Khotbah III Setelah Trinitatis Minggu, 21
Juni 2015
Thema Minggu: Tidak menyianyiakan Kasih
Karunia Tuhan/
Unang
Magopo Panjaloon Muna di Asi Ni Roha ni Jahowa
Epistel
: Ayub : 38 : 1 – 11 Ev. 2 Korintus 6 : 1 – 13 HT.
5 – 10
JANGAN SIA-SIAKAN KASIH KARUNIA ALLAH
I.
Pendahuluan
Dalam suratnya yang kedua ini kepada jemaat Korintus, Paulus sangat banyak
menceritakan yang dia alami dalam pelayanannya. Terutama dalam perikop khotbah
ini (2 Korintus 6 : 1 – 13), Paulus mencurahkan isi hatinya dengan sangat
terbuka kepada jemaat Korintus dan sekaligus menasehati mereka supaya menjaga
dan memelihara tugas dan predikat mereka sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia dari Tuhan
sebagai orang Kristen atau sebagai pelayan Tuhan. Sebagaimana dalam pembukaan
perikop ini dalam ayat 1 yang berkata “Sebagai
teman-teman sekerja kami menasehatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima.” Nasehat Paulus itu
dilatarbelakangi karena ketika itu telah masuk pengajar-pengajar yang mempengaruhi
jemaat Korintus untuk meragukan kerasulannya. Rasul Paulus dalam nats khotbah
ini sangat terbuka atas segala yang dialami sebagai pelayan dan mengingatkan
para pelayan lainnya untuk menjaga integritasnya sebagai pelayan Tuhan. Paulus
sebagai pelayan Tuhan dengan terus terang menceritakan isi hatinya dan hal-hal
sulit yang dia hadapi dalam hidupnya sebagai pelayan Tuhan.
II.
Penjelasan
Nats
1. Jangan
menyianyiakan dan menunda menerima kasih
karunia Tuhan ( ay. 1-3)
Paulus menyapa dan menyebut jemaat Korintus sebagai teman sekerja, itu
berarti orang-orang percaya di Korintus itu adalah juga sebagai pelayan-pelayan
Tuhan. Sebagai orang-orang percaya dan sebagai pelayan Tuhan, haruslah mereka memiliki
dan memelihara integritas sebagai pelayan dan melayani dengan sungguh-sungguh.
Sehingga mereka tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Paulus tahu bahwa
oleh guru-guru palsu para orang percaya telah dibingungkan dengan ajaran-ajaran
sesat mereka, terutama yang menghasut mereka untuk tidak mengakui dan menerima
Paulus sebagai Rasul. Paulus
menyampaikan supaya orang-orang percaya tetap menerima kasih karunia Tuhan dan
jangan sampai menunda-nunda dan meragukanNya. Karena inilah waktu yang tepat di
mana Tuhan berkenan menyelamatkan dan menolong mereka. Artinya untuk
keselamatan dan kasih karunia Tuhan itu waktunya adalah selalu saat ini, bukan nanti atau kemudian.
Renungan Kasih karunia itu adalah sesuatu
yang dianugerahkan Tuhan kepada kita yang sebenarnya kita tidak layak
menerimanya. Injil berita keselamatan, pengampunan dan kehidupan Tuhan
anugerahkan kepada kita. Tuhan memberikan kasih karunia kepada kita ketika kita
berdosa kita diampuni, ketika kita terhilang kita dicari dan dipanggil pulang
kepadaNya, bahkan kepada kita diberi kasih karunia untuk menjadi
pelayan-pelayanNya, maka sama seperti kepada orang Korintus, Paulus
mengingatkan kita supaya jangan menyianyiakan kasih karunia itu, jangan menunda-nunda
untuk menerima dan menghidupinya. Sebagai pelayan marilah kita melakukan
pelayanan dengan sungguh-sungguh, sebab seorang pelayan (pendeta, penatua atau
pelayan lainnya) yang tidak melakukan pelayanan dengan hati yang sungguh maka
dirinya dan pelayanannya akan menjadi batu sandungan.
2. Paulus
sangat menghargai kasih karunia Tuhan dan tidak menyianyiakan meski harus
menderita dan menghadapi banyak tantangan
(ay. 4-7)
Dalam ayat ini Paulus menunjukkan keteladanan sebagai seorang pelayan
Tuhan yang melayani dengan kesungguhan hati meskipun banyak mengalami tantangan
dan penderitaan. Meskipun sebagai pelayan Tuhan, Paulus sangat banyak mengalami
persoalan dalam pelayanananya, kerasulannya sendiri digugat dan diragukan
sehingga dia harus menjelaskan pemanggilannya sebagai rasul dan semuanya dia
tunjukkan lewat kesungguhannya dalam melayani, meski ia didera, dihina, di
fitnah bahkan sampai terpenjara, namun dia tetap sabar dan tetap setia dan tekun
melayani dengan sungguh. Kekuatan Paulus
dalam menghadapi semuanya itu adalah bersumber dari Roh Kudus yang membuat dia menahan dengan
penuh kesabaran, dan menanggungnya dengan
doa dan kemurnian hati. Ia
memperlihatkan integritas seorang pelayan Tuhan yang benar. Dalam hal
ini juga Paulus tetap memakai waktu untuk setia melayani dan bersaksi dan tidak
menyianyiakan kasih karunia Tuhan atau tidak menunda-nunda dan mencari-cari
alasan.
