Senin, 27 Juli 2015

Matius 18:21-35 P e n g a m p u n a n



Bahan  PA untuk kebaktian karyawan Kristen
RS. Fatmawati  Jakarta

Thema   : P e n g a m p u n a n  ( Matius 18:21-35)
                                      O l e h  :  Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Pendahuluan:
            Mengampuni dalam bahasa Yunani disebut “aphiemi” artinya: membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas, menutupi, menghapus, mengampuni, memulihkan hubungan yang baik antara dua pribadi yang retak karena suatu kesalahan.
            Dosa merupakan hal penghalang dan perusak bagi manusia dalam persekutuannya dengan Allah.. Oleh karena itu untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan tersebut Allah selalu memberi belas kasihan dan menyuarakan pertobatan untuk menerima pengampunanNya. Dalam Penelahan Alkitab hari  ini,  kita mendengar bagaimana Yesus memperlihatkan pengampunan Allah kepada manusia dan manusia juga harus saling mengampuni. Inilah yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan dalam Matius 18:21-35 Dimana seorang hamba mendapat pengampunan dari seorang raja dan semestinya hamba tersebut juga harus mengampuni sesamanya.
Penjelasan

Ada 2 hal yang hendak disampaikan melalui pengajaran Yesus  dalam perikope ini:
1. Pengampunan yang tanpa batas
2. Seseorang yang sudah menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga

ad. 1. Pengampunan Tanpa batas
Petrus bertanya, sampai berapa kali harus mengampuni saudara yang berbuat dosa kepadanya. Menurut Petrus ‘tujuh kali sudah lebih dari cukup’, karena menurut pendapat umum tiga kali pun sudah hebat (bnd. Sebuah syair lagu yang sangat sering kita dengar “satu kali kau sakiti hati ini masih kumaafkan, dua kali kau sakiti hati ini juga aku maafkan, tapi jangan kau coba tiga kali …). Ternyata bukan demikian. Mengampuni sebanyak tiga kali atau tujuh kali belum cukup. Yesus mengatakan, “Tujuh puluh kali tujuh kali”.Jawaban Yesus itu bukan berarti sama dengan empat ratus sembilan puluh kali. Empat ratus sembilan puluh kali pun sebenarnya sudah luar biasa. Menghitung-hitung sekaligus mencatat empat ratus  sembilan puluh kali mengampuni sudah membosankan.

Tujuh puluh kali tujuh kali tidak sama dengan empat ratus sembilan puluh, melainkan “tidak terhingga atau tidak terbatas”. Mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali sama dengan mengampuni tanpa ada batas. Jadi orang-orang percaya senantiasa hidup dalam pengampunan. Dalam hidup orang percaya tidak boleh ada kata “tiada maaf bagimu” atau seperti yang yang sering kita dengar “Bertemu di liang lahat   .Tetapi  mengampuni tanpa mencatat bahwa orang-orang percaya tidak menghitung-hitung berapa kali ia sudah melakukan pengampunan itu. Kalau Paulus berkata dalam I Tesalonika 5:16-17,”Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, maka jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus adalah, “Bersukacitalah senantiasa, dan tetaplah mengampuni.”

ad.2. seseorang yang menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga
Yesus menjelaskan ini melalui perumpamaan yang terdapat dalam perikope yang kita bahas ini. Dimana Allah sudah mengampuni kita maka dengan demikian Ia menghendaki kita supaya kita dengan leluasa dan bebas mengampuni orang lain juga. Sebagaimana yang dikatakan Yesus dalam Lukas 6:36, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Dalam Matius 18:23-35 Yesus dengan perumpamaan-Nya  menceritakan bahwa ada seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan para hambanya. Lalu ada satu orang hamba yang memohon belas kasihan dan ampun dari sang raja atas hutang-hutangnya yang begitu besar dan sang raja mengabulkan permohonan tersebut. Tetapi si hamba yang baru  mendapat pengampunan ini menolak bahkan memenjarakan temannya yang berhutang kepadanya lalu sang raja yang mendapat informasi akan hal tersebut menjadi marah sehingga ia diserahkan kepada algojo-algojo.

Begitulah  kisahnya, dan arti dari cerita itu cukup jelas. Anak-anak kerajaan harus memperlihatkan kepada orang lain pengampunan yang mereka sendiri telah menerimanya. Kasih Allah yang besar  dalam pengampunan haruslah direfleksikan oleh umatNya.  Siapapun yang menolak untuk mengampuni seseorang yang telah berbuat salah kepadanya haruslah mengharapkan Allah untuk menghakimi dosa-dosanya.
Aplikasi

            Pengampunan dosa diberikan bukan karena kelayakan kita, tetapi hal itu merupakan tindakan kasih sayang Allah, belas kasihan dan rahmat anugerah semata. Pengampunan ialah satu keputusan untuk tidak berdendam terhadap seseorang. Kita semua telah berdosa (Pengkhotbah 7:20) kalau kita berkata, kita tidak berdosa berarti kita adalah seorang penipu ( I Joh 1:8). Itu berarti kita sungguh memerlukan pengampunan dari Tuhan. Kuasa pengampunan yang diajarkan Yesus sungguh luar biasa. Ini dapat kita lihat sewaktu Yesus disalibkan, Ia begitu menderita dan sakit, dihina dicambuk dan lain sebagainya tetapi Dia  berkata,”Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34). Dan kepada kita Yesus sudah mengajarkan doa dengan setiap hari kita harus memohon”ampunilah kami atas kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.Setiap hari kita meminta pengampunan dari Bapa di surga dan setiap hari juga mengampuni orang yang besalah kepada kita.
            Cara untuk mengampuni melakukan tuntutan Yesus adalah berdasarkan  pengampunan yang diterima dari Allah sendiri. Kalau kita belum sadar bahwa dosa yang mengakibatkan kematian itu belum diampuni Yesus, tentu kita keberatan mengampuni orang lain. Kita harus senantiasa siap sedia mengampuni. Pengampunan  yang kita lakukan berapa pun banyaknya tidak sebanding dengan pengampunan  yang kita terima dari Allah melalui darah Yesus Kristus.
            Para karyawan RS Fatmawai yang terkasih, saat Bapa/Ibu mengampuni seseorang yang telah menyakiti atau melukai hatimu, itu bukan semata-mata tentang orang tersebut tetapi untuk diri kita  juga. Bila kita  menahan pengampunan dan hidup dengan dendam dalam hati, berarti   kita  sedang membangun tembok-tembok pemisah. Ingatlah ,,, kita mengira bahwa kita sedang melindungi diri, tetapi sebenarnya tidak. Kita hanyalah mengasingkan orang lain dari kehidupan kita . Kita menjadi terasing , sendirian, kacau dan terpenjara oleh kepahitan kita sendiri. Tembok yang kita bangun bukan hanya mencegah orang keluar; namun juga membuat kita tetap terkurung di dalam.
            Apakah Bapa/Ibu menyadari bahwa tembok-tembok itu juga mencegah berkat-berkat Tuhan tercurah ke dalam kehidupan kita? Tembok-tembok ketidakadaan pengampunan itu  akan mencegah doa-doa kita dijawab. Jadi kita harus mengampuni orang yang telah menyakiti kita supaya kita dapat keluar dari penjara tersebut. Firman Tuhan berkata,” Karena jikalau  kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:14-15). Mintalah kekuatan kepada Tuhan untuk menolongmu dalam menyingkirkan kemarahan, kebencian dari dalam hatimu dan lihatlah sementara kita mengampuni hal-hal yang paling ajaib akan mulai terjadi dalam hidupmu. Tuhan akan mendengarkan doa-doamu dan akan memulihkan keadaanmu. Singkirkanlah kenangan pahit dan kebencian dari hatimu  dan engkau akan mengalami banyak kesembuhan dan akan melihat menyaksikan belas kasihan Tuhan dalam cara yang baru.

            Bapa/Ibu/ Saudara-saudara,  Pengampunan adalah kunci untuk bebas dari kepahitan. Ampunilah orang lain yang menyakitimu, ampuilah suamimu, ampunilah anak-anakmu, ampunilah atasanmu. Ampunilah bawahanmu yang memperlakukanmu tidak benar, ampunilah sahabatmu yang melukai hatimu atau yang menghianatimu, ampunilah orangtuamu yang salah memperlakukanmu saat engkau masih kecil, jangan biarkan akar kepahitan dan kebencian bertumbuh semakin dalam  dan terus merusak kehidupanmu. Katakan dalam doamu, Bapa, aku tahu bahwa saat aku mengampuni orang-orang yang menyakiti aku, itu menyenangkan-Mu. Tolong aku untuk menyadari bahwa mengampuni orang lain merupakan keinginanku yang utama.

ILLUSTRASI

Belajar Memaafkan. Ada sebuah cerita tentang Leonardo da Vinci yang melukiskan pentingnya pengampuna. Seperti kebanyakan seniman pada umumnya , Leonardo juga sangat emosional dan seringkali tidak disenangi  banyak orang karena sikap dan tindakan-tindakannya. Dalam Lukisannya tentang “Perjamuan Terakhir”, dia telah menunda gambar Kristus  ketika karyanya yang angung itu hampir selesai dikerjakannya. Hanya sesaat sebelum dia memulai melukis wajah Yesus, dia menglami pertengkaran yang hebat dengan salah seorang sahabat dekatnya. Pada waktu dia kembali kepada lukisannya, dia mendapati  bahwa segala sesuatunya  tidak berjalan dengan baik. Dan selama berhari-hari, dia tidak dapat menyelesaikan lukisan itu. Hari berganti minggu dan pelukis itu tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.

            Akhirnya, dia menyadari masalahnya, dan dengan rendah hati dia menjumpai sahabatnya tadi untuk meminta maaf. Dengan jiwanya yang telah bersih dari kemarahan dan kebencian,  dia tidak lagi mengalami kesukaran atau kesulitan dalam menyelesaikan karyanya yang agung itu. Leonardo telah belajar apa yang seharusnya kita pelajari juga. Hati yang tidak mengampuni  dan keinginan untuk membalas dendam, lebih menyakiti diri kita sendiri daripada menyakiti orang yang kita marahi..

            (lihat. PBMR Andi, 78 Illustrasi  Sketsa Kehidupan, (Andi, 2008) hal.121

7 komentar:

  1. sangat membantu renungannya terima kasih

    BalasHapus
  2. Saya berterima kasih atas renungan ini untuk dpt memahaminya dan membantu saya untuk menyampaikannya untuk lingkungan kami

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas reningan yg sangat indah ini.
    Semoga semakin banyak yg membaca semakin banyak pula yg memiliki belas kasih dan rela mengampuni.

    BalasHapus
  4. Penjelasan renungan yang sangat luar biasa semoga dapat bermanfaat dan dapat kita praktek'kan di dalam kehidupan kita sehari-hari.TYM".IS THE BEST

    BalasHapus
  5. Renungan yang sangat memberkati..
    God bless

    BalasHapus
  6. tks...semoga dapat diaplikasikan dalam hidup pribadi kita. amin
    TYM

    BalasHapus