Kamis, 16 Juli 2015

Markus 8:31-38



Khotbah  Minggu  Estomihi, 22 Pebruari 2009

Ev. Markus  8:31-38                                                                           Ep. Roma 10:13-21

Pendahuluan.

Perikope khotbah ini dapat juga kita temukan dalam Injil Synoptik lainnya, yaitu Matius dan Lukas (Matius 16:21-28, Lukas 9:22-27). Dimana, Matius , Markus dan Lukas sama-sama memuat tentang: Yesus memberitahukan apa yang akan terjadi  atas hidupNya. Atau  oleh Lembaga Alkitab Indonesia  memberi judul perikope ini “ Pemberitahuan  Pertama Tentang Penderitaan Yesus dan Syarat-syarat mengikut Dia”.

Pemberitaan itu berawal dari evaluasi yang Dia buat  di tengah-tengah pelayananNya yang sudah banyak dirasakan  dan dilihat orang banyak dalam hal penyembuhan orang sakit, memberi makan  orang lapar dan mujizat lainnya. Dia bertanya kepada murid-muridNya bagaimana pendapat orang banyak tentang diriNya dan bagaimana pendapat murid sendiri tentang diri Yesus. Dalam hal ini, Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (Markus 8:29). Pengakuan dan pengenalan Petrus  inilah yang mendorong  Yesus  Kristus untuk memulai pengajaranNya untuk memberi arti dan makna  kemesiasan Yesus yang sesungguhnya. Inilah yang segera kita lihat dalam uraian di bawah ini.

Uraian

1. Penderitaan dan kemuliaan Yesus sebagai Mesias (ay.31-32).
Inilah keterangan dan pengajaran yang pertama tentang kesengsaraan Kristus yang disampaikan dengan jelas. Dengan terus terang Yesus mengajarkan dan menyampaikan tentang kemesiasanNya.. Memang, sudah beberapa kali Yesus mengatakan hal ini, tetapi selalu dengan perumpamaan atau secara kiasan, contohnya dalam Yoh 2:19… rombak Bait Allah ini…, dan dalam Yoh 3:14 “Anak Manusia harus ditinggikan, dan dalam Matius 12:40… sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan  tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia  akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam ( Mark 2:20;Yoh 1:29; 6:51). Semuanya itu sukar dimengerti, baik oleh orang banyak maupun oleh murid-muridNya sendiri pada waktu itu. Jadi, dalam hal ini,  ada dua hal yang Dia sampaikan:
Pertama: Mesias  Anak Manusia itu harus menderita menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat, akhirnya akan dibunuh
Kedua   : Mesias Anak Manusia itu setelah melewati semua penderitaan  maka Dia akan bangkit dari antara orang mati dan akan dipermuliakan.

            Pengajaran Yesus akan kemesiasanNya yang menderita itu menunjukkan bahwa Yesus  tahu dengan jelas penderitaan dan kematian yang sudah menunggu dan yang harus dilaluinya. Dia melihat  dan tahu dengan jelas jalan salib yang harus dilewatiNya. Selaku Mesias, Yesus sadar bahwa Dia akan menjadi “hamba Tuhan yang menderita” atau lebih dipertegas lagi dengan istilah “Anak Manusia” sebagaimana yang sudah dinubuatkan  oleh Yesaya dalam Yesaya 53.
            Sebagai Mesias, Yesus, “Anak Manusia” harus… menderita… kata harus  menanggung banyak penderitaan, menunjukkan bahwa Yesus hendak memberi arti dan pemahaman akan  kemesiasannya, bukan seperti yang dipahami  dan yang dimengerti  orang Yahudi. Mereka  hidup  dalam pengharapan  bahwa suatu  hari kelak Allah akan mengutus  Mesias  untuk membebaskan Israel  (bnd. Lukas  24:21) inilah zaman keselamatan atau kerajaan Mesias yang mereka dambakan. Maka ketika Petrus(mungkin bersama murid lainnya) telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus langsung mengajarkan  dan mengoreksi pemahaman itu bahwa Mesias bukanlah Mesias politik  yang mengarah kepada kemuliaan duniawi/pemulihan kerajaan Daud (Kisah 1:6). Pemahaman ke Mesiasan yang berbeda itu terlihat dari sikap dan perbuatan Petrus  ketika Yesus membuka Kemesiasan diriNya, sehingga Petrus menarik Yesus  ke samping dan menegorNya (ay.32). Petrus seolah tidak setuju  pada ucapan-ucapan Yesus  yang mengatakan bahwa Dia akan menderita banyak hal,  ditolak, dibunuh  dan akan bangkit. Mereka memahami dan mengharapkan  bahwa Mesias akan segera mendirikan  kerajaannya di  bumi (bnd. Permohonan ibu anak-anak Zebedeus supaya kedua ananya  dapat duduk kelak di dalam kerajaan Yesus  yang satu di sebelah kanan dan satu lagi di sebelah kiri).

2. Yesus marah terhadap Petrus, kataNya:” Enyalah iblis”(ay.33)

            Yesus mengetahui siapa yang bekerja dibalik kata-kata Petrus, sehingga Yesus menghardiknya, “Enyahlah iblis, sebab engkau tidak memikirkan hal-hal yang dari Allah melainkan hal-hal yang dari manusia. Dalam hal ini, iblis berbicara melalui Petrus  karena dia mencoba menghalangi Yesus dalam tugas dan panggilanNya. Dengan kata-kata itu juga Yesus menegor iblis di padang gurun ketika Dia dicobai  (bnd. Matius 4:10). Iblis datang kepada Yesus  dan memperlihatkan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya dan berkata kepadaNya, :” Semua itu akan  kuberikan kepadaMu “ kata iblis  kepada Yesus. Seolah-olah iblis berkata tidak usah menderita, tidak usah memikul salib. Iblis menawarkan jalan yang lebih mudah  dan yang lebih menarik, “Semua itu akan kuberikan  kepadaMu, jika  Engkau sujud menyembah aku”.

            Yesus mengenal dan mengetahui siasat iblis yang kini sedang memasuki Petrus. Jadi, baik kepada iblis maupun kepada Petrus, Yesus mengatakan  “Enyahlah Iblis,” Karena mereka berdua  mau menghalangi  Yesus  dalam perjalanNya menuju salib. Kekalahan iblis menggoda Yesus di padang gurun sekarang mencoba memakai Petrus, murid Yesus sendiri yaitu murid yang paling dekat dengan Dia. Murid yang baru saja mendapatkan pengakuan atas kesaksian tentang diri Yesus.

            Jadi, Ucapan Yesus ini, hendak menunjukkan bahwa sisetan  hanya berpikir dari sudut kepentingan manusia, perasaan kemanusiaan, dari sudut prinsip ratio manusia. Memang dalam usahanya memenangkan manusia menjadi milik dan di bawah kuasanya, si setan selalu menempatkan dirinya dan rencana-rencananya memihak kepada manusia sehingga manusia sering tergoda untuk mendengarnya.      

 Yesus  memilih jalan yang ditunjukkan  Allah, jalan kasih jalan penderitaan  yaitu jalan salib agar semua orang  bisa diselamatkan dan kembali kepada Tuhan. Jalan salib inilah yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya. Mungkin juga kita merasa seperti Petrus dan tidak mau menerima salib itu, karena salib itu menjadi hinaan. Mungkin kita berkata.”Jangan Tuhan”, Kita tidak suka berpikir tentang penderitaan, kemiskinan, penolakan, kesusahan, kematian. Kita hanya mencari kemuliaan, hormat dan kekayaan. Kita tidak mau merendahkan diri dan memikul salib. Ingatlah, kemuliaan sejati hanya didatangkan dari perjuangan, dari salib penderitaan.

3. Para pengikut Tuhan Yesus harus menyangkal diri dan memikul salibnya…(ay.34).

            Yesus berkata:” Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Menyangkal diri berarti mendahulukan kepentingan  Tuhan di atas kepentingan pribadi. Bagi orang-orang yang aktif melayani Tuhan atau yang mengikuti kegiatan-kegiatan gereja atau yang terikat dengan pelayan tentunya akan merasakan  bagaimana menyangkal diri itu. Sebab urusan diri sendiri bahkan urusan keluarga  bisa jadi bukan lagi yang utama (bnd.Mark 10:28). Orang yang mau menyangkal dirinya berarti  hidup tidak menurut  kehendak dan kemauan sendiri, tetapi dia akan belajar  setiap hari  mendoakan.”Jadilah kehendakMu”.

            Megikut Kristus harus mau memikul salibnya. Salib diri  ini berarti penderitaan baik penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus Kristus  maupun penderitaan yang dialami para pengikutNya. Penderitaan Kristus adalah penderitaan kita. Sebaliknya, penderitaan kita adalah penderitaan Kristus, sebab kita semua adalah tubuh Kristus.
           
            Pemberitaan ini sekaligus mempersiapkan diri para murid dan juga siapa saja yang percaya kepada Kristus supaya kelak tidak kecewa dengan sesuatu yang pasti akan terjadi dari dunia ini baik penolakan, siksaan, hukuman bahkan yang sampai yang mengancam hidup  mereka

4. …Siapa yang menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku  dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya…(ay. 35-37).
            Banyak orang hidup hanya bagi dirinya sendiri, dengan memuaskan hawa nafsu dan keinginan sendiri dan berusaha menyelamatkan nyawanya. Tetapi  orang yang berbuat demikian  akan kehilangan nyawanya, karena ia tidak berguna bagi siapapun. Kehidupannya tidak berbeda dengan talenta yang oleh hamba yang malas itu disembunyikan di dalam tanah (Matius 25:24-25).

            Perkataan Tuhan Yesus ini merupakan jaminan bahwa orang yang mengorbankan sesuatu demi Injil – mengorbankan harta, kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, bahkan mengorbankan hidup tidak akan sia-sia dan tidak akan merana. Rintangan dan penderitaan bisa saja dialami, tetapi ia akan mengalami sukacita yang lebih besar daripada sukacita yang dapat diberikan oleh semua yang dikorbankan tadi, dan hidupnya menjadi jauh lebih bermakna daripada hidup  yang ditundukkan kepada harta, kepentingan pribadi…Di samping itu, hidup dalam kerelaan berkorban, kehilangan, menderita demi Injil  adalah hidup yang dibaktikan  untuk suatu kerajaan yang kekal. Maka hanya hidup semacam itulah yang dapat bertahan untuk selam-lamanya.
            Seandainya Yesus menuruti iblis dan mau sujud kepadanya maka semua akan hilang dan seluruh dunia akan diperbudak iblis. Sebagaimana Adam dan Hawa, mereka   menuruti suara iblis dan membiarkan diri mereka dikuasainya, mereka ingin mengetahui semuanya, mendapat dan menguasai semuanya. Mereka ingin menyelamatkan nyawanya tetapi kehilangan nyawanya. Ya, Itulah sikap manusia sering. Kita mau menyelamatkan hidup kita sendiri. Kita ingin mencari jalan sendiri, jalan yang gampang, mudah dan enak. Iblis menawarkan semua kerajaan dunia  dan kemegahannya dan Yesus menawarkan salib. Seharusnya kita harus memilih! Apakah kita memikirkan apa yang dipikirkan Allah atau yang dipikirkan manusia. Ingatlah, barang siapa mau menyelamatkan nyawanya  akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa  kehilangan nyawanya karena Yesus dan karena InjilNya,  ia akan   menyelamatkannya. Karena apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia  tetapi ia kehilangan nyawanya?. Seluruh dunia yang menjadi milik seseorang tidak bermanfaat, apabila miliknya itu membuat dia kehilangan hidupnya. Karena hidup manusia jauh lebih berharga  daripada semua harta milik, walaupun milik itu sudah berupa”seluruh dunia”. Hidup dapat membuat harta milik sedangkan harta milik tidak dapat  membuat hidup. Sebagaimana Yesus  berkata dalam Lukas 12:17 “ Berjagajagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah  hartanya, hidupnya tidaklah tergantung  daripada kekayaannya itu”. Ingatlah juga, apa yang dikatakan Allah kepada orang kaya itu; hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kau sediakan  dan untuk siapakah  itu nanti? (Lukas 12:13-21).

            Memperoleh seluruh dunia itu penting dan tidak dilarang oleh Yesus tetapi harus dijaga dan diwaspadai agar kepemilikan atau harta perolehan itu tidak membuat hidup  menjadi hilang, melainkan seharusnya semakin teguh dan setia kepada yang menganugerahkan hidup tersebut. Makanya Yesus mengajarkan “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33).

5. Barang siapa malu karena Aku dan karena perkataanKu … Maka Anak manusiapun akan malu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya…(ay.38)

            Bilamana Yesus datang  dalam kemuliaanNya, Ia akan setia terhadap orang yang setia kepadaNya. Yesus tahu bahwa akan datang masa sulit bagi murid dan juga bagi orang yang percaya. Dimana mereka akan diperhadapkan dengan dunia yang sulit dan yang bersikap memusuhi. Jika dalam keadaan seperti ini seseorang malu  untuk menunjukkan bahwa dirinya  adalah seorang kristen, jika ia takut untuk memperlihatkan  kepada siapa dia berpihak, maka ia tidak akan bisa berharap untuk memperoleh tempat terhormat /mulia bila Yesus datang. Karena itu ingatlah! Pengakuan bukanlah atribut diri saja bagi orang percaya, tetapi pengakuan kita adalah penegasan kepada dunia ini bahwa hanya di dalam Yesus ada kehidupan  dan keselamatan. Pengakuan adalah kesaksian melalui  hidup kita bahwa kita telah menjadi milikNya. Pengakuan adalah penegasan umum terhadap dunia bahwa kita sekarang adalah warga kerajaan Allah.

                                    Amen.                                                 Pdt.Janto Sihombing,S.Th
                                                                                                     Ressort. Jakarta  IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar