Epistel Minggu
Palmarum
Tanggal, 16
Maret 2008
Yehezkiel 2:3-7
Oleh : Pdt. Janto
Sihombing,S.Th (Pendeta HKI Resort Jakarta
IV)
.
I. PENDAHULUAN
Yehezkiel bin Buzi adalah
seorang Imam yang ikut terbuang ke Babel
bersama-sama dengan Raja Yoyakim pada tahun 597 SM. Ia berdiam bersama
orang-orang buangan lainnya di tepi sungai keber. Disanalah dia menerima tugas
dan panggilan kenabiannya dari Allah dengan cara yang luar biasa (1:4-28). Dia
melihat kemuliaan Allah pada tahun ketigapuluh dalam bulan yang keempat pada
tanggal lima
bulan itu. Dia melihat sebuah penglihatan yang ajaib dari Allah melalui angin
yang bertiup dari utara. Dia dihadapkan dengan kemegahan yang penuh keajaiban
itu sampai Yehezkiel jatuh tersungkur. Namun Roh Allah membangunkannya sampai
berdiri dan memberinya tugas. Setelah penglihatan itu, Yehezkiel tidak pernah
lagi berpikir tentang pertanyaan yang sebelumnya sering mengusik dirinya dan
umat lainnya yaitu Apakah Tuhan sudah meninggalkan mereka?
Perjumpaan Yehezkiel dal;am
jarak paling dekat selamanya menyakinkannya bahwa Tuhan tetap peduli pada
umatnya bahkan dalam pembuangan di Babilonia.
II. URAIAN
1.
Allah memanggil Yehezkiel dengan ungkapan anak manusia. “Hai anak manusia (ayat 3 dan 6). Ungkapan ini dalam
Daniel 7:13 mendapat arti khusus yaitu seorang manusia yang secara gaib
melebihi keadaan manusia biasa, dan manusia gaib yang dimaksudkan bukannya
pertama-tma sekelompok orang, tetapi seorang tokoh tertentu, demikianlah
Yehezkiel seorang nabi/tokoh yang diutus kepada bangsa pemberontak. Fungsi dan
tugas seorang tokoh akan tetap diutus kepada bangsa pemberontak walaupun
keadaan dan situasi banyak tantangan yang datangnya dari situasi; pembuangan
Babel (kekacauan), ketidakstabilan, pergeseran nilai-nilai, kesibukan,
penindasan, penderitaan, putus asa, dan sebagainya, seorang tokoh tidak harus
takut menghadapinya karena Yehezkiel anak manusia sebagai tokoh diberkati
dengan pertolongan yang dari Tuhan.
2.
Allah mengutus Yehezkiel dan dia diberi kekuatan dan pertolongan
supaya dia jangan takut walaupun bangsa Israel adalah bangsa pemberontak
dan yang tegar tengkuh dan keras kepala. Walaupun Yehezkiel tinggal
ditengah-tengah onak duri dan dekat kalajengking, Tuhan berkata jangan takut
dan jangan gentar. Penguatan dan pertolongan ini juga berlaku bagi umatnya,
apabila umatnya itu menyadari tugas dan tanggung jawabnya adalah seorang tokoh
Hamba Allah ditengah onak dan duri atau berdekatan dengan kalajengking. Tuhan
memperingatkan Yehezkiel bahwa tidak bnyak orang Israel yang mau
mendengar pesannya. Ia harus
tetap kerja keras, berusaha dan pantang menyerah. Sebagaimana keras kepalanya
orang yang memberontak demikian juga dia harus lebih berusaha keras lagi untuk
menyampaikan Firman Allah itu.
3.
Sapaan Allah kepada Yehezkiel sebagai anak manusia atau sebagai
tokoh, sebagai nabi diajak untuk mendengar (ayat 7-8). Dengarlah, dimana dalam
bangsa Israel
perkataan dan seruan ini sangat dibutuhkan, sebab itu adalah panggilan dan
penguatan Allah atau sebagai tanda kasih sayang Allah. Yehezkiel harus memegang
teguh seruan itu, apalagi umatnya harus memegang teguh seruan Allah, walaupun
banyak pemberontak yang tidak mendengarkan perkataan Allah. Tetapi Firman itu
harus sampai sebab dalam FirmanNya tersimpan kebenaran dan berguna untuk
mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran (2 Tim 3: 16b).
4.
Imam Yehezkiel tidak bisa digoyahkan, karena ia sudah menerima
penglihatan Kemuliaan Tuhan. Berkat pelatihannya sebagai Imam, tanpa ragu lagi,
ia mengenali cahaya, api, dan kilauan itu. Bangsa Israel sudah melihat citra-citra
itu pada tiang api di gurun dan dalam awan yang turun ke atas Bait Allah
Salomo. Kini bangsa itu sudah porak poranda, warga utamanya berada dalam
pembuangan. Namun di Babilonia kemuliaan Tuhan dinyatakan dan diperlihatkan
kepada Yehezkiel.
Pengalaman itu memberi
keberanian dan itulah yang menjadi kekuatan untuk menyampaikan Firman Allah dan
untuk tetap kuat menghadapi bangsa yang keras kepala dan pemberontak.
III. PENUTUP
-
Firman Tuhan ini adalah menjadi Epstel pada Mibggu Palmarum,
dimana Yehezkiel sebagai nabi menunjuk kepada ketaatan seorang hamba Allah
untuk taat menyampaikan Firman Allah walaupun dia harus menderita, ditolak,
dicemooh bahkan diancam nyawanya.
-
Yesus sebagai Anak Manusia, Dia yang ditolak, dihina, disiksa
bahkan sampai mati di kayu salib adalah supaya Firman Tuhan itu “sampai” kepada
manusia dan supaya keselamatan itu “sampai” menjadi milik manusia.
-
Orang Kristen adalah tokoh dan hamba yang harus menyadari tentang
panggilannya untuk menyebarkan Injil, hanya di dalam Yesus Kristus seorang
pekabar Injil dimampukan untuk bekerja menyampaikan FirmanNya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar