Khotbah Minggu Estomihi, 22 Pebruari 2009
Ev. Markus 8:31-38
Ep. Roma 10:13-21
Pendahuluan.
Perikope khotbah ini dapat juga
kita temukan dalam Injil Synoptik lainnya, yaitu Matius dan Lukas (Matius
16:21-28, Lukas 9:22-27). Dimana, Matius , Markus dan Lukas sama-sama memuat
tentang: Yesus memberitahukan apa yang akan terjadi atas hidupNya. Atau oleh Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul perikope ini “ Pemberitahuan Pertama Tentang Penderitaan Yesus dan
Syarat-syarat mengikut Dia”.
Pemberitaan itu berawal dari
evaluasi yang Dia buat di tengah-tengah
pelayananNya yang sudah banyak dirasakan
dan dilihat orang banyak dalam hal penyembuhan orang sakit, memberi
makan orang lapar dan mujizat lainnya.
Dia bertanya kepada murid-muridNya bagaimana pendapat orang banyak tentang
diriNya dan bagaimana pendapat murid sendiri tentang diri Yesus. Dalam hal ini,
Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (Markus 8:29). Pengakuan dan pengenalan
Petrus inilah yang mendorong Yesus
Kristus untuk memulai pengajaranNya untuk memberi arti dan makna kemesiasan Yesus yang sesungguhnya. Inilah
yang segera kita lihat dalam uraian di bawah ini.
Uraian
1. Penderitaan dan kemuliaan Yesus sebagai Mesias (ay.31-32).
Inilah
keterangan dan pengajaran yang pertama tentang kesengsaraan Kristus yang
disampaikan dengan jelas. Dengan terus terang Yesus mengajarkan dan
menyampaikan tentang kemesiasanNya.. Memang, sudah beberapa kali Yesus
mengatakan hal ini, tetapi selalu dengan perumpamaan atau secara kiasan,
contohnya dalam Yoh 2:19… rombak Bait Allah ini…, dan dalam Yoh 3:14 “Anak
Manusia harus ditinggikan, dan dalam Matius 12:40… sebab seperti Yunus tinggal
di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak Manusia akan
tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam ( Mark 2:20;Yoh 1:29; 6:51).
Semuanya itu sukar dimengerti, baik oleh orang banyak maupun oleh
murid-muridNya sendiri pada waktu itu. Jadi, dalam hal ini, ada dua hal yang Dia sampaikan:
Pertama: Mesias Anak Manusia
itu harus menderita menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli Taurat, akhirnya akan dibunuh
Kedua : Mesias Anak Manusia
itu setelah melewati semua penderitaan
maka Dia akan bangkit dari antara orang mati dan akan dipermuliakan.
Pengajaran Yesus akan kemesiasanNya
yang menderita itu menunjukkan bahwa Yesus
tahu dengan jelas penderitaan dan kematian yang sudah menunggu dan yang
harus dilaluinya. Dia melihat dan tahu
dengan jelas jalan salib yang harus dilewatiNya. Selaku Mesias, Yesus sadar
bahwa Dia akan menjadi “hamba Tuhan yang menderita” atau lebih dipertegas lagi
dengan istilah “Anak Manusia” sebagaimana yang sudah dinubuatkan oleh Yesaya dalam Yesaya 53.
Sebagai Mesias, Yesus, “Anak Manusia”
harus… menderita… kata harus menanggung
banyak penderitaan, menunjukkan bahwa Yesus hendak memberi arti dan pemahaman
akan kemesiasannya, bukan seperti yang
dipahami dan yang dimengerti orang Yahudi. Mereka hidup
dalam pengharapan bahwa
suatu hari kelak Allah akan
mengutus Mesias untuk membebaskan Israel (bnd. Lukas
24:21) inilah zaman keselamatan atau kerajaan Mesias yang mereka
dambakan. Maka ketika Petrus(mungkin bersama murid lainnya) telah percaya bahwa
Yesus adalah Mesias, Yesus langsung mengajarkan
dan mengoreksi pemahaman itu bahwa Mesias bukanlah Mesias politik yang mengarah kepada kemuliaan
duniawi/pemulihan kerajaan Daud (Kisah 1:6). Pemahaman ke Mesiasan yang berbeda
itu terlihat dari sikap dan perbuatan Petrus
ketika Yesus membuka Kemesiasan diriNya, sehingga Petrus menarik
Yesus ke samping dan menegorNya (ay.32).
Petrus seolah tidak setuju pada
ucapan-ucapan Yesus yang mengatakan
bahwa Dia akan menderita banyak hal,
ditolak, dibunuh dan akan
bangkit. Mereka memahami dan mengharapkan
bahwa Mesias akan segera mendirikan
kerajaannya di bumi (bnd.
Permohonan ibu anak-anak Zebedeus supaya kedua ananya dapat duduk kelak di dalam kerajaan
Yesus yang satu di sebelah kanan dan
satu lagi di sebelah kiri).
2. Yesus marah terhadap Petrus,
kataNya:” Enyalah iblis”(ay.33)
Yesus mengetahui siapa yang bekerja
dibalik kata-kata Petrus, sehingga Yesus menghardiknya, “Enyahlah iblis, sebab
engkau tidak memikirkan hal-hal yang dari Allah melainkan hal-hal yang dari
manusia. Dalam hal ini, iblis berbicara melalui Petrus karena dia mencoba menghalangi Yesus dalam
tugas dan panggilanNya. Dengan kata-kata itu juga Yesus menegor iblis di padang gurun ketika Dia
dicobai (bnd. Matius 4:10). Iblis datang
kepada Yesus dan memperlihatkan semua
kerajaan dunia dengan kemegahannya dan berkata kepadaNya, :” Semua itu
akan kuberikan kepadaMu “ kata
iblis kepada Yesus. Seolah-olah iblis
berkata tidak usah menderita, tidak usah memikul salib. Iblis menawarkan jalan
yang lebih mudah dan yang lebih menarik,
“Semua itu akan kuberikan kepadaMu,
jika Engkau sujud menyembah aku”.
Yesus mengenal dan mengetahui siasat
iblis yang kini sedang memasuki Petrus. Jadi, baik kepada iblis maupun kepada
Petrus, Yesus mengatakan “Enyahlah Iblis,”
Karena mereka berdua mau
menghalangi Yesus dalam perjalanNya menuju salib. Kekalahan
iblis menggoda Yesus di padang
gurun sekarang mencoba memakai Petrus, murid Yesus sendiri yaitu murid yang
paling dekat dengan Dia. Murid yang baru saja mendapatkan pengakuan atas
kesaksian tentang diri Yesus.
Jadi, Ucapan Yesus ini, hendak
menunjukkan bahwa sisetan hanya berpikir
dari sudut kepentingan manusia, perasaan kemanusiaan, dari sudut prinsip ratio
manusia. Memang dalam usahanya memenangkan manusia menjadi milik dan di bawah
kuasanya, si setan selalu menempatkan dirinya dan rencana-rencananya memihak
kepada manusia sehingga manusia sering tergoda untuk mendengarnya.
Yesus
memilih jalan yang ditunjukkan
Allah, jalan kasih jalan penderitaan
yaitu jalan salib agar semua orang
bisa diselamatkan dan kembali kepada Tuhan. Jalan salib inilah yang
diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya. Mungkin juga kita merasa seperti
Petrus dan tidak mau menerima salib itu, karena salib itu menjadi hinaan.
Mungkin kita berkata.”Jangan Tuhan”, Kita tidak suka berpikir tentang
penderitaan, kemiskinan, penolakan, kesusahan, kematian. Kita hanya mencari
kemuliaan, hormat dan kekayaan. Kita tidak mau merendahkan diri dan memikul
salib. Ingatlah, kemuliaan sejati hanya didatangkan dari perjuangan, dari salib
penderitaan.
3. Para
pengikut Tuhan Yesus harus menyangkal diri dan memikul salibnya…(ay.34).
Yesus berkata:” Setiap orang yang
mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. Menyangkal diri berarti mendahulukan
kepentingan Tuhan di atas kepentingan
pribadi. Bagi orang-orang yang aktif melayani Tuhan atau yang mengikuti
kegiatan-kegiatan gereja atau yang terikat dengan pelayan tentunya akan merasakan bagaimana menyangkal diri itu. Sebab urusan
diri sendiri bahkan urusan keluarga bisa
jadi bukan lagi yang utama (bnd.Mark 10:28). Orang yang mau menyangkal dirinya
berarti hidup tidak menurut kehendak dan kemauan sendiri, tetapi dia akan
belajar setiap hari mendoakan.”Jadilah kehendakMu”.
Megikut Kristus harus mau memikul
salibnya. Salib diri ini berarti
penderitaan baik penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus Kristus maupun penderitaan yang dialami para pengikutNya.
Penderitaan Kristus adalah penderitaan kita. Sebaliknya, penderitaan kita
adalah penderitaan Kristus, sebab kita semua adalah tubuh Kristus.
Pemberitaan ini sekaligus
mempersiapkan diri para murid dan juga siapa saja yang percaya kepada Kristus
supaya kelak tidak kecewa dengan sesuatu yang pasti akan terjadi dari dunia ini
baik penolakan, siksaan, hukuman bahkan yang sampai yang mengancam hidup mereka
4. …Siapa yang menyelamatkan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena
Aku dan karena Injil, ia akan
menyelamatkannya…(ay. 35-37).
