel Minggu Palmarum
Tanggal, 16 Maret 2008
Yehezkiel 2:3-7
Oleh : Pdt. Janto Sihombing,S.Th (Pendeta HKI Resort Jakarta IV)

.          
I.          PENDAHULUAN
Yehezkiel bin Buzi adalah seorang Imam yang ikut terbuang ke Babel bersama-sama dengan Raja Yoyakim pada tahun 597 SM. Ia berdiam bersama orang-orang buangan lainnya di tepi sungai keber. Disanalah dia menerima tugas dan panggilan kenabiannya dari Allah dengan cara yang luar biasa (1:4-28). Dia melihat kemuliaan Allah pada tahun ketigapuluh dalam bulan yang keempat pada tanggal lima bulan itu. Dia melihat sebuah penglihatan yang ajaib dari Allah melalui angin yang bertiup dari utara. Dia dihadapkan dengan kemegahan yang penuh keajaiban itu sampai Yehezkiel jatuh tersungkur. Namun Roh Allah membangunkannya sampai berdiri dan memberinya tugas. Setelah penglihatan itu, Yehezkiel tidak pernah lagi berpikir tentang pertanyaan yang sebelumnya sering mengusik dirinya dan umat lainnya yaitu Apakah Tuhan sudah meninggalkan mereka?
Perjumpaan Yehezkiel dal;am jarak paling dekat selamanya menyakinkannya bahwa Tuhan tetap peduli pada umatnya bahkan dalam pembuangan di Babilonia.

II.         URAIAN
1.        Allah memanggil Yehezkiel dengan ungkapan anak manusia. “Hai anak manusia (ayat 3 dan 6). Ungkapan ini dalam Daniel 7:13 mendapat arti khusus yaitu seorang manusia yang secara gaib melebihi keadaan manusia biasa, dan manusia gaib yang dimaksudkan bukannya pertama-tma sekelompok orang, tetapi seorang tokoh tertentu, demikianlah Yehezkiel seorang nabi/tokoh yang diutus kepada bangsa pemberontak. Fungsi dan tugas seorang tokoh akan tetap diutus kepada bangsa pemberontak walaupun keadaan dan situasi banyak tantangan yang datangnya dari situasi; pembuangan Babel (kekacauan), ketidakstabilan, pergeseran nilai-nilai, kesibukan, penindasan, penderitaan, putus asa, dan sebagainya, seorang tokoh tidak harus takut menghadapinya karena Yehezkiel anak manusia sebagai tokoh diberkati dengan pertolongan yang dari Tuhan.

2.        Allah mengutus Yehezkiel dan dia diberi kekuatan dan pertolongan supaya dia jangan takut walaupun bangsa Israel adalah bangsa pemberontak dan yang tegar tengkuh dan keras kepala. Walaupun Yehezkiel tinggal ditengah-tengah onak duri dan dekat kalajengking, Tuhan berkata jangan takut dan jangan gentar. Penguatan dan pertolongan ini juga berlaku bagi umatnya, apabila umatnya itu menyadari tugas dan tanggung jawabnya adalah seorang tokoh Hamba Allah ditengah onak dan duri atau berdekatan dengan kalajengking. Tuhan memperingatkan Yehezkiel bahwa tidak bnyak orang Israel yang mau

mendengar pesannya. Ia harus tetap kerja keras, berusaha dan pantang menyerah. Sebagaimana keras kepalanya orang yang memberontak demikian juga dia harus lebih berusaha keras lagi untuk menyampaikan Firman Allah itu.

3.        Sapaan Allah kepada Yehezkiel sebagai anak manusia atau sebagai tokoh, sebagai nabi diajak untuk mendengar (ayat 7-8). Dengarlah, dimana dalam bangsa Israel perkataan dan seruan ini sangat dibutuhkan, sebab itu adalah panggilan dan penguatan Allah atau sebagai tanda kasih sayang Allah. Yehezkiel harus memegang teguh seruan itu, apalagi umatnya harus memegang teguh seruan Allah, walaupun banyak pemberontak yang tidak mendengarkan perkataan Allah. Tetapi Firman itu harus sampai sebab dalam FirmanNya tersimpan kebenaran dan berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3: 16b).

4.        Imam Yehezkiel tidak bisa digoyahkan, karena ia sudah menerima penglihatan Kemuliaan Tuhan. Berkat pelatihannya sebagai Imam, tanpa ragu lagi, ia mengenali cahaya, api, dan kilauan itu. Bangsa Israel sudah melihat citra-citra itu pada tiang api di gurun dan dalam awan yang turun ke atas Bait Allah Salomo. Kini bangsa itu sudah porak poranda, warga utamanya berada dalam pembuangan. Namun di Babilonia kemuliaan Tuhan dinyatakan dan diperlihatkan kepada Yehezkiel.
Pengalaman itu memberi keberanian dan itulah yang menjadi kekuatan untuk menyampaikan Firman Allah dan untuk tetap kuat menghadapi bangsa yang keras kepala dan pemberontak.


III.        PENUTUP
-          Firman Tuhan ini adalah menjadi Epstel pada Mibggu Palmarum, dimana Yehezkiel sebagai nabi menunjuk kepada ketaatan seorang hamba Allah untuk taat menyampaikan Firman Allah walaupun dia harus menderita, ditolak, dicemooh bahkan diancam nyawanya.
-          Yesus sebagai Anak Manusia, Dia yang ditolak, dihina, disiksa bahkan sampai mati di kayu salib adalah supaya Firman Tuhan itu “sampai” kepada manusia dan supaya keselamatan itu “sampai” menjadi milik manusia.
-          Orang Kristen adalah tokoh dan hamba yang harus menyadari tentang panggilannya untuk menyebarkan Injil, hanya di dalam Yesus Kristus seorang pekabar Injil dimampukan untuk bekerja menyampaikan FirmanNya. Amin.       







Tidak ada komentar:

Posting Komentar