Renungan
Mendengar dan merenungkan apa yang dikatakan Paulus hendaknya kita
sebagai orang percaya atau para pelayan Tuhan yang tentunya tidak terluput dari persoalan
dan tantangan dalam pelayanan supaya tetap memiliki hati yang sungguh dan murni
dalam pelayanan, jangan melayani dengan asa-asalan supaya kita jangan menjadi
batu sandungan dan menjadi cela. Bagaimanapun besarnya tantangan dan kesulitan
dalam pelayanan kita, hendaknya kita jangan pernah berputus asa dan
meninggalkan pelayanan tetapi mari kita pahami dan yakini bahwa “tohonan” yang kita terima adalah sebagai
kasih karunia dari Tuhan yang tidak boleh kita sia-siakan tetapi menghidupinya
dengan benar sehingga bagi kita dan orang lain pun tidak menjadi batu
sandungan. Sebagaimana kesaksian Paulus tentang kasih karunia yang dia terima.
Ia mengatakan dalam 1 Korintus 15:10, “Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih
karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah
bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan
kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
3. Paulus
tetap memperlihatkan kesetiannya menjaga kasih karunia yang dia terima apapun
penilaian orang ( ay. 8-10)
Paulus memperlihatkan kualitas dan integritas seorang pelayan Tuhan di
dalam dia melewati berbagai macam kehidupan. Ketika dihormati dan ketika
dihina, ketika diumpat atau ketika dipuji, ketika dianggap sebagai penipu namun
dapat dipercaya, sebagai orang yang tidak dikenal namun terkena. Begitu ragam yang
dia terima dalam pelayanan di satu sisi positif dan di sisi lain negatif.
Tetapi apapun penilaian orang dia tidak terlena dengan hal itu, tidak menjadi
sombong ketika penilain itu baik dan tidak putus asa dan mundur ketika itu
jelek. Pelayanannya tidak tergantung dan terpengaruh dengan “apa kata orang, penilaian dan standar yang diberikan oleh dunia,” ia fokus dan
tertuju kepada Kristus yang telah menganugerahkan kasih karunia itu kepadanya.
Paulus tetap setia kepada pelayanannya entah orang memujinya atau memfitnahnya.
Ia tetap bersukacita dan dan kuat dalam kesulitan terberat sekalipun.
Renungan
Hal-hal seperti ini juga sering kita alami dalam hidup pelayanan kita,
baik sebagai pendeta atau penatua atau pelayan lainnya. Khotbah ini
mengingatkan kita supaya pelayanan kita tidak hanya dikendalikan oleh keadaan
dan penilaian orang karena sering hal itu tidak jujur dan tidak benar dalam
melihat pelayanan kita. Setialah dalam kasih karunia yang Tuhan anugerahkan
kepada kita dan lakukanlah itu dalam hati yang sungguh dan dengan tuntunan Roh
Kudus. Maka pelayanan kita tidak akan lagi tergantung kepada apa kata orang.
Paulus mengatakan kepada Timotius dalam 2 Tim 4 : 5 “Tetapi
kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”
4.
Paulus membutuhkan hati yang terbuka dari jemaat
Korintus (ay. 11-13)
Paulus telah mencurahkan isi hatinya kepada jemaat/orang percaya di
Korintus akan apa yang dia alami sebagai pelayan dan bagaimana ia menasehati
orang percaya untuk tetap menghargai segala kasih karunia Tuhan yang telah
diberikan kepada mereka. Dalam ayat 11 – 13 ini Paulus menyampaikan
kerinduannya supaya jemaat Korintus juga terbuka kepadanya dan memberi hati
terhadap apa yang telah disampaikannya. Memberi dan membuka hati maksudnya
adalah supaya mereka dapat merespon dengan baik dan benar terhadap apa yang
disampaikan oleh Paulus. Paulus berkata: “hati
kami terbuka lebar-lebar bagi kamu”, berarti Paulus sudah memberitahukan
kepada orang-orang percaya di Korintus tentang perasaannya yang sesungguhnya terhadap
mereka dan mengungkapkan dengan jelas bagaimana dia sangat mengasihi mereka.
Renungan
Paulus merindukan jemaat Korintus bisa dan mau membuka hati kepadanya dan
memberi respon akan apa yang telah dia sampaikan. Memang
begitu mudah untuk bereaksi menentang
dan menolak pelayan yang memimpin kita. Berikanlah hati yang terbuka dan bukan
hati yang tertutup terutama kepada pemberita Inijl, pelayan dan akan firman
Tuhan dan kasih karunia yang diberikan kepada kita. Tuhan berkata seperti dalam
ayat 2, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari
Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Sesungguhnya, waktu ini adalah
waktu perkenanan itu, sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu. Maka
mari kita membuka hati dan merespon kasih Tuhan tersebut dengan memiliki hati yang terbuka memperlihatkan
kasih melalui kata dan perbuatan. Paulus merindukan jemaat Korintus dapat
memberi hati, pikiran dan jiwanya untuk menerima Injil keselamatan yang
disampaikannya kepada mereka. Paulus menginginkan ada kasih sikap yang timbal
balik dari jemaat Korintus.
III.
Penutup
Tuhan telah menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita karena itu
janganlah menyianyiakannya. Ingatlah! Tanpa kesungguhan hati untuk
melayani maka pelayanan kita akan menjadi
batu sandungan bagi orang yang kita layani.
Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Oleh karena itu, para pendeta sebagai full timer yang menerima gaji, bekerjalah dengan sungguh agar tidak menjadi batu sandungan.
BalasHapusterima kasih sharing bahan khotbahnya, Bapak. Tuhan berkati
BalasHapusTrima kash untk firmannya... Tuhan memberkati
BalasHapus