Banyak orang hidup hanya bagi
dirinya sendiri, dengan memuaskan hawa nafsu dan keinginan sendiri dan berusaha
menyelamatkan nyawanya. Tetapi orang
yang berbuat demikian akan kehilangan
nyawanya, karena ia tidak berguna bagi siapapun. Kehidupannya tidak berbeda
dengan talenta yang oleh hamba yang malas itu disembunyikan di dalam tanah
(Matius 25:24-25).
Perkataan Tuhan Yesus ini merupakan
jaminan bahwa orang yang mengorbankan sesuatu demi Injil – mengorbankan harta,
kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, bahkan mengorbankan hidup tidak akan
sia-sia dan tidak akan merana. Rintangan dan penderitaan bisa saja dialami,
tetapi ia akan mengalami sukacita yang lebih besar daripada sukacita yang dapat
diberikan oleh semua yang dikorbankan tadi, dan hidupnya menjadi jauh lebih
bermakna daripada hidup yang ditundukkan
kepada harta, kepentingan pribadi…Di samping itu, hidup dalam kerelaan
berkorban, kehilangan, menderita demi Injil
adalah hidup yang dibaktikan
untuk suatu kerajaan yang kekal. Maka hanya hidup semacam itulah yang
dapat bertahan untuk selam-lamanya.
Seandainya Yesus menuruti iblis dan
mau sujud kepadanya maka semua akan hilang dan seluruh dunia akan diperbudak
iblis. Sebagaimana Adam dan Hawa, mereka
menuruti suara iblis dan membiarkan diri mereka dikuasainya, mereka
ingin mengetahui semuanya, mendapat dan menguasai semuanya. Mereka ingin
menyelamatkan nyawanya tetapi kehilangan nyawanya. Ya, Itulah sikap manusia
sering. Kita mau menyelamatkan hidup kita sendiri. Kita ingin mencari jalan
sendiri, jalan yang gampang, mudah dan enak. Iblis menawarkan semua kerajaan
dunia dan kemegahannya dan Yesus
menawarkan salib. Seharusnya kita harus memilih! Apakah kita memikirkan apa
yang dipikirkan Allah atau yang dipikirkan manusia. Ingatlah, barang siapa mau
menyelamatkan nyawanya akan kehilangan
nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan
nyawanya karena Yesus dan karena InjilNya,
ia akan menyelamatkannya. Karena apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi ia
kehilangan nyawanya?. Seluruh dunia yang menjadi milik seseorang tidak
bermanfaat, apabila miliknya itu membuat dia kehilangan hidupnya. Karena hidup
manusia jauh lebih berharga daripada
semua harta milik, walaupun milik itu sudah berupa”seluruh dunia”. Hidup dapat
membuat harta milik sedangkan harta milik tidak dapat membuat hidup. Sebagaimana Yesus berkata dalam Lukas 12:17 “ Berjagajagalah
dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaannya itu”. Ingatlah juga, apa
yang dikatakan Allah kepada orang kaya itu; hai engkau orang bodoh, pada malam
ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kau sediakan dan untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:13-21).
Memperoleh seluruh dunia itu penting
dan tidak dilarang oleh Yesus tetapi harus dijaga dan diwaspadai agar
kepemilikan atau harta perolehan itu tidak membuat hidup menjadi hilang, melainkan seharusnya semakin
teguh dan setia kepada yang menganugerahkan hidup tersebut. Makanya Yesus
mengajarkan “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33).
5. Barang siapa malu karena Aku dan
karena perkataanKu … Maka Anak manusiapun akan malu apabila Ia datang kelak
dalam kemuliaan BapaNya…(ay.38)
Bilamana Yesus datang dalam kemuliaanNya, Ia akan setia terhadap
orang yang setia kepadaNya. Yesus tahu bahwa akan datang masa sulit bagi murid
dan juga bagi orang yang percaya. Dimana mereka akan diperhadapkan dengan dunia
yang sulit dan yang bersikap memusuhi. Jika dalam keadaan seperti ini seseorang
malu untuk menunjukkan bahwa
dirinya adalah seorang kristen, jika ia
takut untuk memperlihatkan kepada siapa
dia berpihak, maka ia tidak akan bisa berharap untuk memperoleh tempat terhormat
/mulia bila Yesus datang. Karena itu ingatlah! Pengakuan bukanlah atribut diri
saja bagi orang percaya, tetapi pengakuan kita adalah penegasan kepada dunia
ini bahwa hanya di dalam Yesus ada kehidupan
dan keselamatan. Pengakuan adalah kesaksian melalui hidup kita bahwa kita telah menjadi milikNya.
Pengakuan adalah penegasan umum terhadap dunia bahwa kita sekarang adalah warga
kerajaan Allah.
Amen. Pdt.Janto
Sihombing,S.Th
Ressort. Jakarta
IